Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhamad Mahesyah Bearlano

Melangkah ke Ruang Virtual: Panduan Singkat Memahami Metaverse

Teknologi | 2025-12-04 11:55:24

Melangkah ke Ruang Virtual: Panduan Singkat Memahami Metaverse

Oleh: Muhamad Mahesyah Bearlano

Wacana mengenai Metaverse semakin mendominasi ruang diskusi publik, bukan hanya di kalangan pegiat teknologi, tetapi juga di sektor ekonomi dan pendidikan. Istilah yang dipopulerkan oleh novel fiksi ilmiah Snow Crash pada 1992 ini kini menjelma menjadi realitas digital yang sedang dibangun raksasa teknologi global. Memahami Metaverse bukan lagi pilihan, melainkan keniscayaan dalam menyambut era internet berikutnya.

Membedah Konsep Dasar

Secara sederhana, Metaverse dapat didefinisikan sebagai iterasi berikutnya dari internet, sebuah jaringan luas dari dunia-dunia virtual 3D yang persisten, real-time, dan dapat dialami secara mendalam (immersive). Berbeda dengan game online konvensional di mana sesi dapat berakhir, Metaverse adalah dunia yang terus berjalan dan berevolusi, bahkan ketika pengguna sedang tidak aktif (persisten).

Karakteristik kunci yang membedakannya dari internet 2D biasa adalah:

• Imersi: Pengguna dapat benar-benar merasa hadir di dalamnya, sering kali difasilitasi oleh perangkat keras seperti Virtual Reality (VR) atau Augmented Reality (AR).

• Kepemilikan Digital: Ekonomi virtual yang memungkinkan pengguna memiliki, membuat, dan memperdagangkan aset digital, di mana Non-Fungible Token (NFT) memainkan peran fundamental dalam memvalidasi kepemilikan tersebut.

• Interoperabilitas (Ideal): Dalam konsep utamanya, Metaverse harus memungkinkan aset digital (seperti avatar, pakaian, atau properti) untuk berpindah dengan mulus dari satu platform virtual ke platform lainnya.

Pilar Teknologi dan Peran Kunci

Metaverse berdiri di atas fondasi beberapa teknologi yang saling mendukung. VR menawarkan pengalaman imersif total, sementara AR membawa elemen digital ke dunia fisik (misalnya, melalui aplikasi smartphone). Kedua teknologi ini didukung oleh konektivitas ultra cepat seperti 5G dan masa depan 6G, yang sangat penting untuk memastikan interaksi real-time tanpa lag (latensi).

Tak kalah penting adalah peran teknologi Blockchain. Melalui NFT, blockchain menciptakan mekanisme kepercayaan dan kelangkaan digital. Ini adalah tulang punggung ekonomi Metaverse, menjamin bahwa tanah virtual yang Anda beli atau karya seni digital yang Anda ciptakan benar-benar Anda miliki.

Bukan Sekadar Permainan

Meskipun akarnya banyak berasal dari industri gaming, potensi Metaverse jauh melampaui hiburan. Sektor-sektor berikut diprediksi akan mengalami transformasi signifikan:

• Pendidikan: Mahasiswa kedokteran dapat melakukan pembedahan virtual yang realistis, atau pelajar sejarah dapat melakukan tur ke reruntuhan kuno tanpa meninggalkan ruang kelas.

• Pekerjaan dan Kolaborasi: Pertemuan kantor dapat dilakukan di ruang virtual 3D yang terasa lebih alami daripada panggilan video 2D, meningkatkan rasa kehadiran dan interaksi tim global.

• Perdagangan (E-commerce): Merek-merek fashion meluncurkan koleksi pakaian digital untuk avatar, dan konsumen dapat mencoba produk virtual sebelum membelinya secara fisik, menggabungkan pengalaman belanja online dan offline.

Tantangan yang Perlu Diperhatikan

Transisi ke ruang virtual yang baru ini bukannya tanpa hambatan. Tantangan terbesar mencakup isu privasi dan keamanan data di dunia yang lebih terekspos. Selain itu, masalah regulasi dan etika menjadi krusial; bagaimana kita mencegah pelecehan, perundungan, atau bahkan kejahatan di dalam ekosistem virtual ini?

Dari sisi teknis, tantangan interoperabilitas masih menjadi perdebatan. Saat ini, banyak perusahaan membangun "kebun" virtual mereka sendiri. Agar Metaverse benar-benar terwujud, platform-platform ini harus dapat "berbicara" satu sama lain.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image