Kelalaian dan Sistem yang Merebut Hak Kesehatan Anak
Gaya Hidup | 2025-11-22 16:32:03
Kejadian memilukan datang dari daerah Sukabumi, Jawa Barat. Seorang balita perempuan bernama Raya mengalami tragedi yang tak seharusnya dirasakan anak sekecil itu. Raya yang tidak tahu cerianya masa kecil itu telah meninggal dunia akibat terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides didalam tubuhnya. Kasus yang jarang terjadi kini terungkap dan viral dimedia sosial.
Raya adalah anak dari keluarga rentan, ibunya mengalami gangguan kejiwaan sementara ayahnya mengidap penyakit TBC. Selama hidupnya, Raya tinggal bersama buyutnya dirumah panggung sederhana yang dibawahnya langsung bersentuhan dengan tanah, seperti anak pada umumnya raya suka bermain, bocah itu bermain di kolong rumahnya bersama dengan ayam-ayam peliharaan buyutnya. Akibatnya bocah itu sering sakit dan dilarikan ke klinik, diduga penyebabnya adalah lingkungan rumahnya yang tidak bersih. Karena keterbatasan biaya Raya pun tidak mendapatkan perawatan yang semestinya. BPJS pun raya tidak punya karena (NIK) Kedua orang tuanya tidak terdaftar yang juga mengakibatkan raya tidak memiliki akte kelahiran. Kurangnya pelayanan kesehatan yang cepat mengakibatkan kondisi Raya semakin kritis, bantuan datang Dari LSM untuk membawa raya kerumah sakit. Untuk memenuhi standar administrasi dan biaya perawatan yang tidak murah pihak LSM menghubungi Dinas Dukcapil setempat,Dinas Sosial, hingga Dinas Kesehatan.
Jadi dalam situasi ini siapa yang harus disalahkan?
Tanggal 13 Juli 2025 tiba seorang bocah perempuan berusia 4 tahun bernama Raya dalam kondisi tak sadarkan diri,ia dilarikan ke-RSUD R.Syamsudin. Raya dinyatakan tidak tertolong akibat terinfeksi Cacing Ascaris yang sudah menyebar keseluruh tubuhnya termasuk otak, bahkan cacing-cacing itu keluar dari hidung juga kemaluan Raya dengan jumlah kurang lebih 1 kg. Dokter mengatakan kemungkinan Raya sehari-hari kontak langsung dengan tanah yang merupakan satu-satunya habitat asli Cacing Ascaris (cacing gelang), dokter juga mengatakan kronologi dari sisi medis yang menduga telur cacing ascarislah yang pertama kali masuk ke tubuh raya melalui 2 kemungkinan:
1. Raya bermain ditanah dan telur cacing ascaris menempel pada tangannya kemudian memasukkan tangannya kedalam mulut.
2. Telur yang menempel pada makanan Raya.
Tim medis sudah melakukan perawatan intensif di ruang pacu namun nyawa Raya tak tertolong dan menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 22 Juli 2025.
Dokter mengatakan bahwa keterlambatan penanganan menyebabkan Cacing askaris menyebar keseluruh organ.
Beberapa tokoh penting masyarakat memberikan statement terhadap kasus Raya:
· Pengamat Sosial Mendesak untuk mengevaluasi dan mempertanggungjawabkan kembali atas kesehatan anak keluarga rentan.
· Komisi IV DPRD Mengatakan ini merupakan tanggung jawab bersama dan beliau juga mendesak regulasi serta solidaritas.
· Ketua DPR RI Menyinggung Mengenai peran kader Posyandu dan RT/RW dalam akses kesehatan juga deteksi dini.
Raya hanyalah satu contoh kecil dari jutaan anak Indonesia yang masih sangat rentan terhadap masalah kesehatan,gizi juga akses layanan kesehatan. Kejadian ini menggambarkan bahwa masalah kemiskinan, keterbatasan akses kesehatan, juga minimnya kesadaran kebersihan lingkungan menjadi persoalan yang terpampang nyata dinegri ini.
Kasus ini bukan hanya tentang penyakit, tapi juga soal sistem yang tidak berpihak kepada mereka-mereka yang lemah, ketika anak-anak dari kalangan keluarga rentan semakin terpinggirkan, ketika administrasi kependudukan menjadi syarat mutlak perolehan layanan kesehatan. Sudah seharusnya pemerintah tidak tinggal diam, terkhusus perangkat masyarakat di tingkat bawah seperti ketua RT/RW juga kader Posyandu.
Kisah raya menjadi tamparan keras untuk semua pihak. Kematian anak akibat Cacing gelang harusnya bisa dicegah dengan lingkungan tempat tinggal yang bersih dan sehat , peran keluarga,akses kesehatan yang lebih cepat ,peran pemerintah,peran tenaga medis, juga masyarakat sekitar yang berprinsip bekerjasama dalam memastikan hak kesehatan semua yang ada disekitarnya terutama seorang anak.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
