Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Nurwahid

Makan Larut Malam Tingkatkan Risiko Gangguan Kesehatan: Apa Kata Para Ahli?

Gaya Hidup | 2025-12-12 09:01:57

Kebiasaan makan larut malam kini menjadi pola sehari-hari banyak masyarakat urban. Aktivitas yang padat, jam kerja panjang, serta kemudahan memesan makanan lewat aplikasi membuat makan menjelang tidur seolah tidak lagi dianggap bermasalah. Namun, para ahli kesehatan justru memperingatkan bahwa kebiasaan ini bisa memicu berbagai gangguan kesehatan, mulai dari masalah pencernaan hingga meningkatnya risiko penyakit metabolik.

Ilustrasi

Metabolisme Menurun Saat Malam Hari

Dokter gizi klinis menjelaskan bahwa tubuh manusia memiliki jam biologis yang mengatur kerja organ selama 24 jam. Ketika hari menjelang malam, metabolisme secara alami melambat. Artinya, tubuh tidak lagi berada pada kondisi optimal untuk mencerna makanan.

“Pada malam hari, proses pembakaran kalori menurun dan tubuh sedang bersiap beristirahat. Kalau kita makan di tengah fase ini, makanan bisa bertahan lebih lama di lambung,” kata seorang ahli metabolisme dari salah satu institusi kesehatan.

Para peneliti menyebutkan bahwa kondisi ini bisa menyebabkan kenaikan gula darah lebih tinggi dibandingkan saat makan pada siang hari. Bila berlangsung rutin, risiko resistensi insulin dapat meningkat.

Gangguan Pencernaan Mengintai

Keluhan seperti perut penuh, mudah begah, hingga naiknya asam lambung adalah keluhan yang paling sering muncul akibat makan larut malam. Alasan utamanya sederhana: posisi tidur mempersulit sistem pencernaan bekerja.

“Begitu seseorang berbaring setelah makan, gravitasi tidak mendukung gerakan makanan dari kerongkongan ke lambung. Inilah yang memicu heartburn dan refluks,” ujar seorang dokter spesialis penyakit dalam.

Gangguan ini tidak hanya menyebabkan rasa tidak nyaman, tetapi juga mengganggu kualitas tidur. Tidur yang tidak berkualitas kemudian berdampak pada energi, konsentrasi, hingga kestabilan suasana hati keesokan harinya.

Hubungan dengan Kenaikan Berat Badan

Penelitian di berbagai negara menunjukkan pola yang konsisten: semakin sering seseorang makan pada malam hari, semakin besar kemungkinan berat badan meningkat. Penyebabnya bukan sekadar menurunnya metabolisme, tetapi juga jenis makanan yang biasanya dikonsumsi.

“Camilan dan makanan cepat saji lebih dominan dikonsumsi pada malam hari. Kalori tinggi, lemak tinggi, tetapi minim nutrisi. Kombinasi ini adalah faktor risiko kuat untuk obesitas,” jelas seorang ahli nutrisi.

Selain itu, aktivitas fisik yang rendah pada malam hari membuat tubuh tidak memiliki kesempatan untuk membakar kalori yang baru masuk.

Efek pada Kualitas Tidur

Para pakar tidur menambahkan bahwa tubuh membutuhkan kondisi tenang sebelum memasuki fase tidur. Makanan berat justru membuat tubuh tetap aktif bekerja. Akibatnya, beberapa orang merasakan gelisah, sulit tidur, hingga sering terbangun.

“Kualitas tidur sangat menentukan kesehatan jangka panjang. Jika tidur terus terganggu karena makan malam, efeknya bisa menjalar ke berbagai aspek kesehatan lain,” kata seorang peneliti bidang tidur dan ritme sirkadian.

Langkah Sederhana untuk Mengurangi Risiko

Meski dampak makan larut malam cukup besar, para ahli sepakat bahwa pencegahannya tidak sulit. Rekomendasi umum meliputi:

 

  • Jadwalkan makan terakhir 2–3 jam sebelum tidur
  • Pilih makanan yang lebih ringan dan tidak berlemak
  • Hindari gorengan, makanan pedas, dan minuman manis saat malam
  • Pertahankan porsi makan siang lebih besar dibanding makan malam

Langkah-langkah ini terbukti membantu menstabilkan metabolisme, menjaga pencernaan tetap sehat, dan memperbaiki kualitas tidur.

Penutup

Kebiasaan makan larut malam mungkin terlihat sepele, namun secara ilmiah memiliki dampak nyata terhadap kesehatan. Dengan memahami cara kerja tubuh dan menerapkan pola makan yang lebih teratur, masyarakat dapat mencegah risiko penyakit metabolik sekaligus meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image