Mengapa Diabetes Melitus Tipe 2 Semakin Meluas? Simak Penjelasan Singkatnya!
Eduaksi | 2025-11-20 22:23:28
Aisha Rafa Nahmarani / 191251057
Diabetes melitus tipe 2 kini menjadi salah satu penyakit yang paling sering ditemukan, bahkan pada usia produktif. Jika dahulu penyakit ini identik dengan penyakit yang menyerang usia lanjut, sekarang banyak orang berusia 30-40 tahun sudah terkena diabetes melitus tipe 2. Fenomena ini tidak terjadi begitu saja, melainkan karena dampak perubahan gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari yang tidak disadari banyak orang. Peningkatan kasus diabetes tipe 2 dipengaruhi oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan, sehingga penyakit ini sering disebut sebagai lifestyle disease.
Secara umum, diabetes melitus tipe 2 terjadi akibat ketidakpekaan tubuh terhadap insulin, yaitu kondisi ketika sel-sel tubuh tidak lagi merespons insulin secara optimal. Penurunan respons tubuh terhadap insulin menyebabkan glukosa tidak dapat dimanfaatkan dengan optimal dan akhirnya memicu gula darah tinggi. Proses ini berkembang perlahan, sehingga banyak kasus diabetes tipe 2 tidak terdeteksi pada tahap awal. Temuan dalam literatur menunjukkan bahwa beberapa faktor risiko utama, seperti usia, obesitas, pola makan, aktivitas fisik, dan gaya hidup memiliki kontribusi nyata terhadap tingginya kasus diabetes tipe 2.
Salah satu faktor risiko yang paling dominan adalah peningkatan usia. Perubahan fungsi tubuh yang terjadi setelah usia 40 tahun, termasuk menurunnya kemampuan sel beta pankreas dalam menghasilkan insulin. Kondisi ini membuat individu lanjut usia lebih rentan mengalami diabetes tipe 2.
Selain itu, obesitas juga menjadi salah satu faktor meningkatnya penyakit ini. Kelebihan berat badan dapat mengganggu kerja insulin, sehingga tubuh menjadi kurang responsif terhadap hormon tersebut. Penumpukan lemak, terutama di area perut, berperan dalam memicu resistensi insulin. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa individu dengan obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami diabetes tipe 2 dibandingkan mereka yang memiliki berat badan normal.
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah pola makan. Konsumsi makanan tinggi karbohidrat sederhana, lemak jenuh, dan porsi makan berlebih berkontribusi pada peningkatan kadar gula darah dan berat badan. Sebaliknya, pola makan yang lebih seimbang dengan peningkatan konsumsi sayur, buah, dan makanan tinggi serat terbukti membantu mengontrol kadar glukosa. Penelitian menunjukkan bahwa perubahan pola makan merupakan salah satu langkah perbaikan kebiasaan makan yang dilakukan banyak penderita diabetes untuk mengendalikan penyakitnya.
Aktivitas fisik juga menjadi penentu penting dalam risiko diabetes tipe 2. Aktivitas fisik yang rendah membuat glukosa tidak terpakai secara optimal oleh sel sebagai sumber energi, sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah. Aktivitas sehari-hari yang tergolong ringan, seperti pekerjaan rumah tangga atau aktivitas statis belum cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh dalam penggunaan energi. Karena itu, olahraga teratur dan aktivitas fisik tergolong ringan hingga berat sangat dianjurkan dalam upaya pencegahan diabetes.
Faktor terakhir yang berpengaruh adalah gaya hidup termasuk kurangnya aktivitas fisik, konsumsi makanan berisiko, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol. Meskipun tidak semua individu memiliki kebiasaan tersebut, gaya hidup yang tidak sehat secara umum meningkatkan risiko terjadinya diabetes tipe 2. Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli yang menekankan bahwa perubahan gaya hidup modern yang di mulai dari konsumsi makanan tinggi energi hingga minimnya aktivitas fisik menjadi penyebab utama peningkatan kasus diabetes beberapa tahun belakangan.
Berdasarkan temuan dalam berbagai penelitian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kejadian diabetes melitus tipe 2 merupakan hasil dari kombinasi faktor usia, obesitas, pola makan yang kurang tepat, rendahnya aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat. Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui perbaikan pola makan, peningkatan aktivitas fisik, pengendalian berat badan, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi risiko sejak dini. Mengingat tren kasus yang terus meningkat, upaya perubahan perilaku dan edukasi terkait gaya hidup sehat menjadi langkah penting dalam mengatasi penyebaran diabetes tipe 2.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
