Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lidya Fitrian

Siapa Sangka Daun Nanas Bisa Disulap Menjadi Kain Ramah Lingkungan?

Info Sehat | 2025-10-21 16:45:43

Sebagai seorang ibu rumah tangga, saya selalu percaya bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari hal-hal kecil yang ada di sekitar kita, bahkan dari sesuatu yang terlihat biasa saja malahan...

Salah satu contohnya bisa dilihat pada sosok pemuda asal Subang bernama Alan Sahroni. Sosok yang mengubah daun nanas (sesuatu yang sering kita anggap limbah) menjadi sumber kesejahteraan dan harapan bagi banyak orang.

Di Indonesia, nanas adalah salah satu buah yang cukup populer dan menjadi favorit banyak orang karena rasanya cocok di lidah hampir semua orang. Nanas bahkan nyaris tak pernah ketinggalan setiap kali kita rujakan.

Namun dibalik rasa buahnya yang manis, tersimpan sisi lain yang jarang kita sadari. Setelah panen, daun-daun nanas yang panjang ternyata dibiarkan berserakan, menggunung, lalu dibakar.

Berton-ton limbah daun nanas menghilang dalam kepulan asap, ikut mengantarkan emisi karbon ke langit, dan pada akhirnya kembali ke tubuh manusia dalam bentuk penyakit ISPA.

Dulu saya mengira limbah daun hanyalah bagian dari siklus tani. Dan, saya anggap sebagai sesuatu yang wajar. Tapi data yang saya temukan membuat saya tercengang.

Subang menghasilkan 222.200 ton limbah daun nanas setiap tahun. Dari jumlah itu, sebagian besar berakhir di api pembakaran. Tidak heran kasus ISPA di wilayah Cijambe dan sekitarnya meningkat dari tahun ke tahun.

Saat membaca itu, saya langsung terbayang anak-anak yang tinggal tak jauh dari lahan perkebunan, mereka menghirup udara yang kita anggap biasa, padahal perlahan merusak kesehatan mereka.

Dari sinilah saya mulai memahami bahwa perubahan tidak selalu langkah ekstrim, kebijakan besar, atau modal milyaran. Kadang ia lahir dari kepedulian, dari keberanian seorang anak kampung untuk bertanya, “Apakah harus selalu seperti ini?”

Alan Sahroni pun muncul bukan sekadar sebagai pengusaha, tetapi perekayasa solusi. Berbekal ilmu tekstil yang ia peroleh di Sekolah Teknologi Tekstil Bandung, ia melihat potensi yang selama ini tidak dilihat siapapun... Menyulap limbah daun nanas yang dianggap sampah menjadi bahan baku green textile yang bernilai tinggi.

Kisah Mengubah Limbah Daun Nanas Menjadi Green Textile

Hanya dengan modal awal tujuh juta rupiah dan satu mesin serut sederhana, Alan Sahroni mulai membeli daun nanas dari petani pada tahun 2013.

Dari situ lahirlah cikal bakal Alfiber, sebuah UMKM yang kini menjadi wadah pemberdayaan masyarakat, rumah inovasi, dan simbol semangat memberi manfaat.

Yang membuat saya kagum bukan hanya karena produknya ramah lingkungan, tetapi karena prosesnya berjalan berkelanjutan. Maksudnya itu, menguntungkan secara ekonomi (profit), menjaga lingkungan (planet), dan memberdayakan manusia (people).

Konsep 3P ini bukan sekadar teori dalam buku keberlanjutan, tetapi menjadi daging dan napas dalam setiap langkah yang diambil oleh Alan.

Alfiber tidak hanya memproduksi serat. Mereka mengolahnya menjadi benang, kain, hingga eco-fashion seperti tas, rompi, dan jaket.

Ampasnya pun tidak dibuang, tetapi diolah lagi menjadi pupuk dan kertas daur ulang. Zero waste dalam arti yang sebenarnya.

Bahkan mesin dekortikator mini yang digunakan untuk ekstraksi serat ia modifikasi dengan tenaga surya dan diberi nama decolacel, sampai akhirnya memperoleh HAKI pada 2023.

Menurut laporan internal, mesin ini mampu mengurangi emisi hingga lebih dari 302 ton CO eq per tahun. Bagi saya, angka itu bukan sekadar statistik, tapi itu napas bersih yang kembali ke masyarakat.

Alfiber menghidupkan kembali semangat kebersamaan di desa. Ibu-ibu rumah tangga pun dilibatkan dalam penyortiran, pemintalan, hingga QC.

Pemuda karang taruna belajar produksi dan pemasaran. Petani yang tadinya hanya menjual buah kini mendapat tambahan penghasilan dari daun yang dulu cuma bisa dibakar.

