Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. WAODE NURMUHAEMIN.

Jalan Menanjak Pendidikan Indonesia

Eduaksi | 2022-03-14 08:30:45
Sumber: Suara Surabaya
Sumber: Suara Surabaya

Satu Mentri banyak kurikulum, adalah pameo baru yang dilekatkan kepada Mendikbudristek Nadim Makarim disamping istilah ganti mentri ganti kurikulum. Keputusannya untuk membiarkan sekolah memakai tiga kurikulum adalah berpotensi menimbulkan distorsi. Sekolah boleh memilih kurikulum apa yang mau dipakai. Ditahun 2024 diharapkan semua sekolah sudah memakai satu kurikulum nasional. Pertanyaan yang kemudian menyusul adalah dari tiga kurikulum yang ada saaat ini, mana yang akan jadi kurikulum nasional? Apakah kurikulum merdeka? Kalau kurikulum merdeka dipersiapkan untuk menjadi kurikulum nasional, mengapa tidak semua sekolah diwajibkan? Bukankan kurikulum ini sangat sederhana dan dapat diterapkan disemua sekolah?

Ditahun 2023 Indonesia akan memasuki eskalasi perpolitikan yang panas. Tahun itu akan menjadi tahun sibuk untuk menentukan Capres/Cawapres. Bagaimana kalau ditahun 2023 belum semua sekolah memakai kurikulum merdeka? Bukankah masa jabatan Mentri Nadim berakhir ditahun 2024? Belum tentu Pemerintahan baru dan juga Mendikbud baru akan memakai kurikulum merdeka, terlebih misalnya kurikulum ini sampai ditahun 2024 hanya dipakai oleh sebagian sekolah di Indonesia, maka alangkah mahalnya harga pendidikan yang harus dibayar. Sekolah-sekolah Indonesia ditahun 2024 akan berwarna-warni dalam kompetensi kelululusan. Tidak ada pencapain yang sama untuk output pendidikan dari Sabang sampai Merauke dikarenakan kurikulum warna-warni yang dipakai di Sekolah.

Alasan Kemdikbudristek tidak memaksakan kurikulum juga tidak rasional. Tujuan kurikulum merdeka diluncurkan adalah untuk menambal learning loss selama pandemic Covid. Semua sekolah mengalami learning loss, sehingga kurikulum merdeka menjadi kebutuhan yang mendesak untuk semua sekolah. Bukankah kurikulum itu sukses diujicobakan pada 2500 sekolah penggerak bahkan yang minim fasilitas sekalipun? Jangan-jangan memang kurikulum ini dilucurkan tergesa-gesa sehingga tidak ada alasan harus dipakai untuk semua sekolah. Kalau sekolah-sekolah di Indonesia memakai kurikulum yang berbeda-beda, maka bisa dipastikan ditahun 2024 sekolah-sekolah di Indonesia akan mengalami kurikulum loss.

Kurikulum ini dituding mengadopsi kurikulum dari Inggris, namun hal itu sudah dibantah oleh kepala Litbang Kurikulum Kemdikbudristek. Melihat model Kemdikbudristek membebaskan sekolah-sekolah memilih kurikulum tudingan itu seolah ada benarnya dimana kurikulum merdeka hanya ditaruh diplatform di playstore dan guru-guru diharapakan untuk memahami sendiri semua tetek bengek kurikulum ini dengan jalan mendownloadnya saja. Hal itu sangat bernuansa Eropa dan Amerika yang memiliki otonomi yang besar dalam melaksanakan kurikulum .Yang perlu diingat, Sekolah-sekolah disana tidak sama dengan sekolah-sekolah di Indonesia. Otonomi yang mereka miliki sudah sangat mapan, kemampuan guru seragam dan fasilitas sekolah juga sama lengkapnya. Bagaimana Indonesia? Kurikulum K13 saja masih menyisakan persoalan krusial, yang sampai yaitu karena ketidakpahaman terhadap kurikulum itu, maka sebagian guru-guru memakai KTSP. Dengan semua persoalan diatas, bagaimana gambaran penggunaan kurikulum di Indonesia saat ini? Penjelasannya seperti ini, sekolah-sekolah di kota-kota besar memakai kurikulum merdeka, didaerah-daerah masih ada yang memakai KTSP, disebagian wilayah masih memakai K13, dan ada juga yang memakai kurikulum darurat.

Peluncuran kurikulum merdeka adalah momentum emas Mentri Nadim menyeragamkan kurikulum yang selama ini berwarna-warni. Sekolah-sekolah Indonesia, jika diseragamkan dengan senang hati akan menerima aturan-aturan dari pusat. Pada titik ini, kurikulum di indonesia bisa seragam yaitu semua sekolah memakai kurikulum merdeka, sehingga ditahun 2024 akan terwujud satu kurikulum nasional. Dengan demikian ketika pemerintahan baru terwujud, maka kurikulum ini kemungkinan dipakai dan tidak diganti lagi peluangnya besar, karena semua sekolah sudah memakainya bisa menjadi pertimbangan Mendikbud baru agar tidak mengganti kurikulum merdeka. Sebaliknya , jika di 2024 kurikulum masih gado-gado, dan juga visi dan misi pemerintah baru tidak sejalan dengan visi dan misi pak Nadim saat ini, maka kurikulum merdeka akan bernasib sama yaitu diganti. Dengan demikian masa depan pendidikan Indonesia semakin terpuruk dan seakan-akan menuju jalan tidak ada ujung yang terus saja berputar-putar mencari model yang tepat ditengah-tengah perkembangan dunia yang makin berlari pesat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image