Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Donny Syofyan

Mata Pribadi Sang Pembaca: Mengurai Fiksi Kriminal Lintas Dunia

Sastra | 2025-10-31 06:02:07

Donny Syofyan

Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Dalam dunia sastra, fiksi kriminal seringkali dikotak-kotakkan. Ada norma besar yang didominasi tradisi Inggris-Amerika, dan sisanya adalah tradisi nasional yang dianggap periferal. Namun, di era globalisasi ini, seorang akademisi, Stewart King dari Monash University, mengajak kita untuk mengubah lensa. Melalui artikelnya, "The Reader and World Crime Fiction: The (Private) Eye of the Beholder," King mengusulkan sebuah praktik membaca inovatif: melihat fiksi kriminal sebagai fenomena transnasional.

Pendekatan ini berpusat pada Anda, para pembaca—sang "private eye of the beholder". Selama ini, studi fiksi kriminal terperangkap dalam kategorisasi periode dan identifikasi nasional yang kaku. Contohnya jelas terlihat pada koleksi-koleksi akademis, seperti The Cambridge Companion to Crime Fiction (2003), yang fokus pada kronologi genre dan tradisi nasional terbatas (Inggris, Amerika, Prancis). Bahkan, tradisi Inggris-Amerika sering diperlakukan sebagai mata uang internasional, standar yang digunakan untuk menilai semua fiksi kriminal lainnya.

Akibatnya, fiksi kriminal dari negara-negara lain—seperti Australia, Jepang, atau Swedia—cenderung hanya dibingkai dalam konteks nasionalnya sendiri. Mereka diperlakukan layaknya misteri ruang terkunci (locked-room mystery), di mana petunjuk dan jawabannya dianggap hanya ada di dalam batas-batas negara tersebut.

Fiksi kriminal memang sangat erat kaitannya dengan tempat (place). Kekuatan penggambaran suasana lokal bahkan dianggap lebih penting daripada kebangsaan penulis atau bahasa teks. Novel-novel menjanjikan pengetahuan tentang komunitas dan kejahatannya. Misalnya, kejahatan yang didefinisikan oleh hukum atau moral komunitas tertentu.

Namun, ketika teks dari "dunia luar" (non-Barat) diterjemahkan, aspek lokal ini seringkali malah menjadi kerangka interpretasi yang kaku. Kasus novel Brasil karya Alberto Mussa, yang judul Portugisnya, O senhor do lado esquerdo (The Master of the Left Side), diganti menjadi The Mystery of Rio saat diterjemahkan ke bahasa Inggris, menunjukkan bagaimana "Rio-ness" yang baru disematkan pada sampul telah membentuk harapan pembaca anglophone sebelum mereka mulai membaca. Ini mengingatkan pada pandangan Fredric Jameson tentang fiksi "Dunia Ketiga" yang dianggap selalu bersifat politis dan alegoris secara nasional.

Untungnya, beberapa sarjana kini mulai mengakui bahwa fiksi kriminal adalah fenomena yang transnasional dan multibahasa. Menerima fiksi kriminal sebagai Sastra Dunia (World Literature) berarti mengakui genre ini memiliki mode sirkulasi dan cara membaca tersendiri.

Meskipun Sastra Dunia tradisional sering mengabaikan fiksi populer, King berargumen bahwa fiksi kriminal memenuhi kriteria karena sifatnya yang sangat mobile dan telah menjadi fenomena global sejak kemunculannya di berbagai tempat (Tiongkok, Timur Tengah, Prancis, AS).

Mengikuti pemikiran Mariano Siskind, King mengusulkan agar kita menggunakan genre sebagai kategori pengorganisasian transnasional dan trans-historis. Fiksi kriminal, dengan fokusnya pada transgression (pelanggaran), dapat dianggap sebagai formasi genre besar yang baru.

