Pentingnya Sains Data di Era Digital
Teknologi | 2025-12-14 19:17:57
Di era teknologi yang semakin maju, tentu dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan jauh dari data. Hal ini terlihat dari keseharian kita yang hampir selalu menggunakan gawai, perangkat yang menyimpan berbagai data pribadi dan bahkan mengharuskan kita memasukkan informasi pribadi saat membuat akun seperti email. Data merupakan fakta atau informasi mentah yang dapat berupa angka, teks, gambar, maupun suara. Dalam pembuatan akun baru, data yang umumnya kita gunakan adalah data teks dan angka tetapi tidak jarang pula kita akan dimintai data biometrik berupa sidik jari atau pemindaian wajah untuk alasan keamanan.
Kemajuan teknologi saat ini memicu munculnya berbagai kasus kejahatan digital yang terjadi di Indonesia. Salah satu kasus kejahatan digital yang marak terjadi di Indonesia adalah kebocoran data. Dalam acara Risk and Governance Summit 2024, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ogi Prastomiyono, menyatakan bahwa Indonesia masuk ke dalam 10 besar negara dengan kebocoran data terbesar. Hal tersebut dibuktikan dengan data yang dirilis oleh Surfshark pada tahun 2024, Indonesia menempati peringkat kedelapan kasus kebocoran data terbanyak di antara 250 negara di dunia. Banyaknya kasus kebocoran data tentu berdampak pada perekonomian Indonesia. Berdasarkan data tahun 2023, dengan banyaknya kasus yang terjadi, Indonesia mengalami kerugian hingga minimal 1 juta dolar AS atau senilai Rp15,9 miliar. Dengan kerugian sebesar itu, tentu kita memerlukan solusi untuk mengatasi kasus-kasus yang terjadi.
Sebagian besar kasus kebocoran data yang terjadi di Indonesia melibatkan data pribadi. Dilansir dari berita Tempo tahun 2024, pada bulan September 2024 sebanyak 6 juta data Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) diduga diperjualbelikan dengan harga Rp150 juta. Tidak hanya data NPWP, diketahui Nomor Induk Kependudukan (NIK), alamat, nomor kontak seluler, dan email juga termasuk data yang diretas. Kasus seperti ini membuat kepercayaan masyarakat terhadap keamanan data di Indonesia menurun, karena masyarakat turut dirugikan dengan adanya masalah tersebut. Berdasarkan kasus tersebut, terlihat jika kebocoran data tidak hanya terkait dengan keamanan siber saja, tetapi juga dengan bagaimana data tersebut dikumpulkan, disimpan, dan dikelola. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman mengenai data supaya masalah ini dapat diminimalisasi.
Pengetahuan tentang data sangat diperlukan untuk mengimbangi kemajuan teknologi saat ini. Dengan memahami ilmu data, kita bisa meminimalisasi risiko terjadinya kebocoran data. Saat ini telah berkembang ilmu yang berfokus pada pengolahan data dalam jumlah besar, yaitu sains data. Sains data merupakan bidang ilmu yang menggabungkan matematika, statistika, dan komputer untuk mempelajari data berskala besar atau big data. Dalam mempelajari sains data, kita akan diajarkan mengenai cara mengolah data-data tersebut. Keahlian di bidang ini sangat dibutuhkan untuk mengatasi berbagai masalah terkait data. Tidak hanya kebocoran data, tetapi juga masalah bisnis.
Terkait kasus kebocoran data, sains data memiliki peran dalam meningkatkan keamanan siber. Dengan keahliannya dalam mengolah data berskala besar, sains data mampu mendeteksi ancaman siber, mengidentifikasi kelemahan sistem, serta memprediksi masalah yang kemungkinan akan terjadi di masa depan. Menariknya, saat ini sudah banyak orang yang tertarik mempelajari dan menekuni bidang ini. Bahkan, tidak sedikit universitas di Indonesia yang menyediakan program studi sains data. Sejak tahun 2024, sudah ada sekitar 10 perguruan tinggi negeri yang menyediakan program studi sains data. Melalui perkembangan tersebut, tentu diharapkan kasus kejahatan digital di Indonesia bisa menurun dari tahun ke tahun.
Mahasiswa sains data memiliki peran yang sangat penting sebagai calon sumber daya manusia di bidang data. Melalui ilmu yang dipelajari, mereka dapat berkontribusi dalam mengatasi permasalahan terkait data, salah satunya kebocoran data, dengan membantu meningkatkan keamanan siber. Sebagian mahasiswa sains data dipersiapkan untuk menjadi ilmuwan data. Mereka nantinya dapat bekerja sama dengan tim keamanan digital untuk membantu mengantisipasi terjadinya kejahatan siber. Seorang ilmuwan data mampu mengidentifikasi anomali dan memprediksi serangan kejahatan siber pada sistem di masa yang akan datang. Selain itu, mereka juga dapat meningkatkan kecepatan otomasi serta proses pengolahan data yang dibutuhkan. Peran ini menunjukkan bahwa mahasiswa sains data akan banyak berkontribusi dalam menghadapi permasalahan kejahatan digital di era teknologi saat ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
