Dampak Kalau Kita Kekurangan Tidur
Pendidikan dan Literasi | 2025-10-17 20:10:24
Pendahuluan
Tidur itu bukan cuma sekadar waktu buat istirahat, tapi juga bagian penting dari proses biologis tubuh kita. Saat tidur, tubuh melakukan banyak hal penting mulai dari memperbaiki sel yang rusak, menjaga metabolisme tetap seimbang, sampai bantu otak menyimpan informasi dan emosi. Sayangnya, di zaman sekarang banyak orang yang kurang tidur, apalagi di usia produktif, karena sibuk kerja, kuliah, atau kebanyakan main gadget sampai malam.
Idealnya, orang dewasa butuh waktu tidur sekitar 7–8 jam tiap malam biar tubuh bisa berfungsi dengan baik. Tapi kenyataannya, hasil survei menunjukkan sebagian besar orang Indonesia tidur cuma sekitar 4–6 jam per malam. Kondisi ini bikin banyak orang gampang capek, susah fokus, gampang marah, bahkan lebih rentan kena penyakit.
Tidur yang cukup dan berkualitas bisa bantu tubuh tetap sehat, meningkatkan daya tahan tubuh, dan menjaga keseimbangan hormon. Sebaliknya, kurang tidur bisa memicu berbagai masalah, mulai dari tekanan darah tinggi, jantung, diabetes, sampai gangguan suasana hati. Bahkan, tidur berlebihan juga bisa berdampak buruk karena bikin tubuh jadi kurang aktif dan metabolisme melambat.
Usia produktif (sekitar 15–64 tahun) termasuk kelompok yang paling sering mengalami gangguan tidur. Aktivitas yang padat, stres kerja, dan gaya hidup modern bikin banyak orang sering mengorbankan waktu tidur. Padahal, kurang tidur bisa menurunkan produktivitas, bikin gampang sakit, dan mengganggu fungsi kognitif seperti daya ingat dan konsentrasi. Karena itu, penting banget untuk tahu gimana pengaruh durasi dan kualitas tidur terhadap kesehatan tubuh, terutama buat orang-orang yang lagi di usia produktif.
Pembahasan
Berdasarkan hasil berbagai penelitian, durasi dan kualitas tidur ternyata punya pengaruh besar terhadap kondisi fisik dan mental seseorang. Orang yang tidurnya terlalu sedikit atau terlalu lama sama-sama berisiko mengalami gangguan kesehatan.
1. Dampak terhadap penyakit degeneratif Kurang tidur bisa menyebabkan gangguan metabolisme dan hormon, yang akhirnya bisa memicu penyakit kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) dan penyakit jantung. Orang yang tidur kurang dari 7 jam per malam cenderung punya tekanan darah lebih tinggi karena sistem saraf simpatis (yang bikin tubuh siaga) terlalu aktif. Kalau ini terjadi terus-menerus, risiko hipertensi bisa meningkat. Di sisi lain, tidur yang terlalu lama juga nggak baik karena bisa menandakan adanya masalah kesehatan tertentu seperti diabetes atau depresi.
Selain itu, kualitas tidur yang buruk (misalnya sering terbangun, susah tidur, atau tidur nggak nyenyak) bisa meningkatkan kadar gula darah dan risiko diabetes tipe 2. Tubuh yang kurang tidur nggak bisa mengatur kadar hormon insulin dengan baik, sehingga gula darah meningkat. Orang yang tidurnya nggak teratur juga cenderung punya kebiasaan makan tidak sehat, seperti sering ngemil tengah malam atau konsumsi kafein berlebihan.
2. Dampak terhadap risiko kematian Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang tidurnya terlalu sedikit (kurang dari 5 jam) atau terlalu lama (lebih dari 9 jam) punya risiko kematian lebih tinggi dibanding yang tidurnya cukup. Tidur terlalu singkat bikin tubuh terus kekurangan energi dan meningkatkan stres oksidatif, sementara tidur terlalu lama sering dikaitkan dengan kurangnya aktivitas fisik dan gangguan metabolisme. Intinya, baik tidur kurang maupun tidur berlebihan bisa sama-sama berbahaya kalau berlangsung terus menerus.
