Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image zalfa najiha salam

Stop Plagiarisme! Begini Cara Mengutip yang Benar dan Profesional

Pendidikan dan Literasi | 2025-12-08 14:28:34
sumber: https://www.istockphoto.com/id/foto/kutipan-orang-dan-simbol-kutipan-ilustrasi-3d-gm856721074-141178049

Pernahkah Anda menemukan sebuah artikel yang menyebut “menurut penelitian” atau “para ahli berpendapat” tanpa mencantumkan siapa penelitinya, dari mana datanya, atau sumber asli informasinya? Sekilas kalimat tersebut terdengar meyakinkan, tetapi tanpa referensi yang jelas, pembaca tidak memiliki pegangan untuk memastikan kebenarannya. Akhirnya, tulisan yang seharusnya informatif justru rentan terhadap kesalahpahaman.

Inilah alasan kutipan sangat penting dalam sebuah artikel, dengan mencantumkan sumber secara lengkap, pembaca yakin bahwa informasi yang disampaikan benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Kutipan bukan sekadar pelengkap, melainkan penghubung antara argumen penulis dan fakta yang mendukungnya.

Apa Itu Kutipan?

Kutipan adalah pengambilan pernyataan atau ide orang lain yang kemudian dimasukkan ke dalam tulisan kita dengan menyebutkan sumbernya.

Contoh sederhana, ketika Anda sedang menulis artikel tentang pendidikan. Anda membaca buku Pak Budi yang mengatakan "Belajar itu harus konsisten." Nah, Anda bisa memasukkan pernyataan tersebut ke dalam tulisan Anda, dengan catatan harus menuliskan bahwa pernyataan tersebut berasal dari karya Pak Budi.

Hal yang perlu diingat adalah setiap kutipan HARUS menyebutkan siapa yang mengatakan, dari mana sumbernya, dan kapan (tahun berapa).

Mengapa Kutipan Itu Penting?

Kutipan berperan penting dalam penulisan akademik karena menjaga integritas dan mencegah plagiarisme. Dengan mencantumkan sumber secara jelas, penulis menghargai karya penulis sebelumnya sekaligus memperkuat argumen serta meningkatkan kredibilitas tulisan. Kutipan juga membantu pembaca memahami landasan teori dan memudahkan verifikasi informasi untuk penelitian selanjutnya.

Dua Jenis Kutipan yang Perlu Anda Tahu

1. Kutipan Langsung

Kutipan langsung berarti teks diambil persis dari sumber aslinya

Ada dua macam:

a) Kutipan Langsung 40 Kata

Cara menulisnya:

 

  1. Menyatu dalam teks
  2. Menggunakan tanda kutip ("...")
  3. Menyebutkan nama penulis, tahun, dan halaman

Contoh: Menurut Hasanah (2021:23), "Kemampuan berpikir kritis tidak lahir begitu saja, tetapi perlu dilatih secara konsisten."

b) Kutipan Langsung ≥ 40 Kata

Cara menulisnya:

 

  1. Penulisannya dipisah dari paragraf
  2. Tidak menggunakan tanda kutip (“...”)
  3. Diketik dengan spasi tunggal

Contoh:

Prasetyo (2022:87) menjelaskan:

Literasi lingkungan bukan hanya pemahaman tentang menjaga kebersihan, tetapi mencakup sikap, keterampilan, dan kebiasaan manusia dalam mengelola sumber daya alam secara bijaksana. Kesadaran ini penting ditanamkan sejak dini agar terbentuk generasi yang peduli.

2. Kutipan Tidak Langsung (Parafrase)

Kutipan tidak langsung berarti mengambil idenya saja, tetapi ditulis dengan bahasa sendiri.

Contoh:

Hasanah (2021:23) menegaskan bahwa kemampuan berpikir kritis harus dibangun melalui latihan yang konsisten.

Kutipan tidak langsung berarti menyampaikan kembali ide dari sumber asli dengan bahasa sendiri, tanpa menyalin kalimat aslinya. Meskipun tanpa tanda kutip, nama penulis, tahun, dan halaman tetap harus dicantumkan agar pembaca mengetahui dari mana ide tersebut berasal.

