Menumbuhkan Kecintaan terhadap Ilmu pada Diri Anak
Eduaksi | 2025-10-14 14:39:23
Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie
Apa yang membuat anak betah berlama-lama menghafal Al-Qur’an? Apa yang membuat anak nyaman berinteraksi dengan buku? Apa yang membuat anak seperti kecanduan belajar? Adalah kecintaan terhadap ilmu. Ketika sudah tertanam rasa cinta terhadap ilmu pada diri anak, maka orangtua tidak akan bersusah payah meminta anak belajar. Tidak perlu disuruh dan diminta pun, anak akan belajar secara mandiri. Bahkan, dia rela menunda waktu bermainnya jika target belajarnya hari itu belum tuntas.
Kecintaan terhadap ilmu itulah yang membuat Imam Nawawi sering tertidur dengan tumpukan buku saat menjadi santri. Kecintaan terhadap ilmu-lah yang membuat Imam Nawawi remaja mampu berkata asertif menolak ajakan bermain teman-temannya saat waktunya jam belajar. Kecintaan terhadap ilmu-lah yang membuat Imam Nawawi muda tak pernah bosan bergelut dengan buku bacaan dan menuliskannya.
Ketika anak telah mencintai ilmu, ia akan merasa asyik dalam belajar. Proses berpikir menghubungkan satu informasi dengan berbagai informasi lainnya dalam belajar, sampai pada level menyintesiskan menjadi pemaknaan baru merupakan tantangan berpikir yang membuatnya seperti “kecanduan”. Dari sini akan terjadi akselerasi dalam proses belajar. Bahwa setiap anak memiliki capaian belajar masing-masing, itu jelas. Namun, secara umum ketika anak telah mencintai ilmu, insya Allah akan terjadi perkembangan capaian belajar yang signifikan.
Sebagai bentuk tahadduts binni’mah (rasa syukur mendalam kepada Allah), saya lampirkan capaian belajar anak saya, Nadhira, ketika kelas III Sekolah Dasar. Saat ini Nadhira kelas IV Sekolah Dasar. Semoga bisa menjadi insight untuk menumbuhkan kecintaan terhadap ilmu pada anak-anak kita.
Lantas, apa upaya yang bisa dilakukan orangtua untuk menumbuhkan kecintaan terhadap ilmu pada diri anak?
Pertama, sampaikan niat dan harapan yang tulus kepada Allah dalam doa-doa kita agar anak-anak kita diberikan hidayah dan taufik untuk mencintai ilmu dan menjadi ahli ilmu. Itulah yang dilakukan ayahnya Imam Nawawi dan Imam Ghazali. Ayahnya Imam Nawawi bukanlah seorang ulama, melainkan pedagang. Pun demikian dengan ayahnya Imam Ghazali bukanlah seorang cendekiawan, melainkan seorang penjahit. Namun, keduanya sangat ingin memiliki anak yang cinta ilmu dan menjadi ahli ilmu. Harapan itu disampaikan kepada Allah dalam kekhusyukan doa pada setiap penghujung ibadah.
Kedua, sering-seringlah berdialog dengan anak tentang kemuliaan ilmu, pembelajar, dan ahli ilmu di sisi Allah. Ceritakanