Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dasha Athira

4 Sehat 5 Sempurna Tak Lagi Sempurna

Gaya Hidup | 2025-11-07 19:53:23

Dalam dunia kedokteran, pemenuhan gizi seimbang menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga kesehatan serta mencegah berbagai penyakit. Seorang dokter tidak hanya berperan dalam mengobati pasien, tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk memberikan edukasi mengenai pola hidup sehat, termasuk asupan nutrisi yang tepat bagi tubuh. Kenyataannya, hingga kini masih banyak masyarakat yang mengalami kekurangan gizi. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2024, tercatat sekitar 150,2 juta anak di bawah usia lima tahun di seluruh dunia mengalami stunting, sementara 42,8 juta anak mengalami wasting atau berat badan yang terlalu rendah untuk tinggi badannya. Kondisi ini menunjukkan bahwa masalah gizi masih menjadi tantangan besar, termasuk di Indonesia. Pemahaman akan pentingnya gizi seimbang menjadi dasar bagi tenaga medis dalam menilai kondisi pasien secara holistik, sebab banyak penyakit yang berakar dari ketidakseimbangan nutrisi. Salah satu pedoman yang pernah digunakan masyarakat Indonesia dalam memahami pentingnya gizi adalah slogan 4 Sehat 5 Sempurna.

Selama beberapa tahun terakhir, slogan 4 Sehat 5 Sempurna masih kerap menjadi pedoman isi piring untuk masyarakat Indonesia. Meski sudah lama diperkenalkan pada tahun 1955, semboyan ini tetap melekat pada ingatan lintas generasi hingga masa kini. Awalnya, slogan ini merupakan bagian dari kampanye untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan yang benar. Dalam konsep penerapannya, masyarakat memahami 4 dasar nutrisi yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan dilengkapi oleh susu hingga menjadi 5 Sempurna. Namun, seiring berkembangnya zaman, prinsip 4 Sehat 5 Sempurna dinilai tidak relevan sehingga tidak memenuhi tujuan slogan itu sendiri. Meskipun memiliki kontribusi besar di zamannya, slogan ini sudah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern yang lebih menekankan kualitas gizi makanan.

Kritik utama tertuju pada pemenuhan susu sebagai menu penyempurna. Setelah ditinjau ulang, susu tidak seharusnya menjadi menu wajib di setiap santapan. Susu memiliki kandungan utama berupa lemak yang berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh, dan beberapa kandungan lainnya seperti protein, kalsium, fosfor, dan vitamin yang penting untuk pertumbuhan otot juga tulang. Namun, kandungan lemak dan laktosa pada susu dapat menjadi sumber masalah pada sebagian orang, terutama bagi mereka yang mengidap lactose intolerant. Hal ini menjadi perhatian besar karena, menurut penelitian, diperkirakan lebih dari 70% populasi dunia memiliki beberapa derajat intoleransi laktosa (Harwood et al., 2020). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa konsumsi susu tidak selalu cocok untuk semua individu. Selain itu, anggapan bahwa menu makanan baru dianggap “sempurna” jika dilengkapi oleh susu menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat. Padahal, kebutuhan gizi seperti lemak dapat diperoleh dari berbagai sumber lain seperti kacang-kacangan, ikan dan sayuran berdaun hijau. Dengan demikian pandangan bahwa susu merupakan penyempurna gizi perlu diluruskan agar masyarakat paham akan sumber gizi alternatif yang sesuai dengan kebutuhan individu masing masing.

Selain itu, konsep 4 Sehat 5 Sempurna juga dinyatakan kurang informatif mengenai proporsi dan keseimbangan gizi dalam porsi makan. Slogan ini, hanya menyatakan jenis makanan tanpa menjelaskan jumlah ideal untuk dikonsumsi setiap harinya. Akibatnya, masyarakat cenderung memahami makan “sehat” hanya sebatas keberadaan empat nilai makanan di piring, tanpa mempertimbangkan rasio karbohidrat, protein, lemak dan serat yang seimbang. Padahal, kebutuhan akan nutrisi setiap orang berbeda, tergantung pada rentang usia, aktivitas fisik dan kesehatan. Pemahaman yang keliru terhadap kebutuhan gizi harian ini dapat berimplikasi pada meningkatnya risiko malnutrisi dalam jangka panjang.

Dengan berbagai kelemahan yang dimilikinya, dapat disimpulkan bahwa konsep 4 Sehat 5 Sempurna sudah tidak relevan untuk dijadikan panduan pada pola makan masyarakat zaman sekarang. Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat mengalami perubahan pola makan dan kebutuhan gizi harian. Kesadaran akan pentingnya keseimbangan gizi pada masyarakat menuntut inovasi pada pedoman gizi seimbang. Hal ini diwujudkan dengan panduan “Isi Piringku” yang diperkenalkan oleh Kementrian Kesehatan. Isi Piringku menggambarkan porsi makan yang berisikan 50% buah dan sayur, 30% karbohidrat dan 20% protein. Slogan ini diharapkan menjadi panduan yang mengakomodir pemenuhan gizi yang sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image