Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zilzala Ayatullah

Dualitas Peran Santri: Agen Perubahan Islam atau Penjaga Budaya Nusantara?

Humaniora | 2025-12-05 02:45:52

Peran santri sebagai produk utama dari hasil pendidikan pesantren seringkali menimbulkan dualitas: apakah mereka berperan sebagai agen perubahan yang membawa modernisasi nilai-nilai islam atau sebagai penjaga budaya tradisional islam Nusantara dan kitab kuning sebagai media pembelajaran? Sejak era kemerdekaan, pondok pesantren dan santrinya telah menjadi pusat kebudayaan lokal sekaligus sumber pendidikan agama dan inovasi sosial. Namun, posisi mereka dalam menghadapi arus globalisasi dan pergeseran budaya menjadi pertanyaan yang terus berlanjut. Alih-alih terbagi menjadi dua, peran santri sebagai agen perubahan islam dan pelestari budaya tradisional menciptakan kolaborasi yang memungkinkan proses modernisasi dan pelestarian budaya islam berjalan beriringan.

Seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi, budaya lokal di Indonesia semakin tergerus oleh budaya asing yang masuk. Globalisasi juga mempengaruhi sistem pembelajaran yang terjadi di sekolah atau lembaga pendidikan. Dalam hal ini, pesantren dan santrinya memiliki peran sebagai pelestari budaya lokal islam Nusantara. Sistem pengajaran tradisional dalam pesantren seperti bandongan dan sorogan (metode belajar kitab kuning tradisional) menjadi tradisi disiplin ilmu yang dilestarikan oleh para santri. Hal ini agar mereka terhindar dari pemahaman agama yang instan atau puritan.

Selain itu, amalan keagamaan seperti tahlilan, ziarah kubur, dan maulid nabi yang dilakukan santri baik di lingkungan pesantren maupun masyarakat bukan sekedar ritual. Melainkan, sebagai bentuk akulturasi nilai-nilai islam dalam budaya lokal yang membuat islam diterima tanpa konflik dengan adat setempat, santri berperan sebagai pondasi dakwah islam yang ramah terhadap adat istiadat dalam masyarakat. Pesantren juga sering menjadi tempat untuk melestarikan seni dan bahasa daerah. Hal itu dicontohkan dalam penggunaan bahasa lokal seperti bahasa Jawa, Sunda, atau Madura dalam kegiatan muhadhoroh atau kegiatan mengaji kitab kuning.

Sistem pendidikan pesantren yang menanamkan nilai agama melalui kegiatan pembelajaran tradisional dan budaya lokal yang merupakan modal awal seorang santri untuk menjadi agen perubahan. Santri membawa perubahan yang bersifat moderat, inklusif, dan mengakar pada tradisi. Mereka menjadi pondasi dalam pembawaan narasi islam moderat kepada publik untuk mencegah munculnya paham ekstremisme dan radikalisme yang kian gencar di era modern. Santri juga menjadi motor perubahan melalui jalur formal seperti pendidikan dan politik.

Banyak tokoh politik, pengajar, dan pemimpin organisasi islam (seperti NU dan Muhammadiyah) yang mempunyai gelar santri dan berkecimpung dalam pemerintahan serta mendirikan lembaga pendidikan seperti sekolah, Yayasan, dan universitas untuk memajukan bangsa. Selain mempelajari tentang agama, santri modern juga mempelajari teknologi dan kewirausahaan. Munculnya program Pesantren Sociopreneur menunjukkan sebuah akulturasi dari etos kerja dan disiplin santri dalam pengembangan teknologi dan kemajuan ekonomi.

Hal-hal tersebut menjadi bukti, bahwa dualitas peran santri dapat dikolaborasikan dan membawa pengaruh yang lebih besar. Melalui akulturasi budaya lokal dengan ajaran agama islam yang diajarkan melalui sistem pendidikan pesantren yang kemudian dilestarikan dan diaplikasikan oleh santri ketika menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa santri mampu mengahadapi tantangan globalisasi tanpa kehilangan identitas lokalnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image