3. Dampak terhadap kemampuan berpikir dan fungsi otak Kurang tidur berpengaruh banget terhadap kemampuan otak, terutama dalam hal fokus, daya ingat, dan pengambilan keputusan. Orang yang sering begadang biasanya lebih gampang lupa, sulit fokus, dan kinerjanya menurun. Dalam jangka panjang, kebiasaan kurang tidur bisa mempercepat penurunan fungsi kognitif dan meningkatkan risiko Alzheimer. Menariknya, tidur terlalu lama juga bisa menurunkan fungsi kognitif. Jadi, bukan cuma tidur kurang, tapi tidur berlebihan pun bisa bikin otak jadi kurang aktif. Karena itu, menjaga keseimbangan antara durasi dan kualitas tidur itu penting banget biar otak tetap tajam dan tubuh tetap fit.
4. Dampak terhadap kesehatan mental dan emosional Kualitas tidur yang buruk sering banget berhubungan sama gangguan suasana hati, kayak mudah marah, stres, bahkan depresi. Saat tidur terganggu, tubuh nggak bisa memproses emosi dengan baik. Itulah kenapa orang yang sering begadang atau kurang tidur biasanya jadi gampang tersinggung dan sulit mengontrol perasaan. Tidur cukup bisa bantu otak menyeimbangkan hormon stres, bikin mood lebih stabil, dan bikin kita lebih produktif.
5. Faktor-faktor yang memengaruhi tidur Beberapa hal yang memengaruhi durasi dan kualitas tidur di usia produktif antara lain gaya hidup, stres, paparan cahaya dari layar ponsel, serta konsumsi kafein atau alkohol. Selain itu, pekerjaan shift malam, beban kerja berat, dan lingkungan tidur yang tidak nyaman juga bisa memperburuk kualitas tidur. Olahraga yang cukup, mengatur waktu tidur yang konsisten, dan menghindari gadget sebelum tidur bisa membantu memperbaiki pola tidur.
Kesimpulan
Tidur itu ternyata punya peran besar banget buat kesehatan kita. Nggak cuma bikin tubuh segar, tapi juga berpengaruh ke sistem metabolisme, hormon, daya ingat, sampai kesehatan jantung dan mental. Durasi tidur ideal buat orang dewasa adalah sekitar 7–8 jam per malam dengan kualitas tidur yang baik artinya tidur nyenyak, nggak sering terbangun, dan bangun dengan perasaan segar.
Kalau tidur kurang dari itu, risiko terkena penyakit degeneratif seperti hipertensi, jantung, dan diabetes bisa meningkat. Sebaliknya, tidur terlalu lama juga bisa berdampak negatif karena bikin tubuh jadi kurang aktif dan metabolisme melambat. Selain itu, kurang tidur bisa menurunkan konsentrasi, bikin emosi nggak stabil, dan bahkan meningkatkan risiko kematian.
Refrensi
1. Watson NF, Badr MS, Belenky G. Bliwise DL, Buxton OM, Buysse D, dkk. Recommended Amount of Sleep For A Healthy Adult: A Joint Consensus Statement of The American Academy of Sleep Medicine and Sleep Research Society. Dalam: Journal of Clinical Sleep Medicine. American Academy of Sleep Medicine, 2015. hlm. 591-2
2. Brain. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. 2019 [dikutip 29 April 2024]. Brain Basics: Understanding Sleep. Tersedia pada: https://www.ninds.nih.gov/health-information/public-education/brain-basics/brain-basics-understanding-sleep
3. Annur CM. Kata Data Media Network. 2023 [dikutip 26 Mei 2024]. Berapa Lama Durasi Tidur Hasil Surveinya. Tersedia Orang Indonesia? Ini pada: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/08/18/berapa-lama-durasi-tidur-orang-indonesia-ini-hasil-surveinya
4. Medic G, Wille M. Hemels MEH. Short- and Long-Term Health Consequences of Sleep Disruption. Vol. 9, Nature and Science of Sleep. Dove Medical Press Ltd, 2017. hlm. 151-61
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
