Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image SRI WAHYUNINGSIH

Banjir Sumatera: Dampak Psikologis Korban di Tengah Situasi Bencana Alam

Curhat | 2025-12-05 13:41:06

Bencana Sumatera: Longsor dan Banjir Menelan Banyak Korban Jiwa

Banjir dan tanah longsor melanda Sumatera. Sumber gambar: Tiktok

Sejak musim hujan, curah hujan terus tidak berhenti membuat volume air semakin tinggi membuat Sumatera terlanda bencana mulai pertengahan November-Desember awal 2025, bencana longsor dan banjir telah melanda 46 kabupaten/ kota yang terdampak.

Data terkini tercatat kurang lebih 78 korban dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang meninggal dunia, terdapat 564 yang masih dalam pencarian, dan kurang lebih 2.600 orang luka-luka Kamis (4/12/2025) data masuk pukul 06.25 WIB.

Tim BPBD, mengungkapkan untuk segera mengirimkan bantuan melalui jalur air.

"masyarakat Indonesia saling membantu kepada para korban bencana dari Pangkalan Susu ke Kab. Tamiang, Aceh Timur, Aceh Utara, Langsa, Lhokseumawe, dan kota-kota yang lain dengan menggunakan jalur air. karena di sana sudah terputus akses komunikasi, BBM, semuanya. Aceh Utara sudah tercatat 30 jenazah anak bayi, langsia, jenazah yang belum bisa diangkut, kami mohon bantuan kepada masyarakat Indonesia". Ungkapnya

Akses pada infrakstruktur seperti sekolah, jembatan, tempat ibadah, jalan masih rusak parah, internet serta listrik terputus, dan rumah-rumah tergenang dipenuhi dengan air lumpur, semakin memperburuk kondisi kecemasan korban karena sudah kehilangan tempat tinggal.

Dampak Psikologis Semakin Terlihat di Area Bencana

Korban tidak hanya mengalami kerugian secara finansial, tetapi juga kehilangan keluarga yang mereka sayangi yang dapat menyebabkan munculnya dampak psikologis yang semakin dirasakan oleh warga terdampak, khususnya para warga yang masih terus mencari anggota keluarganya dibalik puing-puing rumah dan timbunan tanah longsor. Sebagian besar pengungsi merasa cemas terhadap keselamatan keluarganya.

Seorang ayah di Si Bolga, menangis berusaha mencari putrinya di bawah timbunan tanah longsor selama 2 hari.

"udah 2 hari, boru ku" ungkapnya sambil teriak dan menangis.

Seorang warga dari Aceh Barat, menceritakan bagaimana ia harus berlari meninggalkan rumah saat air tiba-tiba naik.

"kerjadian sekitar jam 07.00 WIB pagi waktu TKP, warga kocar-kacir ada yang terjebak dan tidak sempat tolong menolong karena banjir tinggi 4 meter. ada keluarga yang mengungsi di Indomaret atau Alfamaret karena rumah pada rusak diterjang banjir". ungkapnya

Para korban pengungsian takut jika rumah mereka hilang terbawa banjir, dan anak-anak menangis menunggu orang tua mereka. kondisi tenda pengungsian yang semakin padat, kurangnya ruang privasi, akses listrik yang terputus, dan teriakan minta tolong dari orang-orang yang masih terjebak di atap rumah yang tergenang banjir menambah tekanan emosional serta ketakutan bagi warga.

Seorang Warga (Rita), menceritakan bagaimana ia harus menyelamatkan diri beserta anaknya.

"Kami keluar rumah, kami lari kira-kira 10 meter kami lari langsung gelap anak yang awalnya saya gengam tangannya seperti ini, tiba-tiba kami langsung berpelukan anak saya pelukan terasa berat sampai kami berpegangan tangan, Entah apa benda yang lewat tidak tau kami berpelukan lagi, mati ikhlas allah-allah. Eh kok saya masih bernafas saya berdiri lagi peluk anak saya, dan anak saya bilang "adek selamatkan bunda" katanya". ungkap ketakutan korban.

Ungkap korban banjir Sumatera (Abdul), keinginanya untuk bertemu sang istri.

"Saya merasa tidak berguna lagi, karena istri saya tidak ada , saya tinggal sendiri mau bagaimana lagi saya. yang saya inginkan istri saya ketemu walau hanya sepotong jari, asal bisa dikenali itu saja sudah cukup. Saya hanya hidup sebatang kara punya istri tidak, anak tidak" ungkap perasaan salah satu korban terdampak yang kehilangan keluarganya.

Hasil penyampaian di atas terbuktinya bahwa akibat dari bencana ini dapat memunculkan berbagai gangguan psikologis seperti trauma, stres, kecemasan, dan depresi. yang membuat efek trauma batin seperti penurunan produktivitas, kesedihan mendalam dan rasa tidak aman.

Respon Pemerintah dan Kebutuhan Pendampingan Psikososial Korban

Pemerintah sudah mengirimkan bantuan melalui Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) ke titik lokasi bencana di pulau Sumatera. Namun, saat ini upaya pemulihan psikologis belum sepenuhnya terlihat, mayoritas bantuan masih berfokus pada makanan, obat-obatan, dan pakaian. Padahal kesehatan mental korban terdampak juga perlu perhatian. karena setelah semua yang terjadi tentu saja korban juga pasti membutuhkan ketenangan dan dukungan psikologisnya.

Mengapa Sudut Pandang Terhadap Aspek Mental Harus di Dengar?

Bencana ini bukan sekedar tentang kerusakan material tapi juga hancur nya jiwa para korban yang harus segera di obati luka batin yang tidak terlihat secara jelas namun berdampak besar bagi keberlangsungan hidup yang jika terabaikan akan membuat korban mengalami masalah psikologis yang serius. dukungan psikososial, empati, dan perhatian lebih dari pemerintah dan rakyat indonesia sangat penting.

Dengan mengangkat aspek ini dalam narasi bencana Sumatera, artinya kita turut membantu menyuarakan kebutuhan korban terdampak secara utuh memberikan harapan baru agar setelah bencana diharapkan kedepan warga Sumatera dapat pulih tidak hanya secara material, fisik tapi juga secara jiwa, batin yang terluka sebelumnya demi kesejahteraan psikologis

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image