Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image cantika maesto octavia

Jelajahi Jejak Bumi di Museum Geologi Bandung

Wisata | 2025-10-19 21:19:44
museumgeologi.jpeg

Bandung.com - Pagi yang cerah di Jalan Diponegoro, Bandung, menjadi awal yang sempurna untuk menyusuri jejak sejarah bumi di Museum Geologi Bandung. Gedung bergaya kolonial yang berdiri megah sejak tahun 1928 ini bukan sekadar tempat menyimpan batu dan fosil, tetapi juga saksi perjalanan panjang pengetahuan geologi di Indonesia. Suasana tenang namun penuh rasa ingin tahu menyelimuti setiap ruangan, ketika langkah kaki para pengunjung berpadu dengan suara pemandu yang menjelaskan sejarah batuan dan kehidupan purba.

Di ruang utama, berbagai koleksi fosil dinosaurus, batuan vulkanik, dan mineral berharga tersusun rapi. Tidak hanya menarik bagi peneliti, museum ini juga menjadi tempat edukatif bagi keluarga dan pelajar. Di salah satu sudut ruangan, saya berbincang dengan Rafi (22), mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang datang bersama teman-temannya.

Saya baru pertama kali ke sini, dan jujur kagum banget,” ujarnya sambil menatap replika fosil Tyrannosaurus Rex. “Selama ini cuma tahu dari buku atau internet, tapi di sini bisa lihat langsung. Jadi lebih paham kalau bumi itu ternyata kompleks dan menarik banget untuk dipelajari.”

Sementara itu, di ruang mineralogi, beberapa anak sekolah tampak antusias mengamati batu-batuan berwarna-warni di balik kaca. Setiap warna punya cerita, setiap tekstur menyimpan sejarah jutaan tahun.

Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana museum ini tetap hidup di tengah era digital, saya berbincang dengan Lina (45) , salah satu petugas pemandu yang telah bekerja di Museum Geologi selama lebih dari sepuluh tahun. Dengan senyum ramah, ia menceritakan betapa besar perubahan yang terjadi dalam pola kunjungan masyarakat.

“Sekarang pengunjung lebih beragam,” ujarnya. “Bukan hanya pelajar, tapi juga wisatawan umum dan konten kreator yang datang untuk membuat video edukasi. Kami senang karena museum ini jadi lebih dikenal luas, apalagi dengan adanya teknologi interaktif yang membuat anak-anak betah belajar.”

Lina juga menjelaskan bahwa Museum Geologi kini semakin adaptif terhadap perkembangan zaman. Selain pameran tetap, mereka rutin mengadakan program “Geology for Kids” dan pameran tematik tentang bencana alam, yang bertujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga bumi.

“Kami ingin museum ini tidak hanya jadi tempat melihat masa lalu, tapi juga tempat belajar untuk masa depan,” tambahnya.

Menjelang siang, suasana museum semakin ramai. Suara anak-anak bergema di antara dinding tinggi bergaya arsitektur Belanda, menandakan bahwa ilmu pengetahuan memang bisa dinikmati oleh siapa pun. Dari batuan vulkanik hingga fosil hewan purba, setiap sudut museum ini mengajarkan bahwa bumi tidak hanya tempat kita berpijak, tetapi juga rumah besar yang harus dijaga keberadaannya.

Museum Geologi Bandung bukan sekadar ruang koleksi, tetapi ruang refleksi tempat manusia menatap masa lalu untuk memahami masa depan bumi. Di tengah hiruk pikuk kota yang modern, museum ini tetap berdiri sebagai penjaga pengetahuan alam, menghadirkan pelajaran berharga tentang waktu, kehidupan, dan ketahanan bumi yang luar biasa.

Reporter : Cantika Maesto Octavia,

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image