AI sebagai Separuh Jiwa
Teknologi | 2025-11-05 21:49:04Siapa sih yang tidak pernah menggunakan AI pada saat ini? Terutama para mahasiswa dengan tugas yang bertumpuk-tumpuk seringkali menggunakan bantuan AI. Rasanya AI sudah menjadi separuh jiwa seorang mahasiswa. Mahasiswa Sosiologi juga menggunakan AI dalam kesehariannya, entah itu untuk mengerjakan tugas atau sekadar bertanya enaknya makan apa. Maka, mari kita mencari tahu bagaimana AI memengaruhi dunia mahasiswa, khususnya mahasiswa Sosiologi.
Sebagai seorang mahasiswa Sosiologi yang baru saja memulai tahun pertama, saya melihat AI bukan hanya sebagai alat bantu, tetapi juga sebagai rekan yang selalu siap mendukung. Ketika saya merasa kesulitan dalam memahami teori atau mencari contoh penelitian, saya hanya perlu mengajukan pertanyaan kepada AI. Segala sesuatu menjadi lebih cepat dan praktis. Namun, di balik kemudahan itu, timbul pertanyaan: apakah saya benar-benar belajar atau hanya menyalin jawaban dari mesin?
AI memang membawa banyak manfaat. Ia membantu mahasiswa dalam merumuskan argumen, menemukan informasi, dan memahami isu sosial yang rumit tanpa harus membuka banyak buku. Namun, di sisi lain, ketergantungan pada AI membuat kita kehilangan kemampuan berpikir kritis. Sementara itu, dalam sosiologi, keterampilan untuk menganalisis dan mempertanyakan realitas sosial sangatlah penting dalam proses pembelajaran.
Perubahan ini mulai terlihat di dalam kelas. Diskusi yang dulunya hidup kini cenderung sepi. Banyak mahasiswa lebih memilih untuk mencari jawaban melalui AI daripada berdiskusi dengan rekan-rekan. Akibatnya, ruang diskusi yang seharusnya menjadi inti dari pembelajaran sosiologi semakin berpudar. Mahasiswa lebih menjadi "pembaca dari algoritma" ketimbang pemikir yang membangun pandangan sosial mereka sendiri.
Dari perspektif sosial, kehadiran AI juga mengubah cara orang berinteraksi. Mahasiswa yang sebelumnya bekerja dalam kelompok kini lebih cenderung belajar sendiri di depan komputer. Hubungan sosial di kampus menjadi lebih kaku dan formal. Situasi ini bisa dilihat sebagai indikasi munculnya individualisme baru, di mana orang mulai menggantikan keakraban sosial dengan efisiensi teknologi.
Namun demikian, kita tidak bisa mengabaikan bahwa AI juga memberikan peluang besar. Dalam penelitian sosial, AI berkontribusi dalam menganalisis data masyarakat, memetakan tren digital, dan memahami perilaku masyarakat dengan cara yang lebih mendalam. Mahasiswa sosiologi seharusnya dapat memanfaatkan AI tidak hanya untuk menyelesaikan tugas, tetapi juga untuk memperluas perspektif tentang realitas sosial saat ini.
Inti dari semua ini terletak pada kesadaran etis. AI seharusnya digunakan sebagai alat refleksi, bukan sebagai pengganti pemikiran. Kita perlu memanfaatkan teknologi ini dengan pikiran kritis yang mempertanyakan sumber data, memahami potensi bias dalam algoritma, dan tetap memegang nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap analisis yang dilakukan.
AI mempunyai tiga manfaat utama: mempercepat akses informasi, memperkaya metode penelitian, dan meningkatkan efektivitas pembelajaran. Namun, di sisi lain, ada tiga potensi risiko yang muncul: hilangnya kemampuan berpikir mendalam, berkurangnya interaksi sosial, dan meningkatnya ketergantungan pada mesin.
Pada akhirnya, "AI sebagai separuh jiwa" adalah gambaran yang pas untuk mahasiswa zaman sekarang. Tapi separuh lainnya tetap harus diisi oleh rasa ingin tahu, semangat belajar, dan kepekaan sosial. Karena di tengah kemajuan teknologi, manusia tetaplah pusat dari setiap perubahan. Bukan AI yang membentuk kita, tapi kitalah yang menentukan bagaimana AI membentuk masa depan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