Tiga Gaya Penulisan Kutipan Populer

1. APA Style (American Psychological Association)

Paling banyak digunakan pada bidang psikologi, pendidikan, bisnis, dan ilmu sosial. Format penulisan pada APA style dibagi menjadi dua, yakni :

1. Format Kutipan Tidak Langsung (Penulis + Tahun)

Contoh: Menurut Nurhadi (2020), literasi digital sangat penting agar generasi muda mampu memilah informasi di era internet.

2. Format Kutipan Langsung (Penulis + Tahun + Halaman)

Contoh: “Literasi digital adalah keterampilan untuk mencari, memahami, dan menggunakan informasi dunia maya” (Nurhadi, 2020, 45).

2. MLA Style (Modern Language Association)

Paling banyak digunakan pada bidang bahasa, sastra, filsafat, dan humaniora. Format penulisan kutipan pada MLA style adalah nama belakang penulis + nomor halaman (tanpa tahun), letaknya di belakang kutipan.

Contoh 1 (kutipan tidak langsung) : Literasi digital membuat siswa lebih kritis dalam menerima informasi (Nurhadi 45).

Contoh 2 (kutipan langsung) : “Literasi digital adalah keterampilan untuk mencari, memahami, dan menggunakan informasi dari dunia maya” (Nurhadi 45).

3. Chicago Style

Paling banyak digunakan pada bidang sejarah, seni, dan ilmu sosial. Terdapat 2 jenis penulisan pada Chicago style, yakni sebagai berikut:

 

  1. Author-Date

Penulisan kutipan pada author-date mirip dengan APA style,digunakan untuk tulisan akademik yang membutuhkan kutipan langsung di dalam teks

 

  • Format penulisan dalam teks : nama belakang penulis + tahun, halaman.
  • Format penulisan pada daftar pustaka : nama belakang, nama depan. Tahun. Judul buku. Tempat terbit: penerbit.

2. Notes and Bibliography

Penulisan kutipan pada style ini menggunakan catatan kaki (footnotes) lalu dilengkapi dengan bibliography di akhir dokumen. Biasanya digunakan pada bidang sejarah, seni, dll.

 

  • Contoh catatan kaki :

Ahmad Nurhadi, Literasi Digital dan Generasi Muda (Yogyakarta: Andi Offset, 2020), 45.

 

  • Format penulisan bibliography : nama belakang, nama depan, judul buku. Tempat terbit: penerbit, tahun.

Tips Praktis Mengelola Kutipan

1. Catat Informasi Sumber Sejak Awal

Setiap kali membaca buku atau artikel, langsung catat informasi berikut:

 

  • Nama lengkap penulis
  • Judul lengkap
  • Tahun terbit
  • Penerbit dan kota terbit
  • Nomor halaman

Mencatat sejak awal akan menghemat waktu dan menghindari kesulitan mencari kembali sumber yang sudah dibaca.

2. Manfaatkan Aplikasi

Beberapa aplikasi gratis yang dapat membantu mengelola kutipan:

 

  • Mendeley
  • Zotero
  • EndNote

Aplikasi-aplikasi ini mampu membuat daftar pustaka secara otomatis sesuai format yang diinginkan, sehingga sangat menghemat waktu dan meminimalkan kesalahan penulisan.

3. Utamakan Parafrase daripada Kutipan Langsung

Parafrase menunjukkan pemahaman mendalam terhadap materi yang dibaca. Gunakan kutipan langsung untuk pernyataan yang sangat penting, khas, atau sulit diungkapkan dengan kata-kata sendiri.

4. Pilih Sumber yang Kredibel dan Terpercaya

Sumber yang direkomendasikan :

 

  • Jurnal ilmiah terindeks
  • Buku dari penerbit akademis atau terpercaya
  • Website institusi resmi

5. Periksa Keaslian Karya Sebelum Mengirim

Gunakan aplikasi pendeteksi plagiarisme untuk memastikan semua kutipan telah dicantumkan dengan benar dan tidak ada kesamaan berlebihan dengan sumber asli.

Mulai sekarang, biasakan mengutip dengan benar. Awalnya mungkin terasa rumit, tapi lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan. Tulisan Anda akan jauh lebih berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan.

penulis : Zalfa Najiha Salam Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image