Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image eka dwiningsih

Sinergi Ibu dan Generasi dalam Mewujudkan Perubahan Hakiki

Parenting | 2025-12-17 11:27:45

Ibu dan generasi saat ini hidup dalam dunia yang didasari oleh sikap sekuler kapitalisme. Dalam aspek ekonomi, manusia telah jadi korban dari keserakahan kapitalisme yang mengakibatkan perbedaan sosial yang besar. Dalam sisi politik, kebijakan pemerintah yang berpihak pada kapitalisme menambah masalah yang membuat kehidupan manusia semakin buruk.

Sangat menyedihkan, pola pikir masyarakat telah dibekukan secara sistematis. Kemiskinan telah mengambil kemampuan manusia untuk berpikir dengan kritis. Mereka menjalani hidup dan melihat kenyataan yang terjadi, sebagai hal yang biasa. Padahal, ada potensi hidup yang seharusnya dikembangkan.

Ibu dan generasi sebenarnya berada di posisi yang serupa sebagai korban dari sistem ini. Sayangnya, dominasi nilai-nilai sekuler telah membuat mereka ragu untuk berpikir tentang perubahan. Faktanya, ibu dan generasi adalah dua kelompok yang memiliki kemampuan besar untuk peradaban manusia, baik dari segi pemikiran maupun dalam menguatkan diri untuk menciptakan arus perubahan yang nyata.

Ibu dan Masalah yang Melingkupi

Gambaran ibu-ibu di zaman sekarang benar-benar menyedihkan. Kesulitan hidup telah menuntut mereka untuk meninggalkan rumah demi membantu keuangan keluarga. Dengan dalih pemberdayaan ekonomi perempuan, mereka disibukkan dengan pekerjaan di luar rumah.

Mereka "terpaksa" meninggalkan anak dan keluarga untuk memenuhi kebutuhan uang keluarga. Jumlah ibu yang bekerja terus meningkat. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2025, partisipasi perempuan dalam angkatan kerja mencapai sekitar 56,7%, dengan 1 dari 10 pekerja berperan sebagai penopang keluarga.

Dalam kenyataannya, bekerja menyebabkan kelelahan fisik bagi wanita yang bekerja. Sementara itu, di rumah, peran ibu mulai hilang. Di tempat kerja, ibu pekerja menghadapi kenyataan sosial yang rumit. Tentu saja, permasalahan ekonomi keluarga ini berdampak pada kehidupan rumah tangga.

Di sisi lain, jiwa ibu yang lelah karena bekerja keras mencari uang mencari pelarian dengan mengunjungi tempat-tempat hiburan. Banyak tempat kumpul yang bermunculan. Para wanita dimanjakan dengan ruang-ruang umum yang dirancang khusus untuk relaksasi. Tentu saja, pola konsumsi mengambil bagian tak terpisahkan dari kehidupan perempuan modern.

Platform digital juga hadir menawarkan beragam produk yang bisa dibeli ibu hanya dengan satu klik. Gaya hidup seperti sosialita adalah tuntutan baru di lingkungan kerja. Secara perlahan, bekerja telah menjadi simbol prestise.

Sementara itu, status sebagai ibu rumah tangga seolah-olah kehilangan nilai. Pada suatu titik, banyak perempuan mengalami kelelahan baik fisik maupun mental. Mereka merasakan kompleks Cinderela. Hakikat mereka hilang. Lalu, bagaimana dengan generasi yang seharusnya tumbuh di bawah bimbingan ibu?

Potret Buram Generasi

Generasi saat ini memiliki banyak masalah. Mereka tumbuh dalam lingkungan digital yang sangat mudah dipengaruhi. Konten di internet telah merubah acuan bagi generasi ini dalam bertindak, mengadopsi cara hidup, dan cara berpikir. Dunia digital yang menawarkan berbagai hiburan benar-benar menarik perhatian generasi. Mereka hidup di bawah pengaruh sistem kapitalis yang juga terpengaruh dalam kehidupan nyata mereka.

Banyak generasi muda terjerat dalam pergaulan yang tidak baik. Mereka dengan mudah terhubung dalam jejaring sosial. Dari dunia maya, kasus bullying sering muncul. Begitu juga dengan kekerasan seksual, pergaulan bebas, hingga penyalahgunaan narkoba kerap dimulai dari koneksi di media sosial.

Usia produktif yang seharusnya digunakan untuk berpikir kritis sering kali disalahgunakan dan diatur oleh algoritma. Sadar atau tidak, gerakan generasi di dunia digital diarahkan dan dibentuk oleh pengendalian yang dilakukan oleh pemilik platform.

Tidak hanya kemampuan berpikir kritis mereka yang terganggu. Model baru kapitalisme juga muncul lewat banyak perusahaan teknologi besar. Mereka memanfaatkan generasi ini sebagai penyokong ekonomi kapitalisme yang hampir runtuh.

Kapitalisme mendorong gaya hidup yang konsumtif dan melahirkan berbagai aplikasi pinjaman yang menjebak generasi. Pola hidup yang konsumtif ini menciptakan banyak masalah baru. Karena tidak mampu memenuhi tuntutan gaya hidup, banyak generasi yang mengalami depresi hingga memilih untuk mengakhiri hidup mereka.

Para ibu dan generasi muda harus menyadari bahwa cara hidup saat ini dirancang sesuai dengan pola pikir kapitalis yang sekuler. Padahal, keduanya memiliki potensi untuk berkontribusi dalam menciptakan tatanan dunia yang baru.

