Garda Terdepan Kesehatan Mental: Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat di Era Digital
Lainnnya | 2025-11-01 17:32:13
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) membawa perubahan signifikan dalam cara mengedepankan layanan kesehatan. Tenaga kesehatan, sebagai garda terdepan dalam sistem kesehatan, dituntut untuk beradaptasi dan meningkatkan kompetensinya agar dapat memanfaatkan teknologi digital secara optimal. Perkembangan teknologi digital yang pesat membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk bidang kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai garda terdepan dalam sistem kesehatan, dituntut untuk beradaptasi dan meningkatkan kompetensinya agar dapat memanfaatkan teknologi digital secara optimal. Pemanfaatan teknologi digital dalam bidang kesehatan memiliki banyak potensi, seperti Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem kesehatan. Mempermudah komunikasi dan kolaborasi antar tenaga kesehatan. Memberikan edukasi dan informasi kesehatan yang lebih mudah diakses oleh masyarakat. Tenaga kesehatan masyarakat memiliki peran krusial dalam menangani krisis kesehatan mental di era digital, terutama dalam hal pencegahan, promosi kesehatan, dan intervensi dini. Peningkatan keterampilan dan pemberdayaan kader kesehatan membantu meningkatkan kesehatan mental masyarakat. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendukung kader kesehatan melalui program pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan literasi kesehatan mental dan keterampilan komunikasi, serta mengurangi stigma keluarga (Koesoemo, 2025) .
Munculnya pandemi COVID-19 pada tahun 2020 telah memperparah tantangan-tantangan ini, tidak hanya membawa krisis kesehatan fisik tetapi juga krisis kesehatan mental. Isolasisosial, ketakutan akan penyakit, ketidakstabilan keuangan, dan ketidakpastian tentang masa depan telah menyebabkan peningkatan tajam dalam prevalensi masalahkesehatan mental. Studitelah menunjukkan peningkatan dramatis dalam kecemasan,depresi,dan gangguan stres pascatrauma (PTSD) selama dan setelah pandemi, yang menyoroti perlunya peningkatan perawatan kesehatan mental dan strategi intervensi.
WHO mencatat bunuh diri merenggut sekitar 727.000 jiwa pada 2021, menjadi penyebab kematian utama di kalangan anak muda lintas negara dan kelompok sosial ekonomi. Meski ada upaya global, penurunan angka bunuh diri masih jauh dari target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) PBB yang menargetkan penurunan sepertiga pada 2030. Dengan tren saat ini, proyeksi penurunannya hanya 12% (Nadira, 2025).
daftar pustaka :
Upaya Mengatasi Gangguan Kesehatan Mental di Masyarakat
WHO: Lebih dari 1 Miliar Orang Hidup dengan Gangguan Mental Health
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
