Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zam Zam Yusuf Wibowo

Berpikir Objektif di Tengah Menurunnya Ekonomi

Eduaksi | 2025-12-28 12:20:20
Sumber: Photo by Mufid Majnun on Unsplash

Kondisi ekonomi Indonesia saat ini menghadirkan tantangan tersendiri bagi rakyat. Di satu sisi pertumbuhan ekonomi tetap terjaga di atas 5%, namun di sisi lain masyarakat dan pelaku usaha khususnya kelompok menengah merasakan tekanan nyata dari pelemahan daya beli seperti konsumsi rumah tangga, inflasi pangan, serta nilai pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar.

Kelompok kelas menengah sering disebut sebagai the squeezed middle atau “kelompok terjepit” karena mereka tidak mendapatkan bantuan sosial pemerintah namun sangat terdampak inflasi. Untuk menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian, kita perlu mengenyampingkan ego dan mulai berpikir secara objektif.

Berpikir objektif bukan hanya tentang berusaha melihat sesuatu sebagaimana adanya saja, tapi juga bagaimana kita dapat menggunakan nalar untuk melihat apa hal yang penting dan memprioritaskan pengeluaran. Tekanan finansial sering kali memicu respons emosional seperti kecemasan atau kepanikan. Untuk tetap jernih dalam berpikir dan mengamankan kondisi finansial, beberapa pemahaman berikut dapat diterapkan.

1. Mencatat pengeluaran dana

Untuk menganalisis seberapa efisiensi kita dan sebagai langkah awal untuk berhemat, mencatat setiap pengeluaran merupakan sebuah kewajiban. Pengeluaran dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kebutuhan, biaya tetap, dan keinginan. Biaya kebutuhan adalah biaya yang harus dipenuhi oleh setiap orang mencakup biaya makan, transportasi, dan belanja rumah tangga. Biaya tetap adalah biaya rutin yang dikeluarkan setiap jangka waktu tertentu seperti cicilan, sewa, listrik, internet, dan asuransi. Sementara itu, keinginan adalah biaya yang tidak wajib dipenuhi dan lebih berfungsi sebagai self-satisfy seperti langganan streaming atau hobi.

Mencatat apa yang dibutuhkan dan menekan keinginan untuk sementara waktu merupakan langkah bijak dalam mengamankan tabungan finansial. Contoh rasio yang optimal adalah 50% kebutuhan, 30% kewajiban/tabungan, dan 20% keinginan.

2. Perhitungan Tabungan yang Dimiliki

Kita perlu menghitung berapa lama kita bisa bertahan hidup tanpa pendapatan sama sekali. Jurus saktinya adalah membagi tabungan yang dimiliki dengan total pengeluaran per bulan. Hindari investasi dan fokus menabung jika kita tidak bisa survive dalam 3 bulan. Hal ini bertujuan untuk menghindari apabila sewaktu-waktu terjadi situasi buruk secara mendadak.

3. Strategi Alokasi Aset

Pastikan sebagian besar aset dapat dicairkan dalam waktu 24 jam. Hindari menaruh semua dana di aset yang tidak likuid seperti tanah, properti, atau aset dengan volatilitas tinggi seperti saham gorengan untuk uang yang akan dipakai dalam waktu dekat.

Jika ingin berinvestasi, pasar saham mungkin volatil karena outflow modal asing. Strategi yang tepat adalah dengan menjaga nilai modal. Alokasikan porsi lebih besar ke emas dan Surat Berharga Negara yang menawarkan imbal hasil tetap dan dijamin negara.

Sumber: Photo by Ari Bowo Sucipto on Antara

4. Manajemen Hutang

Prioritaskan melunasi hutang kartu kredit atau pinjaman online dan menghindari hutang konsumtif baru. Tidak membayar cicilan atau hutang akan menambah beban finansial dan memberatkan diri sendiri bahkan orang di sekitar kita ke depannya.

5. Investasi Human Resources

Gunakan waktu luang untuk mempelajari keahlian yang relevan dengan digitalisasi atau AI. Dalam manajemen, karyawan yang multi-skilled adalah yang diprioritaskan untuk bertahan saat terjadi perampingan perusahaan.

6. Pertanyaan Evaluasi

Sebelum melakukan pengeluaran baru, sebaiknya tanyakan pertanyaan ini terlebih dahulu ke diri sendiri: Apakah hal tersebut kebutuhan dasar? Apakah ada alternatif lebih murah? Apakah hal ini dapat menghasilkan income? Apakah tabungan kita sudah aman?

Penurunan ekonomi adalah bagian alami dari sistem makro dan bersifat siklis. Bagi mereka yang tetap objektif, masa merosot sering kali menjadi waktu terbaik untuk melakukan restrukturisasi strategi hidup yang lebih efisien. Satu hal yang selalu efektif dari dahulu adalah: utamakan fungsi bukan gengsi.

Penulis: Zam Zam Yusuf Wibowo

Mahasiswa Program Magister Ilmu Manajemen Unsoed

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image