Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Wahyudin

Pengembangan Media dan Teknologi Pembelajaran

Guru Menulis | 2025-10-24 23:14:19
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pengertian Media dan Teknologi Pembelajaran

Istilah media berasal dari bahasa Latin medium yang berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima. Dalam konteks pembelajaran, media berfungsi sebagai saluran yang memungkinkan terjadinya proses komunikasi edukatif antara guru dan peserta didik. Menurut Arsyad, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga mendorong terjadinya proses belajar yang efektif dan efisien.[1]

Kemp menyatakan bahwa media pembelajaran mencakup semua alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi pelajaran, seperti buku, video, komputer, maupun sistem komunikasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar.[2] Sementara itu, Seels dan Richey memandang pengembangan media pembelajaran sebagai bagian integral dari bidang Instructional Technology, yaitu teori dan praktik dalam merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan menilai proses serta sumber belajar.[3]

Dari sudut pandang psikologi pendidikan, Heinich dkk. menegaskan bahwa media merupakan bagian dari sistem pembelajaran yang menghubungkan komponen guru, peserta didik, tujuan pembelajaran, dan strategi penyampaian.[4] Oleh sebab itu, pengembangan media tidak dapat dipandang hanya sebagai aktivitas teknis, melainkan sebagai proses sistematis yang berpijak pada teori belajar dan prinsip desain instruksional.

Ruang lingkup pengembangan media pembelajaran meliputi perencanaan, desain, produksi, implementasi, dan evaluasi media. Munir menjelaskan bahwa pengembangan media tidak hanya berorientasi pada pembuatan produk, tetapi juga mencakup upaya untuk memastikan kesesuaian media dengan karakteristik peserta didik, tujuan pembelajaran, dan konteks sosial budaya.[5] Dengan demikian, pengembangan media pembelajaran merupakan kegiatan strategis dalam sistem pendidikan yang mengintegrasikan unsur pedagogik, psikologis, dan teknologi secara terpadu.

Sementara itu, teknologi pembelajaran mencakup pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah dan sistematis dalam merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi proses pembelajaran. Dalam konteks modern, teknologi pembelajaran tidak hanya berarti penggunaan alat elektronik, tetapi juga pendekatan digital berbasis learning analytics, artificial intelligence (AI), dan sistem pembelajaran daring seperti Learning Management System (LMS) — contohnya Moodle, Google Classroom, atau Edmodo — yang memungkinkan interaksi pembelajaran tanpa batas ruang dan waktu.[6]

Tujuan dan Manfaat Pengembangan Media Pembelajaran

Pengembangan media pembelajaran bertujuan untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih menarik, interaktif, dan efektif. Daryanto menyebutkan bahwa fungsi utama media adalah memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indera manusia, serta menimbulkan kegairahan belajar.[7] Melalui penggunaan media, peserta didik dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih konkret sehingga meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran.

Smaldino dkk. menambahkan bahwa media pembelajaran memiliki peran penting dalam menciptakan student-centered learning, di mana peserta didik menjadi subjek aktif dalam proses pembelajaran.[8] Dalam konteks PAI, hal ini sangat relevan karena nilai-nilai keislaman lebih mudah dipahami ketika disampaikan secara kontekstual dan interaktif melalui media digital, seperti video, simulasi ibadah, atau aplikasi Al-Qur’an interaktif.

Menurut Arief S. Sadiman, media dapat menumbuhkan motivasi belajar, meningkatkan interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungan, serta memungkinkan pembelajaran mandiri sesuai dengan kemampuan individu.[9] Dalam pembelajaran PAI, media berfungsi memperkuat internalisasi nilai-nilai Islam seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kedisiplinan melalui visualisasi dan simulasi kehidupan nyata.

Selain itu, media pembelajaran berbasis teknologi juga berperan dalam mendukung pemerataan akses pendidikan. Rusman menegaskan bahwa perkembangan teknologi informasi memungkinkan terjadinya pembelajaran jarak jauh yang fleksibel, efisien, dan inklusif.[10] Misalnya, melalui platform seperti Learning Management System (LMS), materi PAI dapat diakses oleh siswa di berbagai wilayah tanpa hambatan geografis.

Dengan demikian, pengembangan media pembelajaran dalam PAI bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konseptual terhadap ajaran Islam, tetapi juga berfungsi menanamkan nilai-nilai spiritual melalui pengalaman belajar yang menyentuh aspek emosional dan sosial peserta didik.

Langkah-Langkah Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi

Pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi harus mengikuti prinsip-prinsip desain instruksional agar produk yang dihasilkan efektif dan efisien. Salah satu model yang banyak digunakan adalah Model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation). Dick dan Carey menjelaskan bahwa model ini membantu pengembang memastikan bahwa setiap tahap pengembangan dilakukan secara sistematis dan berorientasi pada kebutuhan belajar peserta didik.[11]

Tahap pertama, Analysis, dilakukan untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran, kebutuhan peserta didik, serta tujuan pembelajaran. Tahap kedua, Design, berfokus pada perancangan struktur isi, pemilihan format media, dan pembuatan rancangan visual atau storyboard. Tahap Development merupakan proses produksi media, baik dalam bentuk video, modul digital, aplikasi interaktif, maupun animasi. Selanjutnya, tahap Implementation dilakukan dengan menerapkan media ke dalam kegiatan pembelajaran nyata, dan tahap terakhir Evaluation digunakan untuk menilai efektivitas media berdasarkan hasil belajar peserta didik.

Selain model ADDIE, terdapat pula model ASSURE, yang menekankan pentingnya partisipasi aktif peserta didik dalam proses penggunaan media. Model ini meliputi langkah-langkah: Analyze learners, State objectives, Select methods, media and materials, Utilize media and materials, Require learner participation, dan Evaluate and revise.[12]

Model ASSURE merupakan salah satu model pengembangan dan perencanaan pembelajaran berbasis media yang dikembangkan oleh Heinich, Molenda, Russell, dan Smaldino. Model ini dirancang agar guru dapat mengintegrasikan teknologi dan media secara efektif dalam proses pembelajaran. ASSURE adalah akronim dari enam langkah sistematis, yaitu

1. Analyze Learners (Menganalisis Peserta Didik)

Langkah pertama menekankan pentingnya memahami karakteristik peserta didik sebelum menentukan media atau metode yang akan digunakan. Analisis mencakup aspek demografis (usia, tingkat pendidikan), kemampuan awal, gaya belajar, serta motivasi belajar. Pemahaman ini membantu guru dalam menyesuaikan media dengan kebutuhan dan kemampuan siswa agar proses pembelajaran menjadi efektif.[13]

2. State Objectives (Menetapkan Tujuan Pembelajaran)

Tujuan pembelajaran dirumuskan secara spesifik dan terukur berdasarkan taksonomi Bloom (kognitif, afektif, dan psikomotorik). Tujuan yang jelas memudahkan guru dalam menentukan jenis media dan strategi pembelajaran yang sesuai.[14]

3. Select Methods, Media, and Materials (Memilih Metode, Media, dan Bahan Ajar)

Tahap ini melibatkan pemilihan metode pengajaran dan media yang paling tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya, penggunaan video interaktif untuk pembelajaran praktik ibadah dalam PAI, atau presentasi multimedia untuk menjelaskan konsep akidah.[15]

4. Utilize Media and Materials (Menggunakan Media dan Bahan Ajar)

Guru harus memahami cara mengoperasikan dan memanfaatkan media secara optimal. Hal ini mencakup persiapan alat, uji coba, dan pengelolaan kelas selama pembelajaran. Penggunaan media yang efektif dapat meningkatkan perhatian dan pemahaman peserta didik terhadap materi.[16]

5. Require Learner Participation (Melibatkan Partisipasi Peserta Didik)

Model ASSURE menekankan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar. Partisipasi dapat diwujudkan melalui diskusi, simulasi, kuis interaktif, atau proyek kolaboratif. Keterlibatan ini membantu siswa mengonstruksi pengetahuan sendiri dan memperkuat pemahaman konsep.[17]

6. Evaluate and Revise (Evaluasi dan Revisi)

Tahap terakhir adalah melakukan evaluasi terhadap efektivitas media dan proses pembelajaran. Hasil evaluasi menjadi dasar untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan pembelajaran di masa mendatang. Guru dapat menilai apakah media yang digunakan sudah tepat dan apakah tujuan pembelajaran telah tercapai.[18]

Dengan demikian, model ASSURE memberikan panduan sistematis bagi guru untuk merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan dukungan teknologi dan media pembelajaran yang tepat guna. Dalam konteks PAI, penerapan model ini memungkinkan guru untuk memadukan nilai-nilai Islam dengan inovasi teknologi secara harmonis, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan kontekstual.

