Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bilqis Nur Azizah

Bicara pada Diri Sendiri: Peran Proses Internal dalam Stres

Eduaksi | 2025-10-21 23:42:58

Tahukah kamu, seringkali sumber stres bukan hanya dari keadaan di luar, tetapi juga dari bagaimana pikiran dan perasaan kita memproses pengalaman itu? Pernahkah kamu menyadari bahwa cara kita berbicara pada diri sendiri bisa memperbesar atau justru meredakan tekanan yang kita rasakan? Proses internal dalam pikiran kita memegang peran penting dalam menentukan seberapa berat beban stres yang kita alami

https://www.rsmardirahayu.com/wp-content/uploads/2022/05/Self-Talk.jpg

Bicara pada diri sendiri atau self-talk merupakan salah satu proses internal yang sering dilakukan oleh manusia, terutama ketika sedang menghadapi tekanan maupun situasi stres. Proses ini berperan penting dalam cara individu mengelola dan merespon stres secara psikologis maupun fisiologis. Dalam konteks biopsikologi, bicara pada diri sendiri dapat dipahami sebagai interaksi antara proses mental dan respons biologis yang memengaruhi keseimbangan emosi dan kesehatan secara keseluruhan.

Stres adalah reaksi tubuh dan pikiran terhadap tekanan baik dari faktor internal maupun eksternal yang dirasakan mengancam atau membebani. Biopsikologi melihat stres tidak hanya sebagai fenomena psikologis, tetapi juga sebagai proses yang melibatkan sistem saraf dan hormon. Ketika seseorang mengalami stres, otak menilai situasi tersebut, yang kemudian diikuti respons fisiologis melalui aktivasi sistem saraf simpatik dan pelepasan hormon stres seperti kortisol yang mempersiapkan tubuh untuk "lawan atau lari" (fight or flight).

Bicara pada diri sendiri pada saat stres merupakan bentuk proses kognitif internal yang penting. Ia bertindak sebagai alat untuk mengatur pikiran, mengontrol emosi, dan memotivasi tindakan menghadapi stresor (pemicu stres). Secara biopsikologis, proses ini memengaruhi bagaimana otak menafsirkan pengalaman stres, sehingga dapat menurunkan atau meningkatkan intensitas respon stres yang dirasakan. Bicara pada diri sendiri yang positif dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan dengan memberikan dukungan dan penguatan terhadap kemampuan diri sendiri. Sebaliknya, bicara internal yang negatif dapat memperburuk stres dan berkontribusi terhadap timbulnya berbagai gangguan psikofisiologis seperti tekanan darah tinggi dan kelelahan kronis.

Secara lebih rinci, proses internal berupa bicara pada diri sendiri ini bekerja melalui fungsi eksekutif otak yang mengatur pengendalian diri, evaluasi situasi, dan perencanaan solusi. Bagian otak seperti korteks prefrontal sangat berperan dalam memproses dialog internal ini. Area lain yang berperan signifikan termasuk talamus, hipotalamus, hipokampus, dan kelenjar pituitari, yang membentuk sumbu hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA). Sumbu ini mengatur respons hormonal terhadap stres, terutama produksi hormon kortisol. Bicara pada diri sendiri yang bersifat positif dapat memengaruhi persepsi terhadap stresor sehingga pengaturan kerja otak dan hormon menjadi lebih adaptif.

Saat seseorang memotivasi dirinya dengan kata-kata positif, pola kerja otak akan menstimulasi sistem limbik untuk menghasilkan hormon-hormon yang menenangkan seperti serotonin dan dopamin. Hal ini berperan dalam menekan aktivitas sistem saraf simpatik yang biasanya meningkat saat stres, sehingga tubuh lebih rileks dan mampu mengatasi tekanan dengan lebih baik

Selain aspek neurologis, bicara pada diri sendiri juga berkaitan dengan persepsi subjektif terhadap stresor. Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan bahwa stres adalah hubungan antara individu dan lingkungan yang dinilai oleh individu sebagai ancaman. Dalam hal ini, proses internal berupa pemikiran dan bicara pada diri sendiri berfungsi untuk menilai ulang situasi dan memilih strategi koping yang adaptif. Misalnya, seseorang yang mengubah cara bicara internalnya dari "Aku tidak mampu menghadapi ini" menjadi "Aku bisa mencari solusi dan belajar dari pengalaman ini" akan memiliki respons stres yang lebih sehat.

Faktor internal lain yang memengaruhi bagaimana bicara pada diri sendiri dapat berperan dalam stres adalah kondisi psikologis individu, seperti tingkat kecemasan, kepercayaan diri, dan pengalaman masa lalu. Individu dengan pola bicara internal yang suportif biasanya memiliki daya tahan stres lebih baik. Sebaliknya, mereka yang sering mengalami self-talk negatif atau maladaptif cenderung rentan terhadap gangguan psikologis dan fisik terkait stres.

Stres juga berkaitan erat dengan perubahan fisiologis yang terjadi akibat interaksi kompleks antara proses otak dan hormon. Aktivasi sistem saraf simpatik meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan kadar glukosa untuk kesiapan menghadapi stresor. Dalam kondisi normal, setelah stresor hilang, sistem saraf parasimpatik akan mengembalikan tubuh ke kondisi stabil. Namun, jika bicara pada diri sendiri mendukung pemrosesan stres yang negatif dan kronis, respons fisiologis ini dapat terus aktif dan menyebabkan kelelahan, gangguan tidur, dan penyakit kronis.

Dalam praktik klinis dan psikoterapi, teknik bicara pada diri sendiri digunakan secara intensif dalam terapi kognitif untuk membantu individu mengubah pola pikir yang maladaptif dan meningkatkan regulasi emosi. Strategi ini membantu mengontrol stres dengan menciptakan narasi internal yang positif dan membangun. Misalnya, mental rehearsal atau pengulangan kalimat afirmasi diri menjadi bagian dari latihan pengurangan stres dan peningkatan kesehatan mental.

Kesimpulannya, bicara pada diri sendiri memainkan peran sentral dalam proses internal menghadapi stres dari sudut pandang biopsikologi. Proses ini mempengaruhi persepsi stres, regulasi emosi, dan respon fisiologis. Bicara internal positif dapat menurunkan tingkat stres, meningkatkan kesehatan mental dan fisik, serta meningkatkan kemampuan adaptasi menjadi lebih baik. Sebaliknya, bicara internal negatif memperberat beban stres dan risiko gangguan kesehatan. Oleh karena itu, mengelola proses internal lewat bicara pada diri sendiri adalah komponen penting dalam strategi koping stres yang efektif.

Referensi :

Kalat, JW. (2010). Biological Psychology. (dikutip dalam berbagai referensi biopsikologi stres).eprints.ums

Lazarus, R., & Folkman, S. (1984) Stress, Appraisal, and Coping.neliti

Fausiah dan Widury (2005). Hubungan Stres dengan Penyakit Tekanan Darah Tinggi.eprints.ums

Selye, H. (1950s). The Stress Response Theory.eprints.ums

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image