Tahun 2021, Alfiber berhasil menembus pasar ekspor ke Singapura hingga 2,1 ton serat, dan kini merambah Jerman dan Arab Saudi. Bukti bahwa solusi lokal bisa bergaung hingga ke dunia.

Tidak heran jika pada tahun 2019 lalu, Alan Sahroni meraih apresiasi SATU Indonesia Awards tingkat provinsi bidang kewirausahaan dari ASTRA.

Membaca perjalanan Alan dalam mengolah limbah menjadi green textile membuat saya bertanya pada diri sendiri, “kenapa saya tidak bisa seperti itu, meskipun dari skala kecil?”

Sebagai ibu rumah tangga, saya setiap hari berhadapan dengan sampah rumah tangga. Mulai dari sisa sayur, plastik kemasan, kertas, hingga botol. Biasanya semua itu hanya saya lihat sebagai beban, sesuatu yang harus segera dibuang.

Tetapi setelah mengenal kisah Alan, saya mulai belajar melihatnya dari sudut pandang baru. Sampah tidak selalu berarti akhir, terkadang justru merupakan awal dari peluang.

Dari Alan saya memahami bahwa pemberdayaan tidak harus menunggu proyek besar, modal besar, atau dukungan lembaga. Perubahan bisa dimulai dari kesadaran kecil, dari rumah sendiri. Kita hanya perlu keberanian untuk melihat sesuatu dengan cara berbeda.

Bahwa setiap limbah punya potensi.

Bahwa benda yang tak lagi dipakai bisa berubah makna jika disentuh oleh tangan-tangan kreatif.

Dan bahwa seorang ibu rumah tangga pun bisa menjadi bagian dari gerakan kebaikan, sekecil apa pun langkahnya.

Inilah yang membuat saya bertanya pada diri saya sendiri. Jika daun nanas saja bisa berubah menjadi sesuatu yang bernilai tinggi, lalu apa yang bisa saya lakukan dari rumah saya sendiri?

Mungkin bukan serat nanas, tetapi saya juga punya lingkungan sekitar yang bisa saya rawat, punya tangan yang bisa bergerak, punya niat yang bisa menjadi awal dari sesuatu.

Dan pada akhirnya, saya menyadari bahwa keberlanjutan bukanlah proyek besar, ia dimulai dari kesadaran kecil yang terus dihidupkan. Jika Alan bisa menghidupkan kembali daun yang dulu tidak dianggap, maka saya pun bisa mulai menghidupkan aksi-aksi kecil saya sendiri. Sebab perubahan tidak pernah menunggu kesiapan, ia hanya menunggu keberanian.

Limbah menghilang. Rupiah datang. Warga senang. Alam pun riang. Dan saya belajar, bahwa rumah juga bisa menjadi tempat lahirnya gerakan kecil untuk masa depan.

Penutup

Sebagai penutup, saya ingin menegaskan bahwa pada tahun 2019, Alan Sahroni berhasil meraih penghargaan dari Astra melalui SATU Indonesia Awards 2019 tingkat Provinsi Jawa Barat untuk kategori Kewirausahaan. Sebuah pencapaian luar biasa bagi Alfiber dalam menunjukkan bahwa pengolahan limbah daun nanas bukan hanya solusi lingkungan, tetapi juga bisnis kreatif berbasis bahan lokal yang mampu membuka peluang besar dan menginspirasi banyak pihak.

Kepada para pemuda dan pemudi Indonesia, yuk terus berbuat dan berkreativitas! Kalau kalian sudah punya aktivitas yang memberi manfaat bagi lingkungan maupun masyarakat, jangan ragu untuk mendaftarkan diri dalam SATU Indonesia Awards, baik secara individu maupun berkelompok.

Pendaftarannya sendiri bisa dilakukan melalui situs resmi https://www.astra.co.id atau portal SATU Indonesia Awards, di mana kamu bisa mengunggah profil kegiatan dan program yang telah kamu jalankan.

Beberapa syarat pentingnya antara lain: inisiator atau ketua kelompok maksimal berusia 35 tahun, kegiatan harus orisinal dan telah berlangsung minimal satu tahun, kegiatan tidak boleh berasal dari karyawan atau mitra Astra, dan harus selaras dengan prinsip keberlanjutan dalam aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi (sustainability).

Yuk manfaatkan kesempatan ini. Karena jika Alan bisa mengubah daun nanas menjadi serat bernilai tinggi, maka Anda pun bisa mengubah ide Anda menjadi gerakan yang berdampak besar untuk bangsa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image