Pergeseran fokus terpenting datang dari pemikir Argentina, Jorge Luis Borges. Dalam ceramahnya tentang fiksi detektif, Borges menyatakan bahwa genre mungkin kurang bergantung pada teks, melainkan pada cara teks dibaca. Artinya, peristiwa estetika membutuhkan gabungan pembaca dan teks. Dengan menciptakan cerita detektif, Edgar Allan Poe tidak hanya menciptakan cara menulis baru, tetapi juga menciptakan pembaca fiksi detektif.

Borges membayangkan pembaca yang positif, terlatih untuk mengembangkan sikap curiga. Pembaca dilatih untuk menanyai informasi yang disajikan. Mereka harus menyimpan informasi di bawah pertimbangan dan kemudian menyesuaikan pemahaman mereka saat kebenaran terungkap—seperti sebuah kaleidoskop yang berubah aspeknya setiap kali diguncang.

Hal ini membawa kita pada pendekatan yang berpusat pada pembaca: genre dibentuk dan dibentuk ulang oleh pembaca, dan makna teks sangat dipengaruhi oleh apa yang diimpor oleh pembaca itu sendiri.

Bagi pembaca internasional, novel kriminal dari tempat asing memberikan pengalaman berlipat (doubled experience). Popularitas global penulis seperti Henning Mankell (lebih dari 35 juta kopi seri Wallander) atau Agatha Christie (diperkirakan satu miliar penjualan terjemahan) membuktikan adanya pembaca global yang menikmati novel-novel yang berlatar tempat asing.

Pendekatan membaca yang diusulkan King, yang disebut worldly reading (membaca duniawi), memungkinkan kita untuk mengakui kekhasan lokal sambil juga mengeksplorasi koneksi transnasional. Pembaca ini, dalam komunitas 'detektif' transnasional mereka, telah terlatih untuk mengapresiasi keberangkatan dan perbedaan dari struktur, kiasan, dan konteks budaya yang sudah mereka kenal.

Pertama, kasus Donna Leon. Novelnya yang berlatar Venesia (Death at La Fenice), ditulis dalam bahasa Inggris oleh penulis Amerika untuk audiens internasional. Novel ini memperlihatkan pergeseran dari hal yang familiar (pakaian Italia Brunetti) ke yang lebih lokal (aksen Venesia) dan akhirnya ke yang universal (matanya 'semua polisi'). Pembaca mengalami visi detektif secara transnasional.

Kedua, kasus Henning Mankell. Dalam Sidetracked, kejahatan di Swedia disajikan sedemikian rupa sehingga Wallander, sang detektif, menyadari bahwa dunia telah menyusut dan meluas pada saat yang sama. Fenomena kriminal global (pembunuhan berantai ala Amerika, cincin kejahatan Eropa Timur, perdagangan manusia, isu pengungsi) memasuki Swedia. Bagi pembaca asing, ini menghubungkan Swedia dengan seluruh dunia, karena mereka menemukan isu-isu umum yang kita semua miliki.

Pengalaman ini menciptakan apa yang disebut Slavoj Žižek sebagai "parallax view" – perpindahan perspektif saat dilihat dari dua sudut pandang berbeda. Bagi pembaca fiksi kriminal dunia, ini adalah konvergensi dua hal lokal—lokal pembaca dan lokal teks—yang menghasilkan kesadaran global. Hal ini melahirkan pemikiran relasional (relational thinking), di mana yang nasional dan global saling mengatur ulang dan membentuk.

Pendekatan ini tidak menolak konteks lokal atau nasional. Sebaliknya, seperti kata detektif Poe, Dupin, yang mengkritik Vidocq karena melihat objek terlalu dekat dan kehilangan pandangan keseluruhan, kita perlu melihat lebih luas.

Fiksi kriminal adalah genre yang secara inheren bergerak dan transnasional. Dengan mengakui hubungan yang mendalam antara lokal dan global, pembaca membuat kedua perspektif ini sejajar.

Pada akhirnya, yang nasional dan global—yang spesifik dan yang universal—hadir bersamaan, berkoeksistensi, dan bersatu dalam mata pribadi sang pengamat (the private eye of the beholder).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image