Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muliadi Saleh

Brigade Pangan dan Hilirisasi Sektor Pertanian

Agama | 2025-10-20 12:18:07

Oleh Muliadi Saleh

Opini Reflektif dari Pemaparan R.S. Suroyo Jr. SP., M.Si. (Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Pembinaan Petani Muda) pada Kegiatan Muswil III PISPI Sulsel, 19 Oktober 2025 di Makassar.

Suatu hari di sebuah desa di Luwu Utara, seorang petani muda menatap hamparan padi yang mulai menguning. Ia tersenyum, tapi senyumnya getir. “Setiap panen, harga turun,” katanya. “Yang untung, tetap mereka yang di kota.”

Kalimat sederhana itu mewakili kenyataan yang lama membelenggu: petani bekerja keras di hulu, tapi nilai ekonomi berpindah ke hilir yang dikuasai korporasi besar dan jaringan distribusi panjang.

Kini, sudah waktunya muncul pasukan baru—bukan tentara bersenjata, tapi barisan pengetahuan dan kemandirian: Brigade Pangan.

Mereka adalah petani muda, sarjana pertanian, dan wirausahawan desa yang menolak menyerah pada logika pasar yang timpang. Mereka menanam dengan ilmu, mengolah dengan teknologi, dan menjual dengan martabat.

Nilai yang Hilang di Tengah Jalan

Selama puluhan tahun, sektor pertanian Indonesia hidup dalam paradoks. Produksi pangan meningkat, tapi kesejahteraan petani tetap stagnan. Nilai tambah justru menguap di tengah rantai distribusi yang panjang dan tidak adil.

Setiap karung gabah, kakao, atau kopi yang keluar dari desa membawa serta nilai ekonomi yang tidak pernah kembali. Kita menanam, tapi orang lain yang mengolah dan menguasai pasarnya. Kita kaya sumber daya, tapi miskin penguasaan nilai.

Di sinilah makna penting hilirisasi: bukan semata soal industri, tapi tentang kedaulatan nilai. Tentang keberanian mengubah bahan mentah menjadi produk bernilai tinggi, tentang mengembalikan kendali ekonomi ke tangan produsen.

Hilirisasi: Jalan Pembebasan

Hilirisasi bukan proyek besar yang hanya bisa dijalankan pabrik raksasa. Ia bisa dimulai dari pabrik desa, dari koperasi pengolahan sederhana, dari rumah produksi kecil yang dikelola secara gotong royong.

Di sanalah Brigade Pangan memainkan perannya: menghubungkan petani dengan pengetahuan, kampus dengan pasar, dan desa dengan dunia digital.

Di banyak daerah, benihnya sudah mulai tumbuh. Di Bone, petani jagung mulai membangun gudang kolektif dan unit pengeringan bersama. Di Takalar, kelompok pemuda mengolah rumput laut menjadi bahan pangan dan kosmetik. Di Luwu Timur, koperasi kakao lokal belajar memanggang biji dan memasarkan cokelat merek sendiri.

Itulah wajah awal hilirisasi: gerakan kecil, tapi berakar kuat di tanah sendiri.

Kampus dan Koperasi sebagai Poros Baru

Hilirisasi tidak akan berhasil tanpa dukungan ekosistem pengetahuan. Kampus pertanian harus berubah peran—dari menara gading menjadi inkubator lapangan. Mahasiswa perlu belajar bukan hanya menanam, tapi juga memasarkan; bukan hanya meneliti, tapi juga mencipta nilai.

Inilah saatnya fakultas pertanian melahirkan inovator desa, bukan sekadar pencari pekerjaan.

Sementara itu, koperasi dan UMKM pangan menjadi jantung gerakan ekonomi rakyat. Koperasi bukan hanya wadah jual beli, tapi pusat produksi, pembiayaan, dan distribusi.

Brigade pangan dapat menjadikan koperasi sebagai simpul keadilan ekonomi, menghubungkan produksi desa dengan pasar modern tanpa perantara yang mencekik.

Teknologi dan Etika Kedaulatan

Era digital membuka ruang baru bagi pertanian. Dari sensor tanah hingga aplikasi cuaca, dari e-commerce hingga logistik pintar—semuanya bisa mempercepat hilirisasi. Namun teknologi tidak boleh menggantikan manusia, hanya melengkapinya.

Tanpa kesadaran kedaulatan, inovasi hanya akan menciptakan ketergantungan baru.

Brigade pangan menempatkan teknologi dalam kerangka etis: sebagai alat pembebasan, bukan alat kontrol. Ia menggabungkan ilmu modern dengan kearifan lokal, sains dengan gotong royong, data dengan rasa.

Sulawesi Selatan: Poros Pangan Timur

Sulawesi Selatan adalah contoh ideal untuk membangun ekosistem hilirisasi pangan. Lahan subur, laut kaya, dan jaringan petani yang kuat menjadikannya poros pangan Indonesia Timur.

Namun potensi itu baru menjadi kekuatan jika diolah di tempat, bukan dikirim mentah ke luar.

Bayangkan jika Luwu Raya menjadi pusat pengolahan padi dan kakao; Bone menjadi klaster jagung terpadu; Takalar dan Pangkep menjadi basis rumput laut dan olahan hasil laut.

Dengan dukungan kebijakan pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan gerakan koperasi, Sulawesi Selatan bisa menjadi laboratorium kedaulatan pangan Nusantara.

Menumbuhkan Kesadaran Baru

Brigade pangan adalah gerakan yang lahir dari kesadaran baru: bahwa kedaulatan pangan tidak bisa diimpor. Ia harus tumbuh dari bawah, dari ladang dan kampung, dari tangan-tangan yang mau bekerja sama.

Ia bukan sekadar proyek ekonomi, melainkan peradaban yang menghargai kerja, ilmu, dan tanah.

Hilirisasi adalah bagian dari proses memanusiakan pertanian—mengembalikan kebanggaan menjadi petani, mengubah hasil bumi menjadi simbol martabat bangsa.

Dunia kini menatap Indonesia sebagai lumbung pangan masa depan. Tapi menjadi lumbung saja tidak cukup. Kita harus menjadi bangsa yang berdaulat atas pangan yang kita hasilkan.

Brigade pangan adalah simbol semangat itu: keberanian menanam di tengah badai pasar global, keteguhan membangun dari bawah, dan keyakinan bahwa kedaulatan tidak ditunggu, tapi ditumbuhkan.

Jika setiap kampus melahirkan brigade pangan, setiap desa membangun pabrik kecilnya, dan setiap petani percaya diri menjadi pelaku ekonomi, maka Indonesia tidak sekadar menanam untuk hidup—tapi hidup untuk menanam harapan.

Muliadi Saleh

Anggota dan Pengurus PISPI Sulsel, Direktur Eksekutif Lembaga SPASIAL

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image