Menghapus Stigma, Membangun Kesejahteraan: Peran Penting Dukungan Kesehatan Mental di Kalangan Mahasiswa
Edukasi | 2025-10-23 21:57:23
Kesehatan mental adalah aspek fundamental darikesejahteraan setiap individu, termasuk mahasiswa yang sedang melalui masa transisi penting dalam kehidupanmereka. Namun, stigma terhadap gangguan kesehatan mental masih menjadi penghalang besar di kalangan mahasiswauntuk mencari bantuan yang sejatinya mereka butuhkan. Dari perspektif saya, stigma ini tidak hanya merugikan individu, tetapi juga secara luas menghambat pembangunan komunitaskampus yang sehat dan produktif.
Mahasiswa menghadapi tekanan akademik, sosial, dan masa depan yang sangat berat, yang rentan memicu ataumemperparah gangguan mental seperti kecemasan, depresi, dan stres kronis. Ironisnya, ketika mereka merasa perluberbicara atau mencari pertolongan, stigma negatif yang melekat pada gangguan mental membuat mereka engganmengungkapkan masalahnya. Mereka takut dianggap lemah, tidak mampu, atau bahkan dijauhi oleh teman dan keluarga. Padahal, kenyataannya, kondisi kesehatan mental adalahmasalah medis yang membutuhkan dukungan dan penanganan, bukan cibiran.
Stigma ini muncul dalam berbagai bentuk: stereotip bahwapenderita gangguan mental adalah tidak stabil dan berbahaya, prasangka yang menganggap mereka sebagai beban sosial, hingga diskriminasi yang membatasi kesempatan merekaberpartisipasi penuh dalam kehidupan kampus. Akibatnya, mahasiswa yang sedang berjuang dengan kesehatan mental sering mengalami isolasi sosial, performa akademik menurun, dan kondisi kesehatan yang makin memburuk karenaterlambat mendapatkan bantuan.
Oleh karena itu, perubahan paradigma sangat mendesak. Kampus harus berperan aktif menghilangkan stigma denganmengedukasi mahasiswa dan staf tentang pentingnyakesehatan mental serta menormalisasi percakapan tentangmasalah ini. Layanan konseling harus diperluas, mudahdiakses, dan dirancang agar membuat mahasiswa merasaaman dan dihargai. Selain itu, program pendukung sebayadapat membangun lingkungan yang saling menguatkan.
Lebih jauh, masyarakat luas juga perlu mengubah polapikirnya bahwa gangguan mental adalah aib atau kelemahan. Stigma bukan hanya merugikan individu tapi juga menghambat proses pemulihan serta menimbulkanketidakseimbangan sosial. Menyikapi isu ini dengan empatidan pengetahuan yang benar akan menghasilkan generasimahasiswa yang sehat secara mental dan siap menghadapitantangan masa depan.
Secara pribadi, saya percaya bahwa stigma kesehatan mental di kalangan mahasiswa bukan hal yang tak terhindarkan. Dengan kolaborasi antara mahasiswa, kampus, keluarga, sertamasyarakat, stigma ini bisa dihapuskan. Langkah ini bukanhanya untuk kesejahteraan pribadi para mahasiswa, tetapi juga pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
