Proses Biopsikologi di Balik Kebiasaan Menunda Pekerjaan
Edukasi | 2025-10-21 08:29:35
Procrastination atau menunda pekerjaan Adalah fenomena umum yang sering dialami oleh banyak orang, terutama pelajar dan mahasiswa. Kebiasaan ini sering dianggap sebagaibentuk kemalasan, padahal jika ditelusuri lebih dalam adaproses biologis dan psikologis yang saling berinteraksididalam otak manusia. Dari sudutr pandang biopsikologi, perilaku menunda pekerjaan bukan sekedar Keputusan sadar, tetapi hasil dari dinamika system syaraf,hormon, dan strukturotak yang berperan dalam pengaturan emosi, motivasi, dan pengambilan Keputusan.
Salah satu bagian otak yang berperan penting dalam perilakuini adalah amigdala, yaitu bagian otak yang mengatur emosiseperti rasa takut dan cemas. Ketika seseorang menghadapitugas yang sulit, membosankan, atau menimbulkan tekanan, amigdala dapat mengirim sinyal bahaya pada otak. Sinyal inimemicu perasaan tidak nyaman yang akhirnya membuatindividu berusaha menghindar dari tugas tersebut. Disisi lain, prefrontal cortex, bagian otak yang bertanggung jawabterhadap perencanaan, pengendalian diri, dan penilaianrasional, seharusnya membantu seseorang tetap focus menyelesaikan tugas. Namun, saat seseorang mengalamistress atau tekanan emosional, fungsi prefrontal cortex bisamenurun,sehingga dorongan emosional dari amigdala menjadilebih dominan. Akibatnya, otak lebih memilih melakukanaktivitas yang menyenangkan meskipun tidak produktif.
Selain itu, system neurotransmitter dopamin juga memilikiperan besar dalam kebiasaan menunda. Dopamin merupakanzat kimia yang menciptakan rasa senang dan puas dalam otak. Saat seseorang memilih menonton video, bermain media sosial, atau melakukan kegiatan ringan lainnya, kadardopamine meningkat dengan cepat, mmemberikan rasa nyaman instan. Sebaliknya, tugas akademik atau pekerjaanberat biasanya tidak langsung memberikan kepuasan, sehingga otak cenderung menundanya. Kebiasaan inimembuat otak terbiasa mencari kepuasan jangka pendekdibandingkan hasil jangka Panjang. Hal inilah yang menjadidasar biologis mengapa menunda pekerjaan bisa terasa “ lebihenak ” meskipun menimbulkan stress dikemudian hari.
Factor hormonal juga ikut berpengaruh. Hormon stress sepertikortisol dapat meningkat Ketika seseorang merasa tertekanoleh tenggat waktu atau tuntutan tugas. Peningkatan kortisolyang berlebihan bisa menghambat kemampuan berpikir jernihdan menurunkan motivasi. Dalam jangka Panjang, hal ini bisamembentuk pola perilaku seperti menunda sebagaimekanisme otak untuk menghindari rasa cemas dan stress. Namun sayangnya, penghindaran ini justru memperkuatkebiasaan negative yang sulit diubah.
Dari sisi biopsikologi, mengatasi kebiasaan menunda pekerjaan berarti melatih otak agar dapat menyeimbangkan antara system emosi dan logika. Beberapa strategi yang bisa dilakukan antara lain: memecah tugas besar menjadi bagiankecil agar tidak menimbulkan stress berlebihan, mengatur waktu istirahat agar otak tidak lelah, serta menggunakanTeknik relaksasi untuk menurunkan aktivitas amigdala. Selain itu memberikan reward kecil setelah menyelesaikan tugasjuga dapat membantu menstimulasi dopamine secara positif, sehingga otak mulai mengaitkan produktivitas dengan rasa senang.
Dengan memahami proses biopsikologi dibalik kebiasaan menunda pekerjaan, kitab isa melihat bahwa perilaku tersebut bukan semata-mata kelemahan pribadi, tetapi bagian dari cara kerja otak manusia. Kesadaran ini dapat membantu seseorang membangun strategi yang lebih efektif untuk mengubah kebiasaan, memperkuat pengendalian diri, dan meningkatkan produktivitas. Pada akhirnya, memahami otak berartimemahami diri sendiri – dan dari situlah perubahan bisadimulai.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
