Dakwah di Era Digital: Ketika Pesan Ilahi Bertemu Teknologi
Agama | 2025-11-14 19:38:17Teknologi hari ini sudah menyentuh hampir semua aspek hidup, termasuk cara manusia memahami agama. Jika dulu dakwah hanya lewat mimbar masjid, pengajian, atau kitab kuning, kini semuanya bisa hadir lewat layar ponsel. Dakwah jadi lebih luas, lebih cepat, dan lebih dekat dengan kehidupan kita.
Namun, kemudahan ini juga datang dengan tantangan. Sebab, bukan hanya ulama atau santri yang bisa berdakwah—siapa saja bisa membuat konten agama, dan tidak semuanya benar. Inilah yang membuat dakwah digital perlu dipahami, agar pesan Islam tetap jernih meski disebarkan lewat platform modern.
1. Dari Mimbar ke Media Sosial
Perkembangan teknologi membawa perubahan besar pada pola komunikasi dakwah.Sekarang, kajian bisa kita temui lewat:
live streaming,
video pendek,
podcast,
carousel Instagram,
hingga tanya jawab di komentar.
Keunggulan teknologi adalah dakwah tidak mengenal batas ruang dan waktu. Seseorang bisa belajar tentang Islam sambil naik KRL, rebahan di kamar, atau saat perjalanan pulang kuliah. Dakwah menjadi fleksibel, efektif, dan sangat aksesibel.
2. Umat sebagai “Digital Society”
Masyarakat hari ini tidak hanya menjadi pengguna internet, tetapi sudah berubah menjadi digital society — yaitu masyarakat yang aktif berinteraksi, belajar, dan membangun opini lewat dunia maya.
Karena itu, cara masyarakat belajar agama pun berubah:
mereka lebih cepat menerima informasi visual,
lebih suka penjelasan singkat,
dan sering belajar dari potongan ceramah berdurasi 30–60 detik.
Ini menunjukkan bahwa dakwah harus menyesuaikan gaya penyampaian agar lebih relevan dengan pola konsumsi informasi hari ini.
3. Peluang Besar Dakwah di Era Teknologi
Teknologi membuka banyak pintu kebaikan baru bagi dunia dakwah, seperti:• Jangkauan lebih luasSatu konten dakwah bisa ditonton ribuan bahkan jutaan orang tanpa perlu pertemuan fisik.• Metode dakwah lebih kreatifKajian bisa dikemas dalam bentuk:animasi, visual storytelling, motion graphic, podcast,hingga serial pendek.• Dakwah untuk semua kalanganIbu rumah tangga, pelajar, pekerja, sampai fresh graduate bisa ikut belajar agama tanpa terbatas ruang dan waktu.
4. Tantangan yang Mengiringi
Di balik peluang, teknologi juga membawa beberapa tantangan serius:• Munculnya “da’i instan”Tidak semua yang bicara agama adalah ahlinya. Banyak konten berisi pemahaman yang dangkal atau bahkan menyesatkan.• Arus informasi yang terlalu cepatSebelum kita cek kebenaran sebuah konten, kontennya sudah viral lebih dulu.• Hilangnya otoritas ulama tradisionalUlama pesantren sering kalah pamor dibanding influencer yang tampil lebih menarik meski ilmunya tidak mendalam.Inilah yang membuat literasi digital menjadi penting, baik untuk da’i maupun masyarakat.
5. Tetap Berpegang pada Filsafat Dakwah
Teknologi boleh berubah, namun nilai dakwah tetap sama:mengajak kepada kebaikan dengan ilmu, akhlak, dan hikmah.Dalam perspektif filsafat dakwah:Ontologi: dakwah tetap bertujuan memelihara nilai ilahi.Epistemologi: sanad ilmu tetap penting, tidak boleh asal ambil dari “ustadz viral”.Aksiologi: dakwah harus membawa kemanfaatan, bukan provokasi atau sensasi.Artinya, teknologi hanya alat — bukan penentu kebenaran.
6. Dakwah Digital yang Sehat
Dakwah di era modern akan efektif jika memenuhi beberapa prinsip:
✔ Bahasa mudah dipahami
✔ Konten singkat tapi padat
✔ Menggunakan referensi sahih
✔ Menjaga akhlak dalam penyampaian
✔ Tidak memicu konflik atau kebencian
✔ Mengedukasi, bukan hanya menghibur
Dengan nilai-nilai tersebut, teknologi akan menjadi jembatan yang menguatkan dakwah, bukan melemahkannya.
Kesimpulan
Dakwah dan teknologi adalah dua hal yang kini bergerak berdampingan. Keduanya saling mempengaruhi dan saling memperkuat. Teknologi memberi ruang luas bagi penyebaran pesan Islam, sementara dakwah memberi arah moral pada penggunaan teknologi.
Tantangan tetap ada, tetapi selama nilai-nilai Islam dijaga, dakwah digital bisa menjadi sarana besar dalam menghidupkan kembali ajaran Islam di era modern.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
