Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muliadi Saleh

AAN: Setetes Pamit di Pagi Terakhir

Curhat | 2025-11-21 07:47:22

Muliadi Saleh

Rumah kami pernah penuh oleh kebahagiaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Kehangatan itu datang dari seorang bayi laki-laki gagah bernama AAN, Farhan Yuzad Mundzir. Dalam 9 bulan—276 hari—ia membuat setiap sudut rumah terasa bernyawa.

Ia hadir membawa senyum yang menyalakan pagi, mata bening yang memantulkan ketulusan, dan suara renyah yang membuat kami ingin selalu pulang. Ada magnet lembut yang selalu menarik langkah kami kembali ke rumah: rindu melihat wajahnya.

Tidak ada tanda bahwa ia akan pergi duluan. Tidak ada kode dari semesta.

Hanya demam.

Demam ringan, pikir kami. Kami membawanya ke dokter, diberi obat, disuruh beristirahat. Namun malam itu tubuhnya semakin panas, napasnya cepat, matanya mulai sayu. Kami memutuskan membawanya ke rumah sakit—dengan langkah yang terasa lebih cepat daripada detak jantung sendiri.

Di IGD, petugas memasang infus kecil di hidungnya. Ia menangis sebentar, lalu diam seperti sedang menahan sesuatu yang tidak mampu kami bagi. Kami menemani sepanjang malam, menggenggam tangannya yang kecil, menyebut namanya pelan, berharap pagi datang membawa keajaiban.

Tetapi pagi itu, justru keheningan yang datang.

Pagi 21 November 1998—pagi yang tak akan pernah hilang dalam ingatan.

Saya berdiri di sampingnya, merasakan suhu tangannya yang masih hangat. Ia membuka sedikit matanya. Seolah memastikan kami—ayah dan ibunya—tetap di sana. Tetap bersamanya.

Lalu, setetes air mata jatuh.

Satu tetes.

Bening.

Mengalir di pipinya yang cubi.

Air mata itu adalah pesan yang tidak pernah bisa saya lupakan.

Pesan paling sunyi namun paling lantang: air mata pamit.

Dan setelah itu, AAN pergi.

Pergi dengan gagah, seolah ia memang dipanggil untuk pulang.

Dalam usia yang bahkan belum genap satu tahun, ia kembali kepada Pencipta-Nya—dengan cara yang hanya Allah sendiri yang tahu.

Kini rumah itu tetap ada, tetapi tidak lagi sama. Kadang kami masih menoleh ke sudut tempat tidurnya. Kadang kami masih menunggu suara tangisnya. Kadang rindu datang tanpa mengetuk.

Namun setelah semua air mata dan semua keheningan, kami sadar sesuatu:

Apapun yang Allah kehendaki, itulah yang harus terjadi.

Dia Maha Berkehendak.

Dia mengambil kapan pun, di mana pun, dan dengan cara apa pun.

Dan kami—betapa pun berat—harus ikhlas.

Sebagai orang tua, kami pun belajar bahwa mengingatkan anak untuk kembali kepada Allah bukan hanya tugas pada anak yang sudah besar. Bahkan pada bayi sekecil AAN, kami harus merelakan bahwa titipan itu ternyata hanya sebentar. Bahasa cinta tertinggi adalah merelakan ia kembali kepada Pemilik sebenarnya.

Kami juga belajar bahwa tidak ada yang tahu siapa yang pergi lebih dulu.

Ternyata bukan kami, bukan orang yang lebih tua, tetapi AAN, yang baru 9 bulan, lebih dulu dipanggil.

Anak adalah anugerah terindah bagi suami istri.

Cerminan kasih.

Titipan paling berharga.

Reripan terbaik dari langit.

Maka selama mereka ada, jagalah.

Cintailah sepenuh hati.

Karena kita tidak diberi tahu berapa lama waktu itu akan tinggal.

276 hari itu adalah hadiah terbesar dalam hidup kami.

AAN datang membawa kebahagiaan sebesar langit, dan pergi meninggalkan rindu sebesar semesta.

Rindu yang tidak lagi hanya sakit—tetapi menjadi kekuatan, menjadi doa, menjadi bukti bahwa cinta yang sebentar pun bisa abadi.

Dan setetes air mata pamit itu akan selamanya tinggal sebagai tanda bahwa kami pernah mencintai AAN dengan sepenuh jiwa, meski hanya untuk waktu yang sangat singkat, namun selamanya terasa panjang.

Pasangkayu, 21 NOVEMBER 2025

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image