Berbagai Keutamaan Sedekah
Gaya Hidup | 2025-12-10 13:56:47
DTPEDULI.ORG | Di tengah kehidupan yang semakin sibuk dan menuntut kita untuk mengejar materi, sedekah datang sebagai nafas kepedulian yang menyejukkan. Ia mengajarkan manusia bahwa apa yang kita miliki adalah titipan Alla Taala dan sebagian darinya sejatinya adalah hak orang lain. Dengan bersedekah, kita tak sekadar membantu sesama, tetapi juga menyucikan hati dan mendekatkan diri pada Allah.
Kata sedekah berasal dari bahasa Arab الصَّدَقَةُ (ash-shadaqah), yang berakar dari kata صِدْقٌ (idq) yang berarti kejujuran atau kebenaran. Secara bahasa, sedekah bermakna tanda kejujuran seseorang dalam imannya. Sedangkan secara istilah, para ulama mendefinisikan sedekah sebagai pemberian yang dilakukan secara sukarela untuk mencari ridha Allah, tanpa mengharap imbalan duniawi.
Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan dalam Syarh Shahih Muslim, "Sedekah dinamakan demikian karena ia merupakan bukti (idq) keimanan seorang hamba kepada Tuhannya. Orang yang memberi karena Allah menunjukkan kejujuran hatinya."
Berikut berbagai keutamaan yang bisa kita dapatkan dengan bersedekah, di antaranya:
1. Sedekah, Benih yang Tumbuh Menjadi Keberkahan
Allah SWT menggambarkan keindahan sedekah dalam Al-Qur'an dengan perumpamaan yang sangat menyentuh:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
"Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir; pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."(QS. Al-Baqarah [2]: 261)
Ayat ini menunjukkan bahwa setiap kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas akan berlipat ganda. Imam Fakhruddin ar-Razi rahimahullah dalam Tafsir al-Kabir menjelaskan bahwa pahala sedekah bisa dilipatgandakan bukan hanya tujuh ratus kali, tetapi bahkan tanpa batas jika dilakukan dengan niat yang benar dan waktu yang tepat.
2. Sedekah Tidak Mengurangi Harta
Rasulullah Saw. bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
"Sedekah tidak akan mengurangi harta." (HR. Muslim no. 2588)
Ibn Hajar al-'Asqalani rahimahullah dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa harta yang disedekahkan akan diganti oleh Allah baik secara materi maupun non materi, seperti kelapangan hati, keberkahan rezeki, dan dijauhkan dari musibah.
Imam Nawawi rahimahullah menambahkan, "Makna tidak berkurang adalah karena sedekah menjadi sebab datangnya keberkahan dan tambahan balasan di sisi Allah."
3. Sedekah Memadamkan Dosa
Rasulullah Saw. bersabda:
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ
"Sedekah memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api." (HR. At-Tirmidzi no. 614, hasan shahih)
Makna ini diulas oleh Imam Ibn Rajab al-Hanbali rahimahullah dalam Jami' al-'Ulum wal Hikam. Beliau menulis bahwa sedekah yang ikhlas bukan hanya menghapus dosa, tetapi juga melembutkan hati pemberinya. Seperti air yang mendinginkan bara, sedekah menenangkan jiwa dari amarah dan keserakahan.
4. Sedekah Diam-diam, Amal yang Paling Dicintai Allah
Allah SWT berfirman lagi dalam surah Al-Baqarah ayat 274:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya pada malam dan siang, secara rahasia maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhan mereka; tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Al-Baqarah [2]: 274)
Imam Al-Qurthubi rahimahullah dalam Tafsir al-Jami' li Ahkam al-Qur'an menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan keutamaan sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, karena menjaga keikhlasan dan menghindari riya.
Beliau menulis, "Sedekah secara rahasia lebih mendekatkan pada keikhlasan, sedangkan sedekah terang-terangan dapat menjadi teladan bagi orang lain."
5. Sedekah Membersihkan Jiwa
Imam al-Ghazali rahimahullah dalam Ihya Ulum al-Din mengaitkan sedekah dengan tazkiyah an-nafs (penyucian jiwa). Menurutnya, "Sedekah adalah latihan untuk mematahkan cinta terhadap dunia dan menghidupkan rasa kasih terhadap sesama. Barangsiapa mencintai harta, maka tidak akan sempurna ibadahnya sampai ia memberi sebagian darinya."
Ibn al-Qayyim al-Jauziyah rahimahullah dalam Madarij as-Salikin menyebut sedekah sebagai "obat bagi hati yang keras". Ia menjelaskan, "Jika engkau ingin hatimu lembut, maka dekatlah dengan orang miskin dan berikan apa yang engkau cintai kepada mereka. Karena tidak ada yang lebih mampu menundukkan nafsu selain memberi."
6. Sedekah Menolak Bencana
Rasulullah Saw. bersabda dalam riwayat Thabrani:
بَادِرُوا بِالصَّدَقَةِ، فَإِنَّ الْبَلَاءَ لَا يَتَخَطَّى الصَّدَقَةَ
"Bersegeralah bersedekah, karena bencana tidak akan mendahului sedekah." (HR. Thabrani dalam Al-Mu'jam al-Kabir)
Hadis ini menggambarkan bahwa sedekah bisa menjadi pelindung dari musibah, baik di dunia maupun akhirat.
Sahabat Peduli, Sedekah mengajarkan bahwa harta bukan untuk disimpan rapat-rapat, tapi untuk disalurkan demi kemaslahatan. Dalam setiap rupiah yang kita sedekahkan, ada kepedulian yang menghadirkan senyum dan keberkahan, serta ketenangan.
Semoga kita termasuk orang-orang yang peka dan peduli, yang menebar manfaat dan kebahagiaan melalui sedekah yang tulus dan ikhlas. Aamiin ya Rabbal Alamin. (Agus ID)
Sumber:
Al-Qur'anul Karim
Imam At-Thabrani, Al-Mu'jam al-Kabir
Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi (Imam Muslim), Sahis Muslim
Imam Abu 'Isa Muhammad bin 'Isa bin Saurah al-Tirmidzi (Imam At-Tirmidzi), Sunan al-Tirmidzi
Imam Fakhruddin ar-Razi, Tafsir al-Kabir
Imam al-Qurthubi, Al-Jami' li Ahkam al-Qur'an
Imam al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din
Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Madarij as-Salikin
Ibn Rajab al-Hanbali, Jami' al-'Ulum wal Hikam
Imam Nawawi & Ibn Hajar al-'Asqalani, Syarh Shahih Muslim dan Fath al-Bari
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
