Demonstrasi Mahasiswa dalam Bingkai Komunikasi Politik
Politik | 2025-10-23 18:20:17Gelombang demonstrasi dalam teori komunikasi politik adalah bentuk komunikasi horizontal yang menantang dominasi komunikasi vertikal dari negara kepada rakyat. Ia menjadi kanal ekspresi, koreksi, dan negosiasi antara kekuasaan dan publik. Demonstrasi bukan sekadar aksi jalanan, tetapi ruang diskursif di mana rasionalitas komunikatif diuji—apakah negara mendengar, atau sekadar mengelola citra.
Di tengah peringatan satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran, demonstrasi menjadi indikator bahwa partisipasi politik tidak berhenti di bilik suara. Demokrasi bukan hanya soal pemilu, tetapi tentang ruang deliberatif yang memungkinkan kritik, harapan, dan koreksi terhadap kekuasaan. Aksi damai yang dijaga oleh personel kepolisian menunjukkan bahwa negara dan warganya bisa berdialog dalam bingkai konstitusional.
Ketika mahasiswa turun ke jalan, itu bukan hanya soal idealisme, tapi tentang masa depan yang mereka warisi. Dalam komunikasi politik, kelompok yang terlibat aktif dalam isu tertentu karena terdampak langsung, mereka bukan penonton politik, melainkan partisipan yang membentuk opini publik dan memengaruhi agenda setting nasional.
Demonstrasi mahasiswa merupakan salah satu bentuk komunikasi politik yang paling dinamis dan berpengaruh dalam lanskap demokrasi Indonesia. Aksi mahasiswa bukan sekadar ekspresi ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah, melainkan juga medium artikulasi aspirasi publik yang sah dan strategis. Dalam bingkai komunikasi politik, mahasiswa berperan sebagai aktor penting yang menyampaikan pesan politik melalui berbagai saluran, baik konvensional maupun digital. Mereka tidak hanya menyuarakan tuntutan, tetapi juga membentuk opini publik, membangun narasi tandingan, dan memperkuat partisipasi politik masyarakat.
Sebagai komunikator politik, mahasiswa memanfaatkan demonstrasi untuk menyampaikan kritik terhadap kebijakan yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Orasi, poster, simbol visual, dan media sosial menjadi instrumen utama dalam menyampaikan pesan. Aksi mereka sering kali didorong oleh isu-isu krusial seperti ketimpangan sosial, eksploitasi sumber daya alam, kemunduran demokrasi, dan kebijakan ekonomi yang kontroversial. Dalam konteks ini, demonstrasi mahasiswa menjadi respons kolektif terhadap ketidakadilan, sekaligus bentuk kontrol sosial terhadap kekuasaan.
Strategi komunikasi yang digunakan dalam demonstrasi mahasiswa sangat beragam dan terencana. Mereka mengemas pesan dalam bentuk visual yang kuat, seperti poster dengan slogan tajam, simbol-simbol perlawanan, dan tagar digital yang viral. Media sosial dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan pesan, membangun solidaritas, dan menggalang dukungan lintas wilayah. Selain itu, mahasiswa juga membentuk koalisi dengan elemen masyarakat lain, untuk memperkuat legitimasi gerakan dan daya tawar politik.
Namun, efektivitas komunikasi politik dalam demonstrasi tidak hanya bergantung pada keberanian dan kreativitas, tetapi juga pada etika dan kejelasan pesan. Demonstrasi yang etis, terstruktur, dan berbasis data akan lebih mudah diterima oleh publik dan media. Kejelasan tuntutan, konsistensi gerakan, dan kemampuan membangun narasi yang kuat menjadi kunci keberhasilan aksi mahasiswa dalam memengaruhi kebijakan dan opini publik.
Dalam era digital dan keterbukaan informasi, demonstrasi mahasiswa memiliki peluang besar untuk menjadi katalis perubahan sosial dan politik. Mereka tidak hanya menyuarakan aspirasi, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang isu-isu penting yang sering kali luput dari perhatian media arus utama. Dengan pendekatan komunikasi politik yang strategis dan etis, demonstrasi mahasiswa dapat memperkuat demokrasi, mendorong transparansi, dan memastikan bahwa suara rakyat tetap didengar.
Demonstrasi mahasiswa bukan sekadar aksi massa, melainkan praktik komunikasi politik yang berani, berdaya, dan berorientasi pada perubahan. Ia mencerminkan semangat kritis generasi muda dalam menjaga demokrasi dan memperjuangkan keadilan sosial. Dalam bingkai komunikasi politik, demonstrasi mahasiswa adalah wajah keberanian, kreativitas, dan komitmen terhadap masa depan bangsa.
Kampus memiliki peran strategis, bukan hanya sebagai ruang akademik, tetapi sebagai laboratorium demokrasi. Demonstrasi hari ini adalah alarm, bukan ancaman. Ia mengingatkan kita bahwa komunikasi politik yang sehat membutuhkan ruang, aktor, dan respons. Demokrasi yang bernapas adalah demokrasi yang mendengar, berdialog, dan bersedia berubah. Kampus, media, dan masyarakat sipil memiliki tanggung jawab kolektif untuk menjaga ruang demokrasi tetap hidup, karena di sanalah harapan politik tumbuh.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