Tatanan sistem yang tidak memenjarakan manusia dalam wilayah hidup yang mendominasi dan tergantung pada kepentingan perusahaan, itulah sistem Islam yang menjadikan syariat sebagai dasarnya.

Sinergi Ibu dan Generasi

Banyak peran yang dapat ditingkatkan oleh ibu dan generasi. Kerja sama keduanya terletak pada usaha untuk melakukan perubahan, guna menciptakan tatanan kehidupan baru sebagai pengganti kapitalisme.

Secara alami, seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anak yang lahir darinya. Selain berusaha menghasilkan generasi yang baik, ibu juga bertanggung jawab mengatur rumah tangga yang perlu dijaga kehormatannya. Dalam konteks politik, Islam tidak membatasi ruang gerak perempuan. Bahkan, Islam mendorong para ibu untuk terlibat dalam kegiatan yang mendorong kebaikan dan mencegah keburukan di tempat umum.

Di sisi lain, generasi muda dengan segala potensi yang dimilikinya dapat melakukan perubahan. Mereka memiliki status sebagai agen perubahan dan fondasi peradaban yang menjadi modal utama. Terlebih lagi, generasi muda mampu memanfaatkan dunia digital dan menggerakkan suara politik untuk memicu perubahan sosial. Dengan kata lain, kegiatan digital ibu dan generasi seharusnya bertujuan untuk menciptakan suasana yang sesuai dengan pandangan Islam secara menyeluruh serta menciptakan arus alternatif ditengah dominasi kapitalisme di dunia digital.

Perubahan ini jelas tidak dapat dilakukan sendirian. Untuk mencapai perubahan yang nyata, diperlukan kerja sama dalam bentuk organisasi partai. Allah Swt. berfirman, “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. ” (QS Ali Imran [3]: 110).

Kaum ibu perlu membangun ketahanan terhadap pengaruh gaya hidup kapitalis. Alih-alih menghabiskan waktu untuk berita hiburan, mengikuti cara hidup orang-orang kaya, dan terjebak dalam konsumerisme, kaum ibu sebenarnya dapat memberdayakan diri untuk berpikir kritis dan terlibat langsung dalam usaha untuk menciptakan perubahan yang signifikan.

Hal yang sama juga berlaku untuk generasi muda. Saat ini, penting untuk menyadari bahwa platform digital tidak memiliki sifat yang netral. Terdapat nilai-nilai dan pemikiran yang diperkenalkan untuk membentuk cara berpikir generasi sesuai dengan keinginan sistem sekuler. Generasi muda dan kaum ibu perlu bangkit untuk menciptakan gelombang baru, sebagai pelaksanaan amanah yang diberikan Allah kepada umat muslim.

Untuk memicu arus perubahan di dalam masyarakat, tentunya diperlukan landasan berupa tsaqafah Islam serta memperkuat gerakan di dunia nyata. Karena perubahan ide dan pemikiran yang mendorong membutuhkan pembinaan yang sistematis dan dialog intelektual seperti yang dilakukan Rasulullah saw. dalam membina tsaqafah Islam kepada para sahabatnya.

Refleksi Sejarah

Melihat sejarah Islam, banyak sekali perjalanan yang menunjukkan kolaborasi antara ibu-ibu dan generasi muda. Kisah Muhammad al-Fatih tidak dapat dipisahkan dari didikan seorang ibu yang kuat. Ibu Muhammad al-Fatih adalah seorang muslim yang salihah dan luar biasa. Ia adalah ibu yang sangat berkomitmen dalam mendidik anaknya agar menjadi sosok yang besar.

Sejak usia dini, ia sudah mempersiapkan Muhammad al-Fatih untuk mencapai takdir besar yang akan diraihnya. Setiap selesai salat subuh, sang ibu mengajak Muhammad al-Fatih yang masih kecil untuk melihat dari jauh benteng Konstantinopel yang megah. Dengan penuh keyakinan, sang ibu mengungkapkan, “Namamu adalah nama Nabi kita, Muhammad Saw, yang pernah mengisyaratkan bahwa benteng ini pasti akan jatuh, dan engkaulah yang akan menaklukannya. ”

Semangat yang diajarkan oleh ibu Muhammad al-Fatih adalah semangat untuk membebaskan. Saat ini, para ibu memiliki peran penting dalam mendampingi generasi yang lebih muda dan menanamkan impian besar agar mereka menjadi generasi penerus Al-Fatih, menjadi Sang Pembebas.

Cerita terkenal lainnya adalah tentang ibu Khalifah Harun ar-Rasyid, Khaizuran. Ia adalah seorang wanita yang sangat menyukai ilmu. Dengan bimbingannya, Harun ar-Rasyid berkembang menjadi sosok yang saleh hingga menjadi salah satu khalifah yang sukses dalam membangun peradaban Islam. Di bawah pemerintahan Harun ar-Rasyid, Khilafah Abbasiyah mencapai masa kejayaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadi cahaya peradaban di kancah dunia.

Ini adalah kerja sama lintas generasi yang dapat menciptakan sebuah peradaban yang cemerlang. Sudah semestinya, upaya untuk menjadikan Islam sebagai cara hidup sebagai fokus utama yang diperjuangkan oleh para ibu dan generasi Muslim.

Wallahualam bis sawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image