Bahasa dan Pendidikan: Menumbuhkan Karakter Bangsa di Bulan Bahasa
Pendidikan | 2025-10-20 14:25:16Setiap Oktober, kita kembali merayakan Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia, sebuah momen penting untuk meneguhkan identitas bangsa melalui bahasa. Peringatan ini lahir dari semangat Sumpah Pemuda 1928, ketika para pemuda berikrar menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Namun, lebih dari sekadar ritual tahunan, Bulan Bahasa seharusnya menjadi ruang refleksi: sudah sejauh mana dunia pendidikan menjaga, menggunakan, dan menanamkan nilai bahasa Indonesia kepada generasi muda?
Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga alat berpikir, pembentuk karakter, dan medium nilai-nilai pendidikan. Dalam ruang kelas, bahasa guru bukan sekadar menyampaikan pengetahuan, melainkan membangun cara berpikir siswa. Ketika guru memilih kata yang bijak, mengajukan pertanyaan yang terbuka, dan memberi apresiasi yang menumbuhkan, di situlah bahasa menjadi sarana pendidikan karakter. Sebaliknya, ketika bahasa digunakan secara kasar, terburu-buru, atau menyinggung, maka proses pembelajaran kehilangan makna kemanusiaannya.
Dalam konteks pendidikan modern, tantangan bahasa semakin kompleks. Anak-anak kita hidup dalam ekosistem digital yang sarat bahasa instan, singkatan, dan pengaruh asing. Jika tidak diimbangi dengan literasi bahasa yang kuat, maka kemampuan berpikir kritis mereka pun akan melemah. Karena itu, Bulan Bahasa menjadi pengingat bahwa literasi bukan sekadar membaca dan menulis, tetapi berpikir jernih melalui bahasa.
Bahasa Indonesia, dengan kekayaannya, memiliki daya ungkap yang luar biasa. Ia mampu menampung ilmu pengetahuan sekaligus keindahan sastra, logika sekaligus rasa. Maka, lembaga pendidikan perlu menempatkan bahasa bukan hanya sebagai mata pelajaran, tetapi sebagai jiwa dari seluruh proses belajar. Guru matematika, sains, atau IPS pun perlu sadar bahwa tanpa bahasa yang jelas dan mendidik, transfer pengetahuan tidak akan bermakna.
Momentum Bulan Bahasa juga bisa menjadi ajang pembaruan metode pembelajaran. Sekolah dan kampus dapat menggelar kegiatan lintas bidang yang mengintegrasikan bahasa dengan teknologi, seni, dan budaya. Misalnya, proyek membuat podcast edukatif, majalah digital siswa, atau pembacaan puisi interaktif yang memadukan bahasa dan ekspresi kreatif. Langkah-langkah sederhana semacam ini bisa menumbuhkan rasa bangga dan kepemilikan terhadap bahasa Indonesia di kalangan pelajar.
Sebagai pendidik, kita memiliki tanggung jawab moral untuk menumbuhkan kesadaran berbahasa di setiap kesempatan. Gunakan bahasa yang membangun, bukan merendahkan; ajarkan siswa untuk berpendapat dengan sopan, bukan menyerang; dan latih mereka menulis dengan makna, bukan sekadar mengikuti tren. Karena pada akhirnya, pendidikan sejati adalah pendidikan yang menumbuhkan manusia melalui bahasa.
Mari jadikan Bulan Bahasa bukan sekadar perayaan, tetapi gerakan bersama untuk mengembalikan bahasa Indonesia sebagai sumber ilmu, nilai, dan martabat bangsa. Dari ruang kelas, dari kata yang santun, dan dari hati yang mencintai tanah air, kita rawat bahasa Indonesia sebagai napas pendidikan yang memerdekakan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
