Perjalanan Iman: Dari Rasa Ragu Menuju Keyakinan
Agama | 2025-11-10 06:20:13
Ada masa ketika hati terasa hampa, doa seakan tidak sampai, dan langkah terasa berat. Pada saat seperti itu, sebagian orang mungkin berpikir imannya sedang melemah, padahal bisa jadi Allah sedang mengajarkan makna tumbuh dalam keyakinan.
Rasa ragu bukan tanda kegagalan beriman, melainkan sinyal bahwa hati sedang mencari kebenaran yang lebih dalam. Seperti Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang bertanya kepada Allah tentang bagaimana makhluk dihidupkan kembali, rasa ingin tahu dan kejujuran hatinya justru memperkuat imannya.
Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh distraksi, keraguan sering muncul saat kita membandingkan diri dengan orang lain melihat hidup orang lain yang tampak lebih “berkah”, lebih “tenang”, atau lebih “sukses”. Padahal setiap orang menempuh jalan spiritual yang berbeda. Keyakinan sejati tidak diukur dari seberapa banyak kita tahu, melainkan dari seberapa dalam kita percaya bahwa Allah selalu bersama kita, bahkan dalam diam sekalipun.
Perjalanan iman adalah perjalanan yang sunyi namun bermakna. Terkadang kita jatuh dalam keraguan, lalu bangkit kembali dengan doa yang lebih tulus. Dari kegelisahan, lahirlah kesadaran bahwa Allah tidak pernah meninggalkan, hanya mengajak kita untuk lebih mengenal-Nya.
Keyakinan bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan hasil dari proses panjang memahami diri dan Tuhan. Ketika kita belajar menerima setiap takdir dengan lapang, saat itulah hati mulai tenang. Karena sejatinya, iman tidak selalu harus kuat setiap saat yang penting, kita tidak berhenti mencarinya.
Setiap keraguan bisa menjadi jalan menuju kedekatan dengan Allah bila dihadapi dengan kejujuran dan kesabaran. Jangan takut bila iman terasa goyah, karena iman yang tumbuh dari keraguan justru akan berakar lebih kuat dalam hati.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
