Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Azizah Bunga

Merdeka Belajar: Memaknai Kembali Peran Guru dan Siswa di Era Modern

Eduaksi | 2025-12-10 18:10:40

Bagaimana jadinya jika guru terhebat berdiri dan menjelaskan materi didepan kelas tetapi muridnya sudah lebih dulu belajar materinya dari YouTube? Atau apa gunanya menghafal rumus-rumus matematika kalau AI bisa menghitungnya dalam sepersekian detik? Dunia memang sudah banyak berubah, begitu juga dengan dunia pendidikan. Siapkah kita untuk menghadapi perubahan dimana guru bukan lagi sebagai satu satunya pemberi informasi tetapi sebagai pemberi arahan bagi para siswa? Sebelumnya, mari kita telusuri terlebih dahulu bagaimana konsep dari Merdeka Belajar serta tantangan yang mengiringinya.

Menurut filosofi Ki Hadjar Dewantara makna dari Merdeka Belajar adalah pendidikan yang memberi kebebasan bagi siswa untuk tumbuh dan berkembang sesuai alam dan zamannya. Sejalan dengan konsep Merdeka Belajar yang dirancang oleh Kemendikbud yang mendorong perubahan ke arah pembelajaran yang relevan, manusiawi, dan memberi ruang untuk peserta didik agar berkembang sesuai dengan potensi mereka, maka dari itu peran guru dan murid pada pembelajaran telah bergeser.

Pergeseran peran yang dimaksud yaitu mengenai peran guru yang tadinya merupakan sumber informasi utama kini menjadi pembimbing siswa dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Dari yang dulu posisinya benar-benar sebagai figur utama di kelas, yang mengatur jalannya pelajaran dari awal sampai akhir, menentukan materi hingga cara penyampaian.

Hal ini menciptakan hubungan guru dan murid yang cenderung hierarkis, kenapa demikian? Karena murid lebih banyak menerima, mendengarkan, dan mengikuti arahan tanpa banyak ruang untuk berdiskusi. Namun peran itu kini telah bergeser, kini guru menggunakan metode student-centered yang mana metode ini dapat memberikan ruang diskusi yang cukup untuk siswa karena kini metode pembelajarannya berpusat pada siswa.

Setelah metode student-centered learning ini diterapkan tentunya peran guru berbeda dari sebelumnya, seperti yang disampaikan tadi peran guru turut berubah seiring berubahnya metode pembelajaran. Pada metode pembelajaran student-centered ini peran guru adalah sebagai fasilitator atau pembimbing yang bertugas mengarahkan murid-murid dalam sesi pembelajaran mendorong muridnya untuk aktif bertanya dan berdiskusi.

Sedangkan pergeseran peran murid sendiri adalah dari murid yang pasif menjadi murid yang aktif, maksudnya adalah kini pembelajaran modern tidak lagi menempatkan siswa sebagai penerima materi yang pasif, melainkan siswa didorong untuk melakukan diskusi, memecahkan masalah, dan merefleksikan pemahaman mereka sendiri.

Dari metode belajar tersbut guru membimbing siswa agar memiliki keterampilan 4C, collaboration, communication, critical thinking, dan creativity. Keterampilan 4C ini tentu saja harus didukung dengan soft skills yang memadai, misalnya saja siswa harus mempunyai rasa empati, terbuka, dan manajemen emosi yang baik agar bisa berkolaborasi. Komunikasi yang efektif juga perlu kepercayaan diri dan kemampuan mendengarkan. Begitu juga dengan kemampuan yang lainnya.

Namun tentu saja ada tantangan yang tidak bisa dianggap remeh dalam menerapkan metode Merdeka Belajar ini, antara lain yaitu keterbatasan media ajar dan teknologi dan juga ketergantungan guru terhadap metode lama, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan konsep belajar siswa yang fleksibel, kreatif, dan memberi ruang eksplorasi bagi siswa.

Dibalik semua tantangan itu tentu saja beriringan dengan harapan kita terhdap konsep Merdeka Belajar ini. Ke depan, Merdeka Belajar diharapkan semakin matang dalam memberikan fleksibilitas tanpa mengurangi kualitas. Sistem ini juga diharapkan bisa membentuk siswa yang mandiri, adaftif, kritis, dan relevan dengan tuntutan era digital dan berkelanjutan.

Pada akhirnya Merdeka belajar bukan hanya sekedar mengganti kurikulum, tetapi adalah transformasi hubungan antara guru dan siswa. Dimana guru memandu dan memberdayakan, sementara siswa berani menjelajah dan mencipta. Dengan memaknai ulang peran kita, pendidikan kini bukan lagi tentang mengisi gelas yang kosong, tetapi tentang menyalakan api keingintahuan yang akan selalu membara seumur hidup.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image