Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muliadi Saleh

Menggagas Perubahan Iklim Melalui KKN Tematik

Edukasi | 2025-11-25 09:35:37

Muliadi Saleh

Perubahan iklim bukanlah tamu asing yang datang dari jauh. Ia telah lama duduk di beranda kehidupan kita—di desa yang sunyi, di kota yang hiruk-pikuk—mengubah ritme alam sedikit demi sedikit, hingga kita mulai bertanya-tanya: sejak kapan musim berhenti memberi tanda?

Di desa, perubahan itu tampak nyata. Angin yang dulu menjadi penunjuk waktu kini tak lagi setia. Hujan datang tanpa janji, kemarau bertahan terlalu lama, dan tanah retak yang menganga seakan menyimpan kecemasan para petani. Di lumbung-lumbung sederhana, ketidakpastian itu terpantul jelas: apakah panen masih mampu menanggung biaya hidup? Apakah langit akan memberi kesempatan lagi?

Namun desa tidak pernah benar-benar rapuh. Ia menyimpan kearifan yang tumbuh jauh sebelum sains menemukan istilah “adaptasi iklim”: sumur tua yang menjaga cadangan air, pola tanam lokal yang menolak menyerah pada cuaca ekstrem, hingga pranata mangsa yang mengajarkan ketenangan membaca tanda alam. Di balik kesederhanaan itu, ada kebijaksanaan ekologis yang tak pernah tercatat dalam jurnal ilmiah, tetapi hidup dalam praktik sehari-hari.

KKN Tematik Perubahan Iklim hadir untuk merawat kebijaksanaan ini, memadukannya dengan ilmu yang dibawa mahasiswa. Mereka bukan datang sebagai ahli, tetapi sebagai penghubung—yang mencoba menjahit ulang hubungan manusia dan alam. Dengan pemetaan sederhana, mahasiswa dapat membaca kembali “cerita” yang ditinggalkan iklim: titik banjir musiman, ladang yang rentan kering, pola konsumsi air rumah tangga, hingga sampah yang diam-diam menjadi beban desa.

Dari pembacaan itu, lahirlah program-program kecil yang berdampak panjang. Kebun pangan rumah tangga, kompos cepat, sistem penampungan air hujan, atau demplot varietas tahan kering—semua ini bukan sekadar proyek KKN, melainkan cara mengembalikan harapan. Ketika warga belajar menyimpan air, mereka sedang menyimpan masa depan. Ketika petani mencoba pola tanam baru, mereka sedang menanam optimisme.

Namun perubahan iklim tak hanya menghantui desa. Kota pun memiliki cemasnya sendiri. Gelombang panas yang meningkat, banjir kilat di sudut-sudut jalan, sampah yang menumpuk tiap hari, serta ruang hijau yang berubah menjadi beton. Di kota, adaptasi bukan soal lahan dan ladang, tetapi tentang perilaku: bagaimana warga menghemat energi, mengurangi sampah, menggunakan transportasi yang lebih bersih, atau merawat ruang publik yang tersisa.

Karena itu, KKN Tematik yang ditempatkan di kota tetap memiliki ruang kerja yang luas. Mahasiswa bisa melakukan pemetaan iklim perkotaan, memperkuat bank sampah komunitas, membuat kebun vertikal, mengkampanyekan transportasi ramah lingkungan, atau mendampingi RW dalam membuat rencana aksi iklim berbasis warga. Kota membutuhkan pemicu kesadaran, dan mahasiswa dapat menjadi juru bisik perubahan itu.

Pada akhirnya, baik desa maupun kota, sama-sama berada dalam garis yang rapuh antara ketidakpastian dan harapan. Perubahan iklim memang tantangan besar, tetapi ia tidak selalu menuntut jawaban besar. Kadang, ia hanya meminta kita melakukan hal-hal kecil—menanam pohon, mengurangi sampah, menyimpan air, berbagi pengetahuan, membangun jejaring—hal-hal sederhana yang, ketika dilakukan bersama, mampu mengubah arah masa depan.

Kita tidak bisa memanggil musim kembali seperti dulu, tetapi kita bisa menjadi lebih arif dalam menghadapinya. Dan mungkin, di sanalah letak kekuatan kita sebagai bangsa: bertahan dengan cara-cara kecil yang penuh ketulusan, sambil terus percaya bahwa masa depan tetap bisa diperbaiki.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image