Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arief Nurharyadi

Kritik untuk Kesempurnaan ?

Agama | 2025-11-22 16:13:40



Tentu, Al-Qur'an memiliki cara yang unik dan sangat mendidik dalam mengkritik para nabi. Kritik ini bukan untuk merendahkan atau menghinakan martabat mereka, tetapi justru untuk:
1. Menegaskan bahwa mereka adalah manusia yang bisa melakukan kekeliruan (bisa salah, lupa, atau tergoda) dan butuh kepada Allah. Ini membedakan mereka dari konsep ketuhanan atau dewa.
2. Menjadi pelajaran berharga bagi umat manusia bahwa jika seorang nabi saja ditegur oleh Allah, maka orang biasa seperti kita lebih layak untuk introspeksi dan menerima nasihat.
3. Menunjukkan keagungan Allah sebagai satu-satunya yang Maha Sempurna. Kritik Allah kepada nabi-Nya adalah bentuk pendidikan langsung dari Yang Maha Bijaksana kepada hamba pilihan-Nya.
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana Al-Qur'an mengkritik para nabi beserta konteks dan pelajarannya:
1. Nabi Adam `alaihissalam
Kritik : Melanggar larangan Allah untuk mendekati pohon tertentu di surga. Surah dan Ayat : QS Al-Baqarah (2): 35-37 Konteks:Adam dan Hawa tergoda bujukan setan dan memakan buah dari pohon yang dilarang. Bentuk Kritik Allah : Allah tidak memaafkan begitu saja. Adam dan Hawa diturunkan ke bumi sebagai konsekuensi. Namun, kritik ini diikuti dengan ajaran tentang taubat. Pelajaran:Bahwa manusia tempatnya salah dan lupa, tetapi Allah Maha Penerima Taubat. Taubat Nabi Adam diajarkan langsung oleh Allah.
2. Nabi Nuh `alaihissalam
Kritik : Memohon kepada Allah untuk menyelamatkan anaknya yang kafir. Surah dan Ayat:QS Hud (11): 45-46 Konteks : Anak Nabi Nuh menolak beriman dan ikut naik bahtera, lalu tenggelam. Nuh memohon kepada Allah agar anaknya diselamatkan dengan dasar bahwa itu adalah "keluarganya". Bentuk Kritik Allah : Allah langsung menegur dengan keras:
"...Wahai Nuh! Sesungguhnya dia (anakmu) bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan diselamatkan), karena perbuatannya tidak baik. Maka janganlah engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui. Aku menasihatimu agar tidak termasuk orang yang bodoh."
Pelajaran : Ikatan akidah (iman) lebih utama daripada ikatan darah. Seorang nabi pun ditegur karena pertimbangan kekeluargaan yang tidak pada tempatnya.
3. Nabi Ibrahim `alaihissalam
Kritik : Meminta kepada Allah untuk diperlihatkan bagaimana Dia menghidupkan orang mati, bukan karena tidak percaya, tetapi untuk "menenteramkan hatinya". Surah dan Ayat:QS Al-Baqarah (2): 260 Konteks : Ibrahim berkata, "Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati." Bentuk Kritik Allah : Allah tidak marah, tetapi langsung menanggapi dengan pertanyaan yang membuat Ibrahim berpikir:
"Apakah engkau belum percaya?" Ibrahim menjawab, "Tentu aku percaya, tetapi agar hatiku tenang." Allah kemudian mengajarkannya melalui perumpamaan burung. Pelajaran:Meskipun nabi, keingintahuan untuk memperkuat keyakinan diperbolehkan dengan cara yang sopan. Allah mengajarkan melalui demonstrasi, bukan kemarahan.
4. Nabi Musa `alaihissalam
Kritik : Memukul seorang Qibthi hingga meninggal dan tindakan tergesa-gesanya. Surah dan Ayat : QS Al-Qashash (28): 15-16, QS Taha (20): 83-84 (tergesa-gesa meninggalkan kaumnya) Konteks:Musa memukul orang yang berkelahi dengan seorang Bani Israil dan pukulannya ternyata menyebabkan kematian. Bentuk Kritik Allah : Musa sendiri yang menyadari kesalahannya dan langsung berdoa memohon ampun:
"Ya Tuhanku, aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku." Maka Allah mengampuninya." (QS Al-Qashash: 16) Pelajaran : Pengakuan kesalahan langsung di hadapan Allah adalah bentuk taubat yang paling utama. Allah Maha Pengampun.
5. Nabi Yunus `alaihissalam
Kritik : Meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah sebelum mendapat izin dari Allah. Surah dan Ayat:QS Al-Anbiya' (21): 87-88, QS Ash-Shaffat (37): 139-140, QS Al-Qalam (68): 48-50.Konteks : Yunus frustasi karena dakwahnya ditolak dan pergi meninggalkan kaumnya, lalu ditelan oleh ikan besar. Bentuk Kritik Allah : Allah menyelamatkannya tetapi juga menegurnya dalam ayat:
"Maka bersabarlah (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan..." (QS Al-Qalam: 48). Pelajaran : Seorang dai harus memiliki kesabaran yang luar biasa dan tidak boleh putus asa atau meninggalkan tugasnya tanpa perintah Allah.
6. Nabi Muhammad `alaihissalam
Kritik : Beberapa kali Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam mendapat teguran langsung dalam Al-Qur'an. Ini menunjukkan betapa tingginya standar akhlak yang Allah kehendaki untuknya.
- Bersikap keras kepada orang buta (Abdullah bin Ummi Maktum): · Surah: 'Abasa (80): 1-10 · Konteks: Nabi sedang serius berdakwah kepada pembesar Quraisy, lalu datanglah seorang sahabat buta yang ingin bertanya. Nabi sedikit bermasam muka karena konsentrasinya terganggu. · Bentuk Kritik Allah: Allah menurunkan awal Surah 'Abasa yang secara tegas menegur sikap tersebut. · Pelajaran: Perhatian kepada orang kecil dan lemah tidak boleh tergantikan oleh keinginan untuk menarik orang penting.
- Melarang dirinya sendiri sesuatu yang halal: · Surah: At-Tahrim (66): 1 · Konteks: Nabi melarang diri untuk memakan madu karena suatu alasan dalam rumah tangganya. · Bentuk Kritik Allah: Allah menegur: "Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah untukmu?" · Pelajaran: Seorang pemimpin tidak boleh membuat aturan sendiri yang melampaui ketentuan Allah, bahkan untuk dirinya sendiri.
Kesimpulan
Cara Al-Qur'an mengkritik para nabi adalah:
· Edukatif dan penuh kasih sayang, bukan untuk menghina.· Diikuti dengan solusi dan jalan taubat.· Menegaskan batasan antara Khalik (Pencipta) dan makhluk (yang dicipta).· Menjadi teladan bagi umatnya dalam menghadapi kesalahan: segera menyadari, mengakui, dan bertaubat.
Dengan demikian, kisah-kisah kritik ini justru membuat para nabi terlihat sangat manusiawi, dekat, dan layak untuk diteladani caranya dalam menghadapi kekurangan, bukan untuk dianggap sebagai makhluk suci tanpa cacat (kecuali sifat 'ismah/terjaga dari dosa besar dan kekufuran).



Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image