Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nur Saskia Azizah

Ketika Harapan Tak Sesuai Kenyataan: Bagaimana Otak Kita Memproses Rasa Sedih

Eduaksi | 2025-10-24 23:19:09
sumber: pinterest.com

Pernahkah kamu merasa kecewa ketika sesuatu tidak berjalan seperti yang kita inginkan? Misalnya kita mengharapkan sesuatu kepada orang lain, tetapi hal tersebut tidak sesuai dengan harapan kita, berharap suatu rencana, tetapi rencana tersebut gagal, dan ketika kita mempercayai seseorang, namun orang itu malah mengecewakan kita. Di situasi seperti itu sangat wajar kita sedih dan kecewa, perasaan tersebut adalah hasil dari kerja biologis dalam otak kita. Melalui pendekatan biopsikologi, kita bisa memahami bahwa kesedihan bukan hanya sekadar perasaan, melainkan hasil dari aktivitas saraf, hormon, dan bagian otak yang bekerja sama memproses emosi. Nah kita akan tahu sekarang bagaimana otak merespons dan proses otak bekerja menghadapi rasa sedih, senang, kecewa, dan mengendalikan emosi.

Kesedihan adalah respons kompleks terhadap kekecewaan yang meliputi perubahan emosional, kognitif, perilaku dan fisiologis, yang berarti banyak bagian otak terlibat dalam menghasilkan respons terhadap kesedihan. Semakin dalam rasa sedih yang dirasakan, semakin sulit bagi otak untuk menavigasi keadaan dengan baik.

Ketika kita menginginkan sesuatu, otak mengaktifkan sistem penghargaan atau reward system, yang membuat kita merasa bersemangat dan termotivasi. Sistem ini dipengaruhi oleh zat kimia bernama dopamine sebagai respon terhadap aktivitas yang menyenangkan dan memuaskan. Namun ketika sesuatu tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka kadar dopamine menurun. Penurunan inilah yang membuat kita merasa kecewa dan kehilangan semangat. Ada struktur kecil di otak bernama habenula lateral yang mendeteksi saat hasil tidak sesuai ekspetasi. Aktivitas habenula meningkat ketika kita gagal, lalu menjadi penghambat proses dopamine di otak, hal tersebut yang menyebabkan munculnya perasaan sedih atau putus asa.

Selain itu, bagian otak yang terlibat dalam emosi adalah amigdala. Struktur kecil ini bekerja seperti sistem alarm emosional, yang memicu reaksi emosional seperti rasa sedih, kecewa atau bahkan menangis. Amigdala berperan penting dalam memproses pengalaman emosional yang kuat. Itulah sebabnya ketika harapan tidak terpenuhi, tubuh bereaksi: dada terasa sesak, sulit makan, atau ingin menyendiri. Semua itu merupakan respons biologis yang nyata, bukan sekadar "baper".

Dapat Sembuh Seiring Berjalannya Waktu

Foto by: pinterest.com

Manusia tidak hanya dikuasai oleh emosi. Otak juga memiliki sistem pengatur yang membantu kita mengendali emosi atau menenangkan diri, yaitu korteks prefrontal. Bagian ini terletak di depan otak dan berperan dalam berbagai fungsi eksekutif, seperti perencanaan, pengambilan keputusan, pemrosesan emosi, serta dapat bertindak secara rasional dan adaptif dalam menghadapi situasi. Davidson dan Irwin (1999) menjelaskan bahwa keseimbangan antara Amigdala dan korteks prefrontal menentukan seberapa kuat kita merasakan kesedihan. Jika amigdala terlalu aktif dan korteks prefrontal tidak mampu mengontrolnya, kita akan larut dalam kesedihan terlalu lama. Sebaliknya, jika korteks prefrontal bekerja dengan baik, kita bisa memaknai pengalaman negatif dan agar bangkit kembali.

Selain struktur otak, keseimbangan kimia dalam dalam otak juga sangat berpengaruh terhadap emosi. Neurotransmiter seperti dopamine, serotonin, dan oksitosin berperan besar dalam mengatur suasana hati. Serotonin, misalnya berfungsi menjaga kestabilan emosi dan rasa tenang. Ketika kita stress atau kecewa, kadar serotonin bisa menurun sehingga kita lebih mudah merasa sedih (Nutt ,2008). Dopamine, seperti disebut sebelumnya, berhubung dengan rasa senang, sedangkan oksitosin berperan dalam rasa keterikatan sosial. Jadi, kesedihan yang kita rasakan sebenarnya hasil dari perubahan kimiawi yang terjadi di otak. Dari perspektif evolusi, rasa sedih tidak di anggap sebagai suatu hal yang negatif. Nesse (1990) mengemukakan bahwa emosi yang berhubungan dengan kesedihan sebenarnya memiliki peran adaptif bagi umat manusia. Ketika kita menghadapi kegagalan atau kehilangan, perasaan sedih membantu kita berhenti sejenak, merenungkan situasi, dan mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut. Dalam proses ini, otak, terutama bagian hipokampus, berfungsi menyimpan pengalaman emosional untuk dijadikan pelajaran di masa yang akan datang. Dengan kata lain, rasa sedih memungkinkan kita beradaptasi, memperbarui harapan, dan membangun ketahanan dalam menghadapi realitas.

Pendekatan biopsikologi membuat kita menjadi memahami bahwa kesedihan bukan hanya sekadar perasaan pribadi, tetapi juga merupakan hasil interaksi antara sistem saraf dan hormon yang saling berikatan. Amigdala berperan dalam memicu emosi, habenula mendeteksi kekecewaan, korteks prefrontal bertanggung jawab untuk meredakan emosi seperti mengendali emosi dan menenangkan diri, sementara neurotransmiter seperti dopamine dan serotonin mengatur suasana hati dan memberikan rasa senang, agar tetap stabil dan seimbang. Proses proses ini menunjukkan bahwa tubuh dan pikiran berkolaborasi dalam menciptakan pengalaman emosional yang rumit. Jadi, saat kita merasakan kesedihan dan kekecewaan karena sesuatu tidak berjalan sesuai rencana, itu bukanlah suatu kelemahan, melainkan mekanisme biologis yang alami yang membantu kita memahami diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Kesimpulannya, kesedihan yang muncul ketika harapan tidak terwujud adalah bukti bahwa otak manusia dilengkapi dengan sistem yang sangat canggih dalam merespon kenyataan. Dari penurunan dopamine sampai aktivasi amigdala, semua tahap ini membimbing kita untuk menerima, beradaptasi, dan berkembang. Dengan memahami landasan biologis dari emosi ini, kita dapat lebih bersikap penuh kasih kepada diri sendiri. Kesedihan bukanlah tanda kelemahan, tetapi merupakan bagian dari cara otak mendukung kita dalam menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijaksana. Anggapan umum menyatakan bahwa semakin banyak serotonin yang beredar di otak, semakin kecil kemungkinan mengalami depresi dan semakin ceria suasana hati serta pandangan hidup. Namun, serotonin, dopamin, dan neurotransmitter memang memainkan peran utama dalam suasana hati kita. Jadi, kapan pun anda merasa senang, sedih, atau apa pun di antaranya, ingatlah bahwa zat kimia kecil ini bekerja di seluruh tubuh untuk membuat anda merasa senang, sedih, atau apapun itu. Maka dari itu, selalu menjaga kesehatan agar aktivitas saraf, hormon, dan bagian otak berproses dengan maksimal.

Referensi

1. Kim, A., Sutthipong, P., & LeVaughn, M. (2023). How dopamine makes you feel rewarded. In N. Osier (Ed.), Frontiers for Young Minds. Frontiers Media SA. https://kids.frontiersin.org/articles/10.3389/frym.2023.00001

2. Alodokter. (n.d.). Amigdala, kenali fungsi dan gangguan yang bisa terjadi. Alodokter. https://www.alodokter.com/amigdala-kenali-fungsi-dan-gangguan-yang-bisa-terjadi

3. Wikipedia contributors. (n.d.). Habenula. In Wikipedia, the free encyclopedia. Retrieved October 24, 2025, from https://en.wikipedia.org/wiki/Habenula

4. Liputan6.com. (2023, January 14). Pakar ungkap cara otak merespons perasaan sedih. Liputan6. https://www.liputan6.com/

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image