Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Reva Zanuari

Kerja 12 Jam Sehari, Tapi Belum Setara UMK: Potret Driver Ojek Online di Yogyakarta

Info Terkini | 2025-10-24 09:23:56

Transportasi online telah menjadi bagian penting kehidupan masyarakat modern. Layanan seperti Gojek dan Grab bukan hanya memudahkan mobilitas masyarakat, tetapi juga membuka peluang kerja bagi ribuan orang di berbagai kota, termasuk Yogyakarta. Namun, di balik kemudahan dan fleksibilitas kerja yang ditawarkan, masih tersimpan persoalan serius terkait tingkat pendapatan dan kesejahteraan pada driver ojek online (ojol).

Penelitian kecil yang dilakukan di sekitar Stasiun Tugu dan Stasiun Lempuyangan Yogyakarta terhadap 20 pengemudi ojek online (10 driver Gojek dan 10 driver Grab) menunjukkan rata - rata pendapatan harian mereka berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 200.000. Dengan jumlah kerja panjang mencapai 8 - 12 jam per hari, penghasilan bulanan driver masih belum mencapai Upah Minimum Kota (UMK) Yogyakarta, sehingga tidak sepenuhnya mampu mencukupi kebutuhan sehari - hari.

Selain rendahnya pendapatan, para pengemudi menghadapi berbagai tantangan struktural dari sistem aplikator. Pada gojek, driver mengeluhkan tarif yang terlalu murah, potongan komisi yang besar, serta sistem prioritas order yang dianggap tidak adil. Sementara pada Grab, permasalahan utama muncul dari fitur Grab Hemat, di mana selisih harga promo justru dibebankan kepada driver, bukan ditanggung aplikator, Hal ini membuat pendapatan bersih semakin berkurang.

Baik pengemudi Gojek maupun Grab juga menyoroti kurangnya transparansi dalam sistem pembagian hasil, serta minimnya perlindungan sosial seperti asuransi atau bantuan BPJS. Padahal, mereka merupakan ujung tombak dari keberlangsungan layanan transportasi online yang digunakan jutaan masyarakat setiap hari.

Meski begitu, pada driver masih menyimpan harapan besar. Mereka berhadap aplikator dapat meningkatkan keadilan dan keterbukaan sistem, mulai dari perhitungan pendapatan hingga pemerataan distribusi order. Selain itu, mereka juga meningkatkan adanya dukungan kesejahteraan dan perlindungan kerja yang lebih baik, agar kemitraan antara driver dan perusahaan tidak hanya menguntungkan satu pihak saja.

Secara keseluruhan, hasil kajian ini menggambarkan bahwa di balik gemerlapnya layanan digital dan kemudahan transportasi online, masih ada sisi gelap yang perlu diperhatikan seperti ketimpangan kesejahteraan para mitra pengemudi. Agar ekosistem ini berkelanjutan dibutuhkan komitmen dari aplikator, pemerintah, dan masyarakat untuk menciptakan hubungan kemitraan yang adil, transparan ,dan manusiawi bagi para driver ojek online.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image