Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zalfa Widya Putri

Ketika Edukasi Tak Semudah Teori: Menyelisik Dinamika Kerja Petugas Promosi Kesehatan

Humaniora | 2025-12-11 22:04:03

Petugas promosi kesehatan (promkes) memiliki peran penting dalam mengedukasi masyarakat agar mampu menjaga kesehatan secara mandiri. Mereka terlibat dalam berbagai kegiatan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, mulai dari puskesmas, posyandu, pondok pesantren, perusahaan, hingga sekolah. Meskipun sering kali tidak terlihat secara langsung, petugas promkes memegang peran penting dalam menyampaikan informasi kesehatan dengan cara yang mudah dipahami masyarakat.

Tugas mereka tidak sebatas pada teori atau poster. Setiap hari, mereka berhadapan dengan beragam karakter masyarakat, mulai dari warga yang sabar mendengarkan, hingga pasien yang cemas, tergesa-gesa, atau bahkan marah. Pada saat-saat inilah kemampuan komunikasi dan pendekatan interpersonal petugas promkes benar-benar diuji.

Dalam menjalankan pekerjaannya, petugas promkes menggunakan dua metode komunikasi, yakni secara langsung dan tidak langsung. Komunikasi langsung dilakukan secara tatap muka, baik di dalam gedung pelayanan kesehatan maupun dalam kegiatan masyarakat.

Sementara itu, komunikasi tidak langsung dapat dilakukan kapan saja melalui berbagai platform media sosial. Saat ini banyak instansi kesehatan memanfaatkan Instagram, WhatsApp, hingga TikTok untuk menyebarluaskan video edukasi. Petugas promkes turut terlibat dalam pembuatan video tersebut, mulai dari merancang pesan, visual, hingga memastikan informasi yang disampaikan tidak menyesatkan. Pendekatan secara digital ini sangat penting dikarenakan masyarakat kini semakin mengandalkan media sosial sebagai sumber informasi kesehatan.

Jika dilihat dari hal-hal diatas, peran promkes pada dasarnya adalah menjadi jembatan komunikasi antara pengetahuan kesehatan dengan masyarakat yang memiliki latar sosial budaya yang beragam. Ketika berbicara tentang tenaga kesehatan, perhatian publik sering tertuju pada dokter, perawat, atau bidan. Padahal petugas promkes memainkan peran penting dalam upaya pencegahan. Mereka bukan tenaga klinis, tetapi apa yang mereka sampaikan dapat mencegah penyakit muncul di kemudian hari. Melalui penyuluhan, mereka membantu membentuk perilaku hidup sehat yang memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat.

Namun, pekerjaan promkes tidak selalu berjalan lancar, realita di lapangan sering kali jauh dari kata ideal. Salah satu tantangan terbesar adalah ketika penyuluhan dilakukan di tempat yang ramai, misalnya ketika antrean panjang, suasana gaduh, atau banyak anak kecil. Dalam situasi ini, pesan edukasi rentan tidak tersampaikan secara maksimal karena suasana yang tidak kondusif.

Belum lagi tantangan terkait emosional masyarakat. Ada pasien yang tidak sabaran, ada yang gampang tersinggung, atau ada yang cemas berlebihan. Dalam kondisi seperti ini, petugas promkes harus tetap tenang, lembut, dan sabar. Mereka berusaha mengambil hati mereka untuk menciptakan rasa nyaman dan menurunkan situasi ketegangan. Ketika situasi sudah mulai terkendali, barulah petugas promkes menyampaikan edukasi secara perlahan.

Selain tantangan dalam berinteraksi dengan pasien, petugas promkes juga menghadapi kendala dalam penyediaan media edukasi. Tidak semua fasilitas kesehatan memiliki sarana edukasi yang menarik atau up-to-date, sementara masyarakat kini terbiasa dengan konten visual yang dinamis dari para kreator di media sosial. Akibatnya, petugas promkes harus memutar otak untuk menghasilkan materi yang informatif sekaligus menarik.

Dibalik itu semua, ada satu hal yang selalu ditekankan oleh para petugas promkes, yaitu mereka harus mampu menjaga mood dan emosi saat bekerja. “Di rumah boleh kacau, tapi di depan masyarakat harus tetap tersenyum.”

Petugas promkes dituntut untuk selalu terlihat tenang, ramah, dan komunikatif meskipun sedang menghadapi masalah pribadi atau kelelahan setelah menjalani banyak kegiatan dalam sehari. Pekerjaan ini memang tidak mudah, tetapi terkadang ada kepuasann tersendiri bagi para petugas promkes ketika melihat masyarakat mulai memahami dan menerapkan perilaku hidup sehat.

Meskipun sering tidak terlihat di garis terdepan, dampak dari pekerjaan mereka tersebar di mana-mana. Misalnya pada ibu yang mulai memahami gizi anak, maoksyarakat yang rajin mencuci tangan, hingga masyarakat yang kini lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan.

Pada akhirnya, pekerjaan petugas promosi kesehatan bukan sekadar memberi penyuluhan, tetapi menjadi bagian penting dari upaya pencegahan penyakit di masyarakat. Di balik edukasi yang tampak sederhana serta senyum yang mereka tampilkan, terdapat proses komunikasi yang kompleks, kesabaran panjang, serta komitmen untuk membantu masyarakat memahami kesehatan dengan cara yang mudah diterima. Meskipun tantangan datang dari berbagai arah berdatangan, mereka tetap menjadi garda terdepan dalam mengupayakan perilaku hidup sehat masyarakat. Peran mereka mungkin tidak selalu disorot, tetapi dampaknya terasa nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image