Cuaca Ekstrem Kian Memakan Korban, Pakar: Ini Bukan Lagi Proyeksi, Ini Realita!
Info Terkini | 2025-12-05 19:35:01
Jakarta, 5 Desember 2025 — Siklon tropis Senyar dan sejumlah peristiwa cuaca ekstrem yang melanda berbagai wilayah Indonesia dalam beberapa minggu terakhir juga yang diperkirakan masih akan berlangsung sampai beberapa bulan mendatang kembali menegaskan satu hal: krisis iklim bukan ancaman masa depan melainkan persoalan hari ini.
Banjir bandang, kenaikan permukaan air laut, kenaikan suhu buki, gelombang panas yang tidak biasa, hingga angin kencang yang merusak infrastruktur telah menimbulkan kerugian finansial yang signifikan dan menelan korban jiwa.Di tengah meningkatnya eskalasi fenomena ini, Stella Septania, pakar sustainability dan pembangunan berkelanjutan dari Institute of Certified Sustainability Practitioner (ICSP) Indonesia, menegaskan perlunya perubahan cara pandang dan tindakan cepat dari pemerintah, pelaku industri, serta masyarakat luas.
“Selama ini kita selalu menganggap ini kajian diatas kertas semata saja. Sekarang kita telah melihatnya menjadi realita di depan mata,” katanya.
Menurut Stella, selama bertahun-tahun diskusi mengenai krisis iklim sering kali berhenti pada tataran kajian akademik dan laporan risiko. “Kita selalu menganggap skenario cuaca ekstrem itu semata simulasi jangka panjang. Padahal sekarang realitasnya sudah di depan mata dan berdampak terhadap hidup masyarakat secara langsung,” ujarnya.
Ia menyoroti bahwa fenomena cuaca ekstrem kini terjadi dengan frekuensi lebih rapat dan intensitas lebih tinggi. “Yang dulu disebut 1-in-100-year event, sekarang terjadi setiap beberapa tahun, bahkan hitungan bulan. Jelas pola Ini bukan kebetulan. Ini fakta,” jelasnya.
Kerugian Ekonomi dan Ancaman Sosial Kian Nyata
Data BNPB menunjukkan bahwa kerugian akibat bencana hidrometeorologi terus meningkat dalam satu dekade terakhir. Stella menekankan bahwa dampak finansial dan sosial dari fenomena ini akan menyentuh rantai ekonomi secara menyeluruh, dari rumah tangga, UMKM, perusahaan besar, hingga anggaran negara. “Kerusakan infrastruktur, terhentinya operasional industri, hilangnya aset masyarakat, hingga meningkatnya biaya kesehatan akan menciptakan tekanan ekonomi jangka panjang,” katanya.
Ia menambahkan bahwa kelompok rentan akan terdampak paling parah. “Mereka punya kemampuan adaptasi dan kapabilitas ekonomi yang terbatas, serta sering kali tidak punya pilihan,” ujarnya.
Tiga Prioritas Kedepan Untuk Perkuat Mitigasi dan Adaptasi Iklim
Sebagai praktisi keberlanjutan, Stella menekankan bahwa strategi ke depan harus memadukan mitigasi dan adaptasi secara seimbang.Ia menyoroti tiga hal yang harus menjadi prioritas nasional dan korporasi.Pertama, infrastruktur tahan iklim. Investasi pada ketahanan fisik seperti sistem drainase adaptif, early warning system, green infrastructure, dan tata ruang berbasis risiko harus dipercepat.
Kedua, manajemen risiko iklim dalam Tata Kelola Pemerintah & Korporasi. Stella menegaskan bahwa pendekatan climate-risk assessment, hingga stress test iklim tidak bisa lagi dianggap sebagai aspek kepatuhan semata, melainkan dasar bagi pengambilan keputusan, yang dimana pengawasan juga harus diperkuat. “Mereka yang tidak memasukkan risiko iklim ke dalam analisis strategis akan semakin rentan. Ini bukan isu lingkungan saja, ini isu kelangsungan bisnis. Ini isu kelangsungan hidup,” jelasnya lebih lanjut.
Ketiga, transisi energi yang konsisten dan terencana“Tanpa mitigasi, intensitas cuaca ekstrem akan terus naik. Tanpa adaptasi, kita akan terus jatuh ke siklus kerugian dan bencana,” jelasnya.Dalam penjelasannya lebih lanjut Stella menegaskan bahwa ini seharusnya menjadi turning point bagi Indonesia. Menurutnya Indonesia tidak lagi bisa menunggu sampai bencana berikutnya.
“Kita sudah melihat bukti, kita sudah merasakan dampaknya. Pertanyaannya: apakah kita siap mengubah cara bekerja, cara membangun, dan cara memimpin?Krisis iklim adalah isu lintas sektor, lintas kementerian, dan lintas generasi. Kita harus cepat mengambil tindakan dan keputusan. Kita butuh arah yang jelas, komitmen yang konsisten, dan keberanian untuk berubah,” tutupnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
