Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr.-Ing. Suhendra

Semakin Banyak Uang untuk Riset, Semakin Banyak Riset Jadi Uang

Info Terkini | Sunday, 20 Mar 2022, 00:39 WIB

Oleh: Dr.-Ing. Suhendra

Penerima Funding Proyek Arbeitsgemeinschaft industrieller Forschungsvereinigungen (AiF) di Jerman tahun 2010-2011. Kini dosen prodi teknik kimia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Salah satu motto terkenal di dunia riset di Jerman adalah mehr Geld für Forschung, mehr Forschung fürs Geld (semakin banyak uang untuk penelitian, semakin banyak penelitian untuk uang). Motto ini dikenal di Jerman karena kebijakan ekonomi diintegrasikan dengan kebijakan pengembangan teknologi di bawah Bundesministerium für Wirtschaft und Technologie (BMWi - kementrian ekonomi dan teknologi) karena ada tuntutan semua produk riset jangan hanya menjadi tumpukan laporan di atas kertas semata tapi harus berdampak pada kemajuan ekonomi bangsa.

Di Jerman, sekitar 80 persen aktivitas riset nasional merupakan kontribusi dunia industri. Karenanya, besarnya dana riset menjadikan keberadaan lembaga terpercaya untuk mengorganisir aktivitas kolaborasi riset agar dirasakan rakyat sangatlah penting. Sebagai contoh, salah satu partner pemerintah Jerman untuk mengelola kolaborasi kampus/ lembaga riset dan dunia industri adalah AIF, sebuah organisasi non profit yang berdiri sejak tahun 1954. AiF ditargetkan berperan penting menggalang kontribusi dunia industri Jerman berupa kucuran dana dan membumikan hasil riset.

Perhatian utama AIF adalah menumbuhkan aplikasi riset dan pengembangan teknologi untuk industri kecil dan menengah. Untuk menjangkau basis kepentingan rakyat, AIF merangkul 700 institusi riset tentang industri di Jerman yang peduli pada sekitar 50 ribu industri kecil dan menengah di Jerman. Pada tahun 2021, kepedulian kalangan industri di Jerman dapat dilihat dari dana yang didonasikan untuk pengembangan riset terapan industri melalui AIF yang jumlahnya sekitar 557,7 juta Euro (sekitar 8,4 triliun rupiah).

Riset dari uang rakyat, riset untuk rakyat

Sementara itu, ada hal yang menarik dari kebijakan terkini di kementrian riset dan teknologi Indonesia berupa terobosan dari pemerintah untuk menggairahkan kultur inovasi di tengah masyarakat dengan kucuran dana riset untuk masyarakat. Misalnya, dalam bentuk Matchung Fund Platform Kedaireka (Kedaulatan Indonesia dalam Reka Cipta). Melalui program ini, pihak dunia usaha dunia industri (DUDI) sebagai mitra kolaborasi riset kampus saling bekerjasama, kemudian sukses bersama dan menjadi tumbuh dan besar bersama. Harapannya tentunya menguatkan ekonomi Indonesia.

Kebijakan ini boleh dibilang sebuah terobosan baru karena lazimnya dana riset diperuntukkan bagi kalangan perguruan tinggi atau lembaga riset saja dengan kontribusi penuh pendaan dari pemerintah. Sedangkan melalui platform kedaireka, dunia usaha dan dunia industri diajak bekerjasama untuk mencapai kreasi cipta bersama.

Di tengah pandemi yang masih berkecamuk, khalayak tentu menanti percepatan menuju jalan keluar pemulihan ekonomi. Karenanya, semoga kolaborasi riset kampus dan DUDI yang sedang dimulai mampu mempercepat tercapainya inovasi yang mendukung semakin tumbuh dan kuatnya dunia usaha dan dunia industri nasional dalam mengkonversi alam Indonesia menjadi kemakmuran rakyat.

Agar inisiatif Kedaireka tepat sasaran, perhatian pemerintah ke depan seyogyanya perlu disertai dengan merapihkan payung organisasi untuk dana riset yang merangkul industri sehingga pengembangan inovasi teknologi yang perlu dana besar tidak membebani negara. Keberadaan lembaga riset yang mulai diintegrasikan di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) semoga segera fungsional mempertajam arah riset nasional dan menghasilkan produk membumi.

Mengacu pada Buch der Bildungsrepublik (Annette Schavan, 2008) kemampuan menumbuhkan inovasi akan memperkuat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sebuah daerah. Menurut Schavan, ketimpangan pembangunan yang pernah terjadi dalam sejarah penyatuan Jerman Timur – Jerman Barat hanya dapat diatasi bila pemerintah menguatkan kultur inovasi kerakyatan di daerah eks Jerman Timur. Selanjutnya, kultur inovasi ini harus diperkuat pada daerah-daerah yang tertinggal pembangunannya, seperti di daerah eks Jerman Timur dan diintegrasikan pada program-program pendidikan oleh kementrian pendidikan dan riset.

Inovasi kerakyatan dalam thesis Schavan memaknai rakyat sebagai pasar sekaligus motor dari inovasi itu sendiri. Rakyatlah yang mengetahui teknologi jenis apa yang bisa membantu menyelesaikan masalah ekonomi daerahnya. Semakin inovatif teknologi yang ditawarkan, semakin kompetitif produk tersebut di pasar lokal dan bahkan global. Sehingga rakyat akan cerdas dan adaptif bagaimana melindungi pasar mereka dari serangan pasar global yang semakin mengalir deras tak terkendali.

Pada akhirnya, agar tidak kembali riset selalu dimaknai elitis oleh rakyat, maka kita semua berharap, dengan uang riset yang semakin banyak, semoga segera merubah riset yang semakin banyak menghasilkan uang untuk rakyat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image