Ketika Manusia Lebih Menakutkan dari Hantu
Gaya Hidup | 2025-10-16 13:08:30
Oleh: Akhlis Zakaria Nurafif_Mahasiswa Institut SEBI.
Kita hidup di era modern yang dipenuhi kemajuan teknologi. Namun ironisnya, ada satu ketakutan primitif yang tak kunjung hilang, yaitu ketakutan terhadap kekejaman sesama manusia. Pepatah lama mengatakan bahwa hantu adalah makhluk paling menyeramkan. Tetapi kini, semakin banyak orang yang bersepakat bahwa di zaman modern, kekejaman manusia jauh lebih menakutkan daripada seramnya hantu.
Mengapa fenomena ini terjadi? Mari kita bedah mengapa hantu, yang hanya bisa mengganggu secara psikis atau fisik tanpa meninggalkan bukti nyata, terasa kurang mengancam dibandingkan dengan manusia itu sendiri.
Kehadiran Nyata, Kerusakan Permanen
Hantu beroperasi di ranah mistis, seringkali tidak terlihat, dan efeknya, jika ada yang cenderung bersifat sementara atau psikologis. Sebaliknya, kekejaman yang dilakukan manusia bersifat nyata, terencana, dan meninggalkan kerusakan permanen.
Seorang hantu mungkin membuat kita merinding di malam hari. Namun, seorang manusia bisa dengan sadar:
- Melakukan penipuan massal yang menghancurkan masa depan ribuan orang.
- Menyebarkan fitnah yang merusak reputasi dan mental korban secara total.
- Melakukan kekerasan fisik, verbal, atau seksual yang meninggalkan trauma seumur hidup.
- Mengobarkan perang atau konflik yang menewaskan jutaan jiwa.
Hantu mungkin mengagetkan, tetapi jarang memiliki niat jahat yang terorganisir untuk menghancurkan kehidupan seseorang seutuhnya. Kekejaman manusia yang didorong oleh keserakahan, iri hati, dengki, dan nafsu kekuasaan adalah kejahatan yang sepenuhnya disadari dan dirancang untuk melukai.
Motif dan Kebiadaban Emosional
Ketakutan terhadap hantu seringkali didasarkan pada insting primitif terhadap hal-hal yang tidak diketahui (paranormal). Namun, ketakutan terhadap manusia modern berakar dari pengkhianatan, kebohongan, dan kebiadaban emosional.
Sutradara film horor terkenal, Joko Anwar, pernah mengungkapkan pandangannya: “Manusia lebih seram dari setan,” karena mereka bisa jauh lebih kejam. Kalimat ini mencerminkan realitas pahit.
- Hantu bertindak tanpa motif yang jelas atau hanya didorong oleh penderitaan masa lalu; mereka adalah entitas gaib.
- Manusia bertindak dengan motif yang jelas, uang, jabatan, cemburu, atau sekadar ingin melihat orang lain menderita.
Motif inilah yang membuat kekejaman manusia terasa lebih personal dan mengerikan. Kita tidak hanya takut pada tindakannya, tetapi juga pada kemampuan mental seseorang untuk merencanakan kejahatan terhadap sesamanya dengan penuh kesadaran.
Ketidakadilan yang Menakutkan
Di zaman ini, yang paling menakutkan bukanlah bayangan hitam di sudut ruangan, melainkan ketidakadilan yang merajalela. Korupsi sistemik, perlakuan diskriminatif, bullying yang masif di media sosial, serta penindasan terhadap yang lemah adalah “hantu-hantu sosial” yang jauh lebih merusak.
Ketakutan akan kehilangan pekerjaan karena ulah atasan yang semena-mena, ketakutan menjadi korban kejahatan di jalanan, atau ketakutan akan putusnya tali persaudaraan karena persaingan tidak sehat, semuanya adalah bentuk-bentuk teror yang kita hadapi setiap hari.
Ini adalah teror yang kasat mata, dapat dibuktikan, dan merupakan hasil dari keputusan sadar yang dibuat oleh manusia.
Penutup: Siapa yang Seharusnya Kita Takuti?
Jika hantu adalah mitos atau fenomena yang dapat dijelaskan secara psikologis (phasmophobia), maka kekejaman manusia adalah tragedi yang terulang setiap hari. Hantu mungkin mengancam jiwa, tetapi manusia mengancam kemanusiaan itu sendiri.
Sudah waktunya kita mengalihkan fokus dari makhluk-makhluk tak kasat mata di malam hari kepada bahaya yang nyata dan berbahaya di siang hari yaitu sifat buruk dalam diri manusia. Kejamnya manusia bukan lagi cerita rakyat; ia adalah realitas pahit yang menuntut kewaspadaan, empati, dan keberanian kita untuk berbuat baik.
Karena di tengah semua kekacauan ini, kemanusiaanlah yang harus kita pertahankan, agar “monster” sejati itu yang bersemayam dalam diri manusia tidak menang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
