Dari Hobi ke Budaya: Meningkatnya Popularitas Lari di Kalangan Masyarakat Indonesia
Gaya Hidup | 2025-10-26 14:07:57Saat ini olahraga lari telah menjadi olahraga yang cukup populer akhir akhir ini terutama di Indonesia, menurut data Garmin Connect pada Januari 2024 terdapat 56.463 aktivitas kemudian tren ini meningkat sampai 242.627 aktivitas pada Mei 2025 yang mana peningkatan signifikan ini hampir menyentuh anggka 330%. Tren ini banyak dilakukan di kalangan para pelajar, mahasiswa, pekerja kantoran, hingga orang tua terutama di kota kota besar. Tak hanya dipandang sebagai aktivitas olahraga, tetapi juga dipandang sebagai gaya hidup. Tak hanya itu, tren ini juga menyebabkan munculnya komunitas lari, stadion hampir dipenuhi oleh para pelari hampir tiap hari terutama hari sabtu dan minggu, maraknya event lari seperti fun run hingga marathon juga semakin ramai pesertanya.
Ada beberapa hal yang memicu tren ini. Munculnya peningkatan kesadaran Masyarakat terhadap Kesehatan mereka, pengaruh tren lari dari media sosial yang memicu dan mendorong masyarakat untuk ikut mencoba, dan olahraga lari dapat dibilang mudah atau tidak rumit, berbeda dengan olahraga lain yang membutuhkan lapangan atau peralatan khusus. Lari hanya membutuhkan sepatu dan dapat dilakukan di mana saja.
Dari sisi Kesehatan, beberapa jurnal ilmiah yang saya temukan menyatakan bahwa manusia yang melakukan aktivitas lari sedang selama 150-300 menit/minggu dapat mengurangi risiko kematian hingga 31%, menurunkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan juga beberapa kanker. Dari sisi sosial lari, kehadiran komunitas lari dan event lari ini dapat menjadi peran ruang terbuka bagi Masyarakat untuk menambah relasi, tentunya hal ini dapat juga berdampak positif pada pedagang lokal apalagi bila ada event lari berskala besar dapat menggerakkan sektor pariwisata dan UMKM, penjualan perlengkapan olahraga lari juga meningkat pesat.
Akan tetapi, tidak dapat kita pungkiri bahwa dampak negatif tetap ada. Beberapa masyarakat mengikuti tren ini hanya karena tren atau sekedar mengikuti teman tanpa persiapan yang memadai dapat rentan cedera karena kurangnya pemanasan atau teknik yang tepat. Akibatnya, kasus cedera kaki sering terjadi karena tubuh dipaksa berlari jarak jauh tanpa latihan bertahap. Selain itu, banyak masyarakat merasa harus membeli barang yang mahal kebutuhan untuk larinya yang padahal sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Maka dari itu, tren ini harus diimbangi dengan kesadaran akan batas kemampuan diri. Jika tidak maka dampak buruk justru dapat lebih besar daripada manfaatnya
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
