Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image cheryl evelyn

Manusia Belum Siap Memasuki Era Digital

Edukasi | 2025-11-05 19:36:44

Pernahkah kalian membuka HP sebentar saja, namun tiba-tiba sudah 2 jam berlalu? Mengonsumsi banyak sekali informasi dalam waktu yang singkat tetapi tidak ada informasi yang benar benar masuk ke dalam otak kita. Sering tidak fokus ketika melakukan aktivitas sehari-hari dan merasa malas ketika melihat berita yang isinya panjang. Tanpa kita sadari, otak kita perlahan-lahan sedang mengalami fenomena populer yang disebut brainrot. Hal ini membuat otak kita terasa seperti ‘membusuk’ perlahan-lahan.

Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan dan menyeramkan. Perangkat kecil yang belum sampai 60 tahun muncul di dunia, sudah berhasil mengontrol kehidupan manusia. Rasanya di dunia sekarang, sulit sekali untuk lepas sebentar saja dari HP. Manusia secara tidak sadar sudah terkontrol oleh HP. Mulai dari bangun tidur, makan, menunggu lampu merah, menunggu lift, bahkan ketika sedang bekerja atau belajar, kita secara sadar maupun tidak sadar akan selalu mencari HP kita. Hal ini dipicu salah satunya oleh perilaku manusia yang takut tertinggal informasi atau konten yang sedang viral.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Menurut data dari Menko PMK, rata-rata screentime orang Indonesia adalah 7,5 jam per harinya (Ulya, 2025). Artinya banyak sekali orang yang menghabiskan hampir setengah harinya di depan layar, bukan di dunia nyata.

Perlu diketahui bahwa manusia sebetulnya tidak diciptakan untuk menerima informasi yang banyak dalam waktu yang singkat. Menurut Christopher Schimming, ketika otak kita menerima informasi terlalu banyak dalam waktu yang singkat, otak kita bisa mengalami ‘overload’ sampai tidak bisa memproses dan merespons terhadap informasi yang terus menerus masuk. Hal ini mudah terjadi saat menonton tv, scrolling media sosial berjam-jam, bermain komputer, melihat iklan, dll. Sifat ketergantungan manusia terhadap HP pastinya dapat menimbulkan banyak dampak negatif terhadap fungsi kognitif bahkan kesehatan mental.

Ada juga beberapa dampak yang diakibatkan oleh perilaku yang bergantung terhadap HP dan sosial media:

1. Masa fokus/attention span menurun

Mengonsumsi terlalu banyak konten berdurasi pendek dapat mengakibatkan orang kesulitan ketika menghadapi sesuatu yang kompleks. Menurut Nur Islamiah, M. Psi.,Ph.D., Psikolog dari IPB, hal ini juga menyebabkan orang menjadi tidak sabaran ketika membaca atau menonton konten yang berdurasi lama. Selain itu, kebiasaan multitasking di HP juga dapat membuat otak menjadi kewalahan dan menurunkan masa fokus seseorang. Masa fokus yang menurun dapat membuat pribadi menjadi mudah lupa dan terdistraksi.

Sebagai contoh, mayoritas anak muda jaman sekarang senang sekali menonon video pendek berdurasi 1 menit di TikTok dibandingkan membaca artikel yang membutuhkan konsentrasi 10 menit. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan berpikir kritis dan refleksi yang mendalam sudah mulai berkurang.

2. Meningkatkan stress dan kecemasan eksistensial

Fenomena doomscrolling dapat menjadi pemicu atau memperparah kecemasan eksistensial seseorang. Paparan dari konten yang berlebihan, terutama konten yang negatif dapat membuat seseorang merasa tidak berdaya, takut akan masa depan, kehilangan arah, dan meningkatkan stress (Ratnawati et al., 2025). Ditambah lagi, kecanduan bermain HP juga dapat mengganggu pola tidur seseorang yang dapat memperburuk perasaan cemas dan stress.

3. Menurunkan kemampuan kognitif

HP memang dapat digunakan untuk membantu seseorang dalam pembelajaran, namun perilaku yang adiksi dengan HP dapat membuat seseorang menjadi kesulitan untuk fokus pada suatu hal yang memerlukan konsentrasi penuh (Ozer & Sanal, 2017). Penggunaan HP yang terus menerus juga dapat mengurangi konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan berpikir kritis.

Selain itu, munculnya notif secara terus-menerus membuat otak manusia mudah terdistraksi dan berpindah-pindah fokus dengan cepat. Akibatnya adalah manusia menjadi sering merasa gelisah ketika tidak memegang HP akibat otak yang terbiasa dengan ransangan instan.

Menyadari efek negatif pada penggunaan HP dan sosial media yang berlebihan, pastinya kita perlu memperbaiki kebiasaan buruk tersebut. Berdasarkan pengalaman penulis, hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi penggunaan HP yaitu:

1. Kenali pemicu

Cari tahu apa yang menyebabkan kalian terus-terusan ingin membuka HP. Tulis semua alasan yang bisa kalian dapatkan di sebuah kertas, lalu baca kembali semua yang sudah ditulis. Refleksikan kembali, apakah alasan-alasan tersebut sepadan untuk dijadikan alasan bermain HP dibandingkan merealisasikan daftar aktivitas harianmu?

2. Rencanakan aktivitas harian

Sering sekali kita hanya memikirkan apa yang ingin dilakukan di suatu hari, tetapi tidak benar-benar dijalankan. Cobalah untuk matikan HP sejenak, lalu tulis apa saja yang ingin dan harus kalian lakukan pada hari ini. Lalu tantang diri kalian untuk bisa menyelesaikan daftar yang sudah kalian rancang sampai akhir hari.

3. Biasakan diri jauh dari HP

Merasa bosan adalah hal yang wajar bahkan penting untuk manusia. Karena di saat bosan, banyak sekali ide-ide kreatif bahkan pertanyaan-pertanyaan penting dapat muncul dalam pikiran. Tantanglah diri kalian untuk tidak selalu memegang HP. Ketika berbicara dengan orang lain, mengambil makanan di luar rumah, belajar, , bahkan sedang mandi.

HP sejatinya diciptakan untuk mempermudah hidup manusia, bukan justru mengontrolnya. Semua kembali pada cara kita menggunakannya. Bagi penulis, HP adalah alat untuk tetap terhubung dengan orang lain dan sarana untuk belajar hal baru. Dengan membaca artikel ini, penulis berharap para pembaca dapat memulai langkah awal untuk hidup yang lebih baik, berkualitas, dan bermanfaat. Mari bersama-sama menyadari betapa berharganya waktu kita, dan jangan biarkan waktu kita terbuang sia-sia hanya karena kebiasaan bermain HP yang tidak bijak. Gunakan HP sebagai alat untuk berkembang, bukan penghalang menuju versi terbaik dari diri kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image