Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dhama Maulana

Pendidikan Karakter di Era Modern: Peran Strategis Pesantren dalam Membangun Karakter Bangsa

Edukasi | 2025-11-03 13:16:43

Ironis, pendidikan tinggi tak menjamin kemuliaan seseorang. Di zaman sekarang, tidak sedikit kasus menjerat orang pintar dan berpendidikan tinggi, membuktikan bahwa kecerdasan tanpa moralitas adalah percuma. Hal ini menyoroti pentingnya pembangunan pondasi moral yang kuat agar setiap individu dapat mempertahankan harga diri dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain di masa depan. Di sinilah peran strategis lembaga pendidikan berbasis moral seperti pesantren menjadi sangat penting.Sayangnya, meski memegang tanggung jawab besar dalam membangun pondasi moral, sosok pemuka agama atau kiai di kampung kerap dipandang sebelah mata. Masyarakat modern sering membandingkan kiai dengan para dosen lulusan perguruan tinggi ternama, baik dari cara mendidik, mengajar, hingga memecahkan masalah. Tak jarang, metode belajar kiai dianggap kurang relevan di tengah tuntutan zaman.

Padahal, kiai mayoritas mengajarkan adab di atas ilmu. Filosofi ini menjamin bahwa pelajar yang dididik akan memahami betul cara pengaplikasian keilmuan yang mereka miliki. Ini adalah penyeimbang di tengah kecenderungan zaman yang menuntut teori dan aplikasi praktis di lapangan.

Pesantren sebagai institusi pendidikan tidak luput dari pembaharuan dan tuntutan adaptasi zaman. Para santri sehari-hari akrab dengan Kitab Kuning—kumpulan kertas yang berisi butir-butir pelajaran Islam dan adab di dalamnya. Kitab Kuning ini bahkan menjadi titik acuan utama santri dalam menghadapi berbagai permasalahan zaman.

Kini, banyak pondok pesantren telah memadukan kurikulum pendidikan formal di sekolah dengan pelajaran agama. Santri mengikuti pelajaran umum di sekolah pada pagi hari, dan langsung mengikuti pengajian setelah pulang. Keseimbangan ini sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman yang kian keras, yang rentan membuat manusia buta akan keserakahan

Meski adanya penyesuaian kurikulum ini, stigma buruk terhadap pondok pesantren di kalangan masyarakat tidak sepenuhnya hilang. Mereka masih menganggap pesantren memiliki masa depan suram bagi santrinya. Padahal, anggapan ini keliru dan sudah dibuktikan oleh banyak alumni.

Contohnya adalah KH. Wahid Hasyim, seorang alumni pesantren yang pernah menjadi Menteri Urusan Agama pada tahun 1945 di bawah kepemimpinan Presiden Ir. Soekarno. Kemudian, KH. Hasyim Asyari yang menyuarakan seruan jihad melawan penjajah dengan fatwa yang membangkitkan semangat juang santri: "mencintai tanah air sebagian dari iman". Di bidang diplomasi, ada KH. Agus Salim, seorang tokoh agama yang sukses menjabat sebagai Menteri Luar Negeri hebat yang dimiliki Indonesia.

Kisah para tokoh ini menegaskan bahwa pesantren adalah lembaga yang strategis dalam membangun karakter, moral, dan sekaligus melahirkan pemimpin yang berkontribusi nyata bagi estafet perjuangan bangsa. Adab dan moralitas yang ditanamkan melalui pendidikan pesantren adalah fondasi yang kokoh, menjamin bahwa ilmu pengetahuan yang diraih akan digunakan untuk kemaslahatan, bukan keserakahan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image