Perlukah Pembatasan Penggunaan Media Sosial pada Anak?
Gaya Hidup | 2025-12-14 13:11:12
Dalam beberapa tahun ini, sering ditemukan kasus di media berita terkait dampak yang ditimbulkan dari penggunaan media sosial berlebihan pada anak-anak dibawah umur. Kasus-kasus tersebut menyoroti ketergantungan berlebihan anak terhadap media sosial yang membuat interaksi mereka terkuras hanya pada ponsel mereka saja. Hal ini secara tidak langsung mengurangi interaksi dengan orang-orang di sekitarnya. Fenomena ini masih sering sekali ditemukan di lingkungan sekitar, banyak anak yang terlihat lebih memilih untuk memperhatikan layar mereka dibandingkan berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sekitarnya.
Salah satu contoh yang kerap terjadi adalah ketika orang tua memberikan anaknya ponsel untuk menghindari emosi berlebihan atau tantrum. Selain itu, tidak sedikit anak-anak yang sudah memiliki akun media sosial sejak usia dini. Fenomena tersebut umumnya terjadi karena kurangnya pengawasan orang tua, sehingga anak-anak mendapatkan akses awal ke situs dan konten yang kurang sesuai dengan usia mereka.
Pemberian ponsel pintar terlalu dini juga memperburuk kondisi tersebut. Anak-anak sudah terpapar layar pada usia yang belum sesuai, sehingga mereka dapat melihat konten yang tidak seharusnya mereka konsumsi, Hal ini dapat memberikan dampak yang buruk untuk perkembangan di masa depan. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mendorong anak untuk lebih memilih berdiam diri di rumah. Tanpa adanya batasan tertentu terhadap penggunaan media sosial pada anak di bawah umur, kebiasaan dan kepribadiannya mereka dapat terdampak. Kondisi ini secara perlahan dapat mempengaruhi kesehatan anak, seperti berkurangnya waktu tidur, minimnya aktivitas fisik, serta kurangnya paparan terhadap lingkungan luar.
Perkembangan teknologi yang semakin berkembang memang tidak mudah untuk dibatasi. Namun, orang tua tetap dapat berupaya untuk mengurangi penggunaan media sosial pada anak secara bertahap. Ketergantungan yang berlebihan terhadap media sosial pada anak dapat memicu kecanduan, sehingga anak sulit untuk bisa melepaskan diri dari ponsel. Selain itu, menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar juga berpotensi memperburuk kondisi fisik anak. Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dalam memberikan edukasi mengenai penggunaan media sosial yang baik dan tepat.
Pembatasan penggunaan media sosial sudah mulai diterapkan oleh beberapa negara, salah satunya Australia. Pada bulan Desember, Australia mulai menerapkan kebijakan pembatasan media sosial bagi anak di bawah usia 16 tahun. Berbagai platform media sosial, seperti Tiktok, Instagram, Youtube, dan X termasuk dalam platform yang dibatasi aksesnya. Kebijakan ini dilakukan dengan tujuan untuk melindungi anak di bawah umur dari kecanduan, perundungan, serta dampak negatif lainnya. Kebijakan ini kemudian mulai ikut dipertimbangkan oleh negara-negara lain.
Penggunaan media sosial pada anak memang sudah banyak ditemukan. Namun, dengan diterapkannya kebijakan pembatasan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran orang tua untuk tidak memberikan akses media sosial terlalu dini kepada anak di bawah umur. Selain itu, pembatasan ini dapat membantu anak mengurangi screen time mereka agar lebih aktif melakukan aktivitas fisik di luar rumah. Aktivitas fisik di luar rumah sangat penting dalam membentuk kebiasaan hidup yang lebih sehat untuk mendukung pertumbuhan mereka di masa mendatang.
Dengan demikian, pembatasan penggunaan media sosial sangat penting dilakukan untuk anak-anak di bawah umur, mengingat mereka masih berada pada masa pertumbuhan dan belum sepenuhnya dapat memilah konten yang layak untuk mereka tonton. Pemilihan konten yang tepat, pembatasan waktu layar yang sehat, serta pengawasan dari orang tua dapat menjadi langkah awal untuk menghindari hal-hal negatif media sosial. Penggunaan media sosial dapat menjadi tempat untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat jika konten yang diberikan bersifat positif. Oleh karena itu, langkah awal yang tepat penting dilakukan untuk menjaga dan melindungi anak dari dampak buruk media sosial.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
