Transformasi Digital Pendidikan: Antara Inovasi dan Ketimpangan Akses
Pendidikan | 2025-10-18 09:03:02Saat ini, teknologi sudah sangat berkembang. Terutama dalam hal perkembangan teknologi dalam pendidikan. Teknologi telah memberikan kemudahan bagi guru dan murid dalam mengakses pengetahuan, seperti mencari bahan ajar, mencari cara menghitung suatu rumus atau hanya sekadar mencari pengetahuan sumber belajar melalui berita-berita yang beredar. Ini adalah transformasi yang lebih besar daripada hanya menggunakan komputer atau internet untuk mengajar.
Itu juga mencakup pergeseran paradigma pendidikan, dari model konvensional yang berpusat pada guru (teacher-centered learning) menuju model pembelajaran yang berpusat pada siswa(student-centered learning) yang didukung oleh teknologi. Diharapkan inovasi ini dapat mengubah pendidikan Indonesia menjadi lebih modern, interaktif, dan relevan dengan tantangan zaman.
Digitalisasi diharapkan membuat pendidikan lebih inklusif, efektif, dan relevan dengan tuntutan zaman. Namun, di balik kemungkinan besar itu, muncul masalah baru yang tidak kalah penting yaitu ketimpangan akses ke digital dan kesenjangan di antara sekolah, wilayah, dan kelompok sosial-ekonomi. Ada ketimpangan akses baik di kota maupun di pedesaan, dan antara mereka yang mampu menggunakan teknologi dan mereka yang tidak bisa.Cover
Titik Awal Transformasi Digital
Awal mula munculnya transformasi pendidikan dari yang berbasis luring ke daring bermula pada saat munculnya pandemi COVID-19 yang melanda dunia. Dalam pandemi ini, seluruh masyarakat diharusnya untuk melakukan jaga jarak dan tidak berpergian keluar rumah. Hal ini yang mengharusnya sekolah memberlakukan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Pembelajaran yang dilakukan secara daring, dengan tatap muka melalui layar digital mengharuskan siswa untuk beradaptasi denganplatformdigital untung menunjang pembelajaran. Tidak hanya siswa, guru, dan orang tua juga harus beradaptasi cepat dengan pembelajaran daring melalui berbagaiplatform. Dengan transformasi digital, siswa dapat belajar sesuai kecepatan dan gaya belajar mereka sendiri, yang membuat proses belajar lebih personal.
Namun, ada permasalahan yang tidak dapat diabaikan dan harus menjadi perhatian penuh oleh para pendidik dan pemerintah. Permasalahan seperti tidak semua siswa memiliki perangkat yang dapat menunjang pembelajaran mereka dan akses internet yang susah didapat. Karena keterbatasan teknologi, banyak siswa di daerah terpencil tidak dapat mengikuti pelajaran meskipun sekolah di kota besar dengan cepat beralih ke pembelajaran daring. Alih-alih menampilkan solusi universal, transformasi digital justru menunjukkan ketidaksesuaian struktural yang selama ini tidak terlihat.
Ketimpangan Akses yang Menjadi Masalah Utama dalam Transformasi Pendidikan
Transformasi digital pendidikan di Indonesia masih mengalami ketimpangan akses yang signifikan, meskipun ada kemajuan yang menjanjikan. Tidak semua sekolah memiliki infrastruktur teknologi yang memadai, terutama di daerah pedesaan dan dengan kategori 3T (tertinggal, terluar, terdepan). Kesenjangan ini menimbulkan fenomenadigital divide, di mana sebagian siswa menikmati kemudahan belajar digital, sementara sebagian lainnya tertinggal karena keterbatasan fasilitas.
Digital dividemengacu pada perbedaan antara orang, kelompok, atau wilayah yang memiliki akses dan kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dengan mereka yang tidak. Dalam pendidikan,digital dividebukan hanya masalah siapa yang memiliki perangkat dan koneksi internet, hal ini juga mencakup perbedaan dalam literasi digital, tingkat akses, dan peluang untuk menggunakan teknologi.
Selain itu, ada perbedaan dalam literasi digital. Banyak guru belum terbiasa menggunakan teknologi dalam pembelajaran, jadi digitalisasi tidak benar-benar meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Keterampilan digital sangat penting bagi guru dan tenaga pendidik agar mereka dapat menggabungkan teknologi dengan strategi pendidikan yang efektif. Teknologi bisa menjadi alat yang rumit dan tidak efisien jika tidak ada persiapan ini.
Inovasi atau Ketimpangan Akses?
Dari sisi positif, transformasi digital telah melahirkan berbagai inovasi yang mengubah wajah pendidikan modern. Namun, di balik kemegahan narasi inovasi itu, terdapat sisi gelap yang tidak bisa diabaikan yaitu ketimpangan akses terhadap teknologi pendidikan. Tidak semua siswa, guru, dan sekolah memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati hasil digitalisasi. Meskipun teknologi memungkinkan beberapa kelompok untuk berkembang lebih cepat, bagi kelompok lain yang tidak memiliki modal digital, teknologi justru menunjukkan keterasingan dan ketertinggalan.
Peran guru menjadi sangat penting dalam menjembatani kesenjangan digital. Namum, tidak semua guru siap menghadapi arus digitalisasi, karena banyak di antara mereka yang mengalami shock teknologi, kebingungan dalam menggunakan perangkat, dan kekurangan pelatihan tentang cara menerapkan pembelajaran berbasis teknologi secara efektif.Pandangan Pierre Bourdieu tentang reproduksi sosial dapat menjelaskan fenomena ini.
Menurut pandangan ini, sistem pendidikan memiliki kecenderungan untuk menyebarkan ketimpangan ekonomi dan kultural. Oleh karena itu, tantangan terbesar bagi Indonesia bukanlah untuk mengadopsi teknologi, Namun sebaliknya, bagaimana mendemokrasikan akses ke teknologi tersebut. Untuk memastikan hak yang sama untuk belajar dan berkembang di era digital, pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat harus bekerja sama.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
