Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Frila Wahyuni Muliyasari

Peran Ayah yang Mulai Berkurang

Parenting | 2025-10-18 05:46:57

Beberapa hari kemarin tagar Fatherless menjadi pembicaraan di beberapa platform media sosial, banyak anak muda yang merasa tidak memiliki ayah padahal hidup seatap, dan ada pula yang menulis tidak adanya peran ayah dalam membimbing dia menjadi sukses saat ini. Dan ada pula yang merasa kosong di dalam hatinya karena sosok ayah tidak pernah dia dapatkan di rumah. Fenomena ini terbukti dengan data menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2024, ada 15,9 juta anak atau setara dengan 20,1 persen dari total 79,4 juta anak yang berusia kurang dari 18 tahun yang berpotensi mengalami fatherless. Sebanyak 4,4 juta karena tidak tinggal bersama ayah. Adapun 11,5 juta anak karena ayahnya sibuk bekerja atau separuh harinya lebih banyak bekerja di luar rumah. (Sumber : www.kompas.id)

Berbagai faktor yang menjadikan peran ayah ini tidak dapat hadir menemani perkembangan anak-anak baik dari segi fisik maupun dari segi emosional. Salah satu yang utama yaitu karena faktor ekonomi, ekonomi menjadi barang paling mahal saat ini karena sistem kapitalis hanya memperkaya segelintir orang. Mereka para pemilik modal lah yang mampu memberikan fasilitas terbaik untuk anak - anak mereka. Tetapi bagi sebagian besar orang harus hidup serba pas-pasan sehingga membuat ayah bekerja hingga larut malam dan pergi pada pagi hari. Sehingga anak-anak tidak mendapatkan peran ayah pada kehidupannya, ayah yang terlalu sibuk membuat anaknya memiliki ruang kosong di dalam hati karena tidak ada tempat untuk mengadu ataupun berkeluh kesah. Meskipun peran mengasuh anak yang paling besar pada ibunya, tetapi untuk membentuk karakter anak diperlukan peran ayah agar anak tersebut mendapatkan penuh tangki cintanya.

Berbeda sekali ketika kita melihat peran ayah pada Al - Quran banyak ayat yang menampilkan percakapan antara ayah dan anak seperti pada Surah As-Syaffat ayat 102 :

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Referensi: https://tafsirweb.com/8224-surat-as-saffat-ayat-102.html

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (Sumber : https://tafsirweb.com )

Dari sini kita belajar bahwasannya di dalam islam peran ayah sangatlah penting dalam membentuk karakter anak, seperti kutipan ayat di atas bahwa Nabi Ismail di mintai pendapat oleh ayahnya yaitu Nabi Ibrahim tentang mimpi beliau. Dan masyaallah sekali bahwa nabi Ismail mendapatkan didikan karakter yang dapat dijadikan sebagai seorang pemimpin pada dirinya sendiri. Pempentukan karakter tidak akan terjadi jika peran ayah tidak maksimal ikut mendidik anaknya bersama dengan ibunya. Karakter pada perempuan yang di berikan oleh ayahnya agar menjadi pendidik anaknya. Karakter-karakter yang seperti ini yang tidak bisa di dapatkan pada banyak anak muda hari ini karena faktor ekonomi tersebut.

Lalu apakah kita sebagai umat tidak ingin mengubah karakter anak kita menjadi seorang pemimpin bagi laki-laki dan seorang pendidik terbaik bagi seorang wanita seperti yang di contohkan oleh para nabi kepada anak-anak mereka. Tentu semua ingin anak-anak terdidik secara islami, tetapi dengan sisitem seperti kapitalis kita tidak akan bisa mewujudkannya karena sistem ini membuang waktu kita untuk terus bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan. Tetapi apa yang kita dapatpun belum tentu mencukupi kebutuhan kita, karena semua serba mahal seperti bahan pokok, pajak, bensin, kesehatan, air, listrik. Semua itu harus kita bayarkan kepada negara, padahal di dalam Islam negaralah yang menjadi penjamin umat semua sumber kekayaan negara di dapatkan untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya bukan hanya untuk segilintir orang seperti saat ini. (Wallahualam Bishawab)

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Flifestyle.kompas.com%2Fread%2F2019%2F11%2F12%2F210313420%2Fperan-penting-ayah-dalam-kehidupan-seorang-anak%3Fpage%3Dall&psig=AOvVaw03bhfI04WuJgmYqdPpB7dS&ust=1760827560089000&source=images&cd=vfe&opi=89978449&ved=0CBIQjRxqFwoTCLC6yP-nrJADFQAAAAAdAAAAABAE

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image