Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Allyea Khaerunissa

Membentuk Profesionalisme Perawat Melalui Program Profesi Ners

Eduaksi | 2025-11-09 15:17:28
pixabay.com

Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki peran penting dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional. Dalam melaksanakan tugasnya, perawat memperhatikan beberapa aspek seperti kondisi fisik, perasaan, hubungan sosial, keyakinan spiritual, dan latar belakang budaya pasien. Hal ini membuat pelayanan yang diberikan lebih sesuai dengan kebutuhan pasien secara menyeluruh.

Dalam sistem pelayanan kesehatan, perawat memegang peran yang sangat penting, khususnya di rumah sakit. Mereka bertindak sebagai garda terdepan dalam memberikan perawatan kepada pasien. Tugas perawat tidak hanya hal-hal teknis seperti pemberian obat atau tindakan medis, tetapi juga termasuk aspek sosial, edukasi, dan emosional yang membantu pasien dalam proses pemulihan.

Perawat dituntut untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang baik demi memenuhi kebutuhan setiap pasien. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perawat dalam berkomunikasi dengan baik, menunjukkan rasa empati, dan memberikan layanan yang aman serta profesional sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Semakin tinggi rasa puas pasien, semakin baik pula mutu pelayanan kesehatan yang diberikan (Saputra & Ariani, 2019).

Oleh karena itu, pelaksanaan Program Profesi Ners sangat penting dalam membentuk perawat yang kompeten dan beretika. Program ini bukan hanya tahap lanjutan dari pendidikan sarjana keperawatan, tetapi juga cara untuk membentuk identitas profesional melalui pengalaman praktik yang nyata. Melalui program ini, para calon perawat belajar menerapkan teori keperawatan dalam pelayanan langsung, mengasah kemampuan berpikir kritis, serta memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dan tanggung jawab sosial. Dengan demikian, pelaksanaan Program Profesi Ners menjadi langkah penting dalam melahirkan perawat yang berkualitas, berintegritas, serta mampu berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

Salah satu mahasiswa Program Profesi Ners, Andika, mnceritakan pengalamannya saat menjalani praktik di salah satu rumah sakit di Surabaya. Ia mengungkapkan bahwa secara umum, tugas mahasiswa profesi mencakup pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap pasien, seperti memenuhi kebutuhan dasar pasien dan membantu proses pemulihan. Sedangkan tindakan lanjutan, seperti pemberian obat atau pemasangan infus, dilaksanakan sesuai petunjuk dari dokter.

Andika menyatakan bahwa perawat profesional memiliki tanggung jawab tambahan yaitu membuat laporan pertanggungjawaban secara digital. Laporan tersebut menyertakan tindak lanjut pasien, kebutuhan akan tindakan medis, serta kolaborasi antar tenaga kesehatan lain, seperti dokter, apoteker, dan petugas kebersihan. Sistem pengelolaan laporan digital membantu membangun komunikasi dan kolaborasi yang efektif di rumah sakit.

Dalam kegiatan sehari-harinya, Andika mengungkapkan bahwa ia harus datang lebih awal dari jadwal operan shift. Misalnya, jika operan dimulai pada pukul 13.30, ia sudah siap di rumah sakit sejak pukul 13.00. Kegiatan operan ini dilakukan untuk pertukaran informasi mengenai kondisi pasien, tindakan yang telah dilakukan, serta rencana tindakan berikutnya. Setelah operan, mahasiswa akan melakukan visit atau validasi kondisi pasien sebelum melanjutkan tindakan keperawatan sesuai jadwal. Selain rutinitas tersebut, mahasiswa juga harus siap membantu jika ada keluarga pasien yang membutuhkan bantuan atau menyampaikan keluhan baru.

Saat ditanya tentang pengalaman menangani pasien kritis, Andika mengaku bahwa ia belum pernah melakukannya. Namun, ia menjelaskan bahwa mahasiswa program profesi akan mendapatkan kesempatan tersebut saat memasuki stase kritis. Dalam menangani pasien gawat darurat, perawat melakukan prosedur yang sama seperti pasien lainnya, tetapi dengan pemantauan yang lebih intens dan berkelanjutan.

Komunikasi terapeutik juga menjadi aspek penting dalam layanan keperawatan. Di rumah sakit tersebut, komunikasi dengan pasien dan keluarga dilakukan melalui KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi). Keluarga pasien diberikan pengetahuan mengenai kebutuhan dasar pasien, cara pencegahan, serta indikator gejala yang perlu diperhatikan. Menurut Andika, rumah sakit tempat ia mengambil program profesi menerapkan konsep “mengobati sekaligus mengedukasi”, karena mayoritas pasien adalah pengguna BPJS yang memiliki batas masa rawat inap. Oleh karena itu, diharapkan keluarga pasien dapat melanjutkan perawatan di rumah dengan benar.

Mengenai tantangan selama menjalani Program Profesi Ners, Andika mengaku bahwa kesulitannya lebih banyak berkaitan dengan tugas akademik dibandingkan tindakan keperawatan. Mahasiswa profesi diwajibkan mengikuti kegiatan post conference setiap minggu, melakukan konsultasi konsep penyakit, mencari pasien untuk dijadikan studi kasus, serta menyusun laporan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian hingga implementasi. Selain itu, mereka juga dituntut untuk membuat kegiatan penyuluhan kelompok seminggu sekali. “Jadi yang berat itu lebih ke tugas, bukan tindakannya,” ungkapnya.

Meskipun demikian, tantangan dari pasien atau keluarga jarang ditemui. Jika pun ada, biasanya berkaitan dengan kebiasaan pasien dalam pola makan atau minum obat yang tidak sesuai anjuran, dan hal tersebut akan dicatat dalam riwayat medis pasien untuk ditindaklanjuti.

Di akhir wawancara, Andika menyampaikan harapannya agar sistem dalam Program Profesi Ners dapat berjalan lebih efisien lagi. Ia berharap adanya kejelasan jadwal libur, koordinasi yang lebih baik dari dosen dan pembimbing klinik, serta lingkungan pembelajaran yang mendukung mahasiswa agar tidak merasa terbebani. Harapan ini menunjukkan pentingnya keseimbangan antara tuntutan akademik dan kesejahteraan mahasiswa dalam proses menjadi perawat profesional.

Melalui pengalaman yang dibagikan oleh Andika, dapat disimpulkan bahwa perawat memiliki peran penting dalam penyediaan pelayanan keperawatan yang menyeluruh di rumah sakit. Program Profesi Ners tidak hanya melatih kemampuan klinis, tetapi juga membentuk karakter, tanggung jawab, dan profesionalitas calon perawat untuk dapat menghadapi tantangan dunia kesehatan yang sesungguhnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image