Membentuk Gigi, Mengukir Kepercayaan: Observasi Profesi Teknisi Gigi di Kurnia Dental Lab
Teknologi | 2025-11-14 10:29:11
Wawancara ini menyoroti perjalanan Kak Adinda Putri, seorang alumni D3 Teknologi Kesehatan Gigi Universitas Airlangga, yang kini berkarya di Kurnia Dental Lab. Meskipun baru sekitar lima bulan bekerja sejak direkrut di masa magang, ketertarikannya pada profesi teknisi gigi muncul karena ia menyadari bahwa profesi ini adalah pekerjaan yang benar-benar melibatkan pembuatan gigi dari awal melalui proses teknis yang panjang—sebuah gambaran yang jauh lebih menarik daripada yang ia temukan di internet.
Dengan latar belakang pendidikan kesehatan sejak SMA, ia merasa dental lab adalah tempat yang tepat untuk berkarya. Peran dan Proses Teknis Di Kurnia Dental Lab, Kak Adinda saat ini menjabat sebagai Admin, dengan tanggung jawab utama sebagai perantara komunikasi antara teknisi pembuat gigi dan dokter gigi. Perannya meliputi konfirmasi detail kasus, shade (warna), dan spesifikasi material. Restorasi yang paling sering dikerjakan oleh lab ini adalah gigi tiruan cekat seperti mahkota dan jembatan.
Proses pembuatan mahkota gigi sangat bervariasi tergantung materialnya. Untuk jenis PFM (Porselen Fused Metal), prosesnya dimulai dari pengecoran model kerja, pembuatan coping logam sebagai base, lalu aplikasi keramik bubuk yang diaduk dengan cairan, diikuti dengan proses pembakaran berulang untuk mengeraskan dan memberikan warna gigi yang realistis. Sementara itu, untuk jenis all ceramic modern seperti Zirconia dan IMAX, prosesnya sudah melibatkan teknologi CAD/CAM (desain digital di komputer) karena material ini tidak menggunakan base logam.
Tantangan dan Kolaborasi Tantangan terbesar dalam pembuatan mahkota gigi adalah penyesuaian oklusi—memastikan bahwa bentuk gigi yang dibuat benar-benar cocok dengan gigitan rahang atas dan bawah pasien. Kesalahan dalam oklusi akan menyebabkan ketidaksempurnaan dan ketidaknyamanan. Selain itu, keterbatasan bahan atau kurangnya pengalaman dengan material all ceramic yang lebih baru juga menjadi kesulitan teknis. Untuk kasus gigi tiruan lepas, kesulitan utama terletak pada pencapaian retensi dan stabilitas yang baik agar gigi tiruan tidak goyang saat digunakan.
Komunikasi dengan dokter gigi sangat sering terjadi, dipimpin oleh Kak Adinda sebagai admin, untuk memastikan tidak ada miskomunikasi terkait spesifikasi kasus. Jika ada produk yang harus dikembalikan (revisi), Kak Adinda bertugas mencatat dan mengonfirmasi alasan revisi tersebut kepada teknisi terkait untuk segera dilakukan perbaikan. Kak Adinda menyambut baik kemajuan teknologi digital seperti scanning dan CAD/CAM, yang ia nilai positif dan sudah diterapkan untuk meningkatkan kualitas dan estetika restorasi.
Pandangan Pribadi Bagi Kak Adinda, bagian yang paling memuaskan dari pekerjaan ini adalah rasa puas ketika sebuah restorasi yang kompleks selesai dengan presisi tinggi dan sangat mirip dengan gigi alami pasien. Untuk memastikan kualitas produk dan menjaga kompetensi diri, ia berupaya untuk terus belajar dari teknisi senior dan mengikuti perkembangan teknik serta material terbaru dalam dunia kedokteran gigi kontemporer.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