Dalam perspektif teori belajar, pendekatan behavioristik menempatkan media sebagai stimulus eksternal untuk menghasilkan respons belajar tertentu, sebagaimana diungkapkan oleh B.F. Skinner.[19] Sementara teori kognitivistik memandang media sebagai sarana membantu peserta didik mengorganisasikan dan memproses informasi dalam memori jangka panjang.[20] Sedangkan teori konstruktivistik, sebagaimana dijelaskan Piaget, menempatkan media sebagai alat untuk membangun pengalaman belajar autentik, di mana peserta didik secara aktif mengonstruksi pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan belajar digital.[21]

Dalam konteks pembelajaran PAI, ketiga pendekatan tersebut dapat diintegrasikan secara sinergis. Media video dapat digunakan untuk memberikan stimulus awal (behavioristik), aplikasi interaktif Al-Qur’an dapat membantu peserta didik memahami struktur ayat (kognitivistik), sedangkan simulasi ibadah berbasis virtual reality (VR) memungkinkan peserta didik mengalami pembelajaran spiritual yang autentik (konstruktivistik).

Contoh Penggunaan Media Pembelajaran di Lingkungan Pendidikan

Perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan besar dalam praktik pendidikan, termasuk dalam pengajaran PAI. Mayer menjelaskan bahwa penggunaan multimedia — kombinasi teks, gambar, audio, dan video — dapat meningkatkan pemahaman karena memanfaatkan dua saluran kognitif manusia, yaitu visual dan verbal.[22]

Di tingkat sekolah menengah, guru PAI menggunakan video pembelajaran interaktif untuk menjelaskan sejarah Islam, kisah para nabi, atau tata cara ibadah. Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya mendengar penjelasan guru, tetapi juga menyaksikan visualisasi yang mendalam. Di perguruan tinggi, penggunaan Learning Management System (LMS) seperti Moodle, Edmodo, atau Google Classroom mempermudah dosen dalam mengelola materi, tugas, dan diskusi daring.[23]

Munir menegaskan bahwa pembelajaran berbasis teknologi digital, termasuk mobile learning, memberikan fleksibilitas belajar tanpa batas waktu dan ruang.[24] Bahkan, dalam beberapa madrasah, telah dikembangkan media berbasis augmented reality (AR) untuk mengenalkan peninggalan sejarah Islam atau rukun haji melalui visualisasi tiga dimensi yang interaktif.

Inovasi ini menunjukkan bahwa pengembangan media dan teknologi pembelajaran dapat memperkuat internalisasi nilai-nilai Islam secara lebih efektif. Dengan dukungan teknologi digital, pembelajaran PAI dapat dirancang agar lebih menyenangkan, kontekstual, dan relevan dengan kehidupan peserta didik di era modern.

[1] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Edisi Revisi (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), hlm. 12.

[2] Jerrold E. Kemp, Designing Effective Instruction (New Jersey: Merrill Publishing, 1994), hlm. 31.

[3] Barbara Seels dan Rita Richey, Instructional Technology: The Definition and Domains of the Field (Washington DC: AECT, 1994), hlm. 25.

[4] Robert Heinich dkk., Instructional Media and Technologies for Learning, 7th ed. (New Jersey: Prentice Hall, 2002), hlm. 9.

[5] Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 44.

[6] Ibid, hlm. 56.

[7] Daryanto, Media Pembelajaran (Yogyakarta: Gava Media, 2013), hlm. 9.

[8] Sharon E. Smaldino dkk., Instructional Technology and Media for Learning (Boston: Pearson, 2015), hlm. 18.

[9] Arief S. Sadiman dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 17.

[10] Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2018), hlm. 61.

[11] Walter Dick dan Lou Carey, The Systematic Design of Instruction (New York: Addison-Wesley, 1996), hlm. 5.

[12] Heinich dkk., Instructional Media and Technologies for Learning, hlm. 45.

[13] ibid, hlm. 45.

[14] Ibid, hlm. 47.

[15] Sharon E. Smaldino et al., Instructional Technology and Media for Learning, 10th ed. (Boston: Pearson, 2015), hlm. 59.

[16] Ibid., hlm. 60.

[17] Heinich et al., Instructional Media and Technologies for Learning, hlm. 63.

[18] Smaldino et al., Instructional Technology and Media for Learning, hlm. 66.

[19] B.F. Skinner, The Technology of Teaching (New York: Appleton-Century-Crofts, 1968), hlm. 22.

[20] Robert M. Gagné, The Conditions of Learning and Theory of Instruction (New York: Holt, Rinehart & Winston, 1985), hlm. 112.

[21] Jean Piaget, The Construction of Reality in the Child (New York: Basic Books, 1954), hlm. 42.

[22] Richard E. Mayer, Multimedia Learning (New York: Cambridge University Press, 2009), hlm. 63.

[23] Gagné, The Conditions of Learning and Theory of Instruction, hlm. 141.

[24] Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, hlm. 72.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image