Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aqila Nafiatul Ilma

Warna dan Emosi: Sisi Biologis di Balik Psikologi Warna

Riset dan Teknologi | 2025-10-24 23:46:51
Gambar 1. Ilustrasi warna memperngaruhi emosi seseorang.

Warna adalah salah satu elemen visual yang paling mendasar dan universal dalam kehidupan manusia. Warna tidak hanya sebagai elemen visual pada kehidupan ini, warna juga berkaitan dengan proses biologis, emosi, dan persepsi. Pada sisi biologis, warna bukan hanya berasal dari cahaya yang masuk ke mata, tetapi juga cara otak memproses informasi tersebut. Jadi, warna muncul karena kerja sama antara cahaya, mata, dan otak. Setiap warna dapat menimbulkan pengaruh terhadap suasana hati dan emosi.

Hal ini terjadi karena otak merespon warna dengan cara yang berbeda, sehingga warna dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir, bertindak, dan merasakan.Setiap warna memiliki makna yang berbeda, karena seuatu yang terlihat secara visual oleh mata akan direspon secara berbeda oleh otak. Misalnya, warna-warna yang identik dengan ketenangan, perdamaian, dan kenyamanan biasanya identik dengan warna biru dan hijau. Sedangkan, warna-warna yang memberikan kesan semangat, rasa urgensi, dan antusiasme biasanya identik dengan warna merah dan orange. Dari hal tersebut bisa kita lihat bagaimana otak menafsirkan elemen visual yang ditangkap oleh mata.

Oleh karena itu, pemaham psikologi ini juga berpengaruh terhadap kondisi emosional seseorang dan hal ini juga menjadi penting dalam berbagai bidang, seperti desain interior, pendidikan, hingga terapis psikologis.Melalui kajian dari berbagai jurnal dan teori, essai ini akan membahas bagaimana warna dapat mempengaruhi kondisi psikologis manusia, kaitanya dengan proses emosional sebagaimana dijelaskan oleh Goleman (1995), serta bagaimana penerapan psikologi warna dapat memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut hasil penelitian dari jurnal Psikologi Warna dalam Kehidupan Sehari-hari, warna tidak hanya sebagai elemen visual, tetapi juga berkaitan dengan kekuatan psikologis yang mempengaruhi emosi, persepsi, dan perilaku manusia. Contohnya, warna biru dan hijau dikaitkan dengan rasa tenang, nyaman, seimbang, dan kesan profesional, warna merah dan orange di identikkan dengan semangat, rasa urgensi, dan antusiasme. Hal ini menunjukkan ada keterkaitan antara warna dan emosi yang cukup konsisten di berbagai kalangan. Sejalan dengan hal tersebut, Goleman (1995) yang menyebutkan bahwa emosi merupakan suatu kondisi yang melibatkan fisiologis, psikologis, dan perasaan untuk bertindak dikarenakan adanya stimulus yang diterima indera dan nantinya akan direspon serta diproses.

Ketika seseorang menerima stimulus dari lingkungan, misalnya melihat sesuatu, mendengar sesuatu, atau merasakan sesuatu. Dengan demikian, otak akan memproses informasi tersebut dan menimbulkan reaksi emosional yang kemudian tampak dalam tindakan atau ekspresi.Sementara itu, pada jurnal Psikologi Warna dan Pengaruhnya terhadap Respons Emosional Individu, dijelaskan bahwa warna berperan besar dalam membentuk suasana hati dan respon emosional seseorang. Penggunaan warna yang tepat bisa membantu dalam berbagai bidang, seperti design, pemasaran, dan terapi psikologis. Misalnya, seperti dalam dunia interior, pemilihan warna yang sesuai akan mempengaruhi suasana tertentu yang dapat menarik perhatian konsumen dan membuat mereka merasa nyaman.

Selain itu, teori psikologi warna juga menjelaskan bahwa sistem saraf manusia berbeda-beda dalam bereaksi terhadap panjang gelombang warna, sehingga menimbulkan reaksi emosi dan perasaan tertentu seperti, tenang, gembira, bersemangat, atau bahkan bosan. Namun, walaupun warna memiliki pengaruh yang signifikan tetapi, efeknya tidak selalu sama pada setiap individu. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam merespon warna seperti, pengalaman pribadi, kondisi psikologis, dan konteks situasional. Oleh karena itu, psikologis warna harus mempertimbangkan berbagai variable ini untuk mendapatkan pemahan komprehensif mengenai hubungan warna dan perilaku manusia.

Berdasarkan pembahasan dari berbagai jurnal dan teori, dapat disimpulkan bahwa warna memiliki peran yang sangat penting dalam mempengaruhi kondisi psikologis dan emosional manusia. Warna tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika atau visual semata, tetapi juga memiliki makna psikologis yang dalam dan mampu membangunkan emosional tertentu pada individu.Pandangan ini sejalan dengan pernyataan Goleman (1995) yang menyatakan bahwa emosi melibatkan reaksi fisiologis, psikologis, dan perasaan akibat stimulus dari lingkungan. Artinya, saat seseorang melihat warna tertentu, otak akan memproses rangsangan itu dan menimbulkan respon emosional yang dapat terlihat dari ekspresi maupun tindakan.

Namun, respon terhadap warna bersifat subjektif, karena dipengaruhi oleh faktor seperti pengalaman pribadi, kondisi psikologis, serta konteks situasi. Oleh sebab itu, pemahaman tentang psikologi warna perlu mempertimbangkan kondisi individu dan perbedaanya agar penafsirannya lebih tepat.Dengan penggunaan warna yang tepat, seseorang dapat menciptakan suasana hati yang diinginkan, membangun kenyamanan, dan bahkan membantu proses pembelajaran maupun terapis psikologis.

Daftar PustakaHandayani, Wiwik., Ulum, Raju., & Khofia, Nidaan. (2025). Psikologi Warna dalam Kehidupan Sehari-hari: Pengaruh Warna terhadap Emosi, Persepsi, dan Perilaku Konsumen. Jurnal PSIKIS: Jurnal Ilmu Psikiatri dan Psikologi, Vol. 1, No. 1, hlm. 39-48. Diaksses dari https://www.jurnalp4i.com/index.php/psikis/article/view/5184 Santika, W. N. (2024). Psikologi Warna dan Pengaruhnya terhadap Respons Emosional Individu. Medan: Universitas Medan Area. Diakses dari http://liternote.com/index.php/ln/article/view/276 Pratiwi, P. Y., & Budisetyani, I. G. A. P. W. (2013). Emosi dan Penggunaan Warna Dominan pada Kegiatan Mewarnai Anak Usia Dini. Jurnal Psikologi Udayana, 1(1), 160-170. Universitas Udayana. ISSN:2354-5607. Diakses dari https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+tentang+warna+dan+emosi&btnG= Jumawan, K. A., & Darmayanti, T. E. (2023). Kajian Warna dan Interior Retail melalui Persepsi Konsumen: Display Blitz Shoes Store, Bandung. Jurnal Vastukara, 3(1), 157-163. Program Studi Desain Interior , Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Kristen Maranatha. Diakses dari https://jurnal2.isidps.ac.id/public/journals/4/homepageImage_id_ID.png Goleman, D. (1995). Emmotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. New York: Bantam Books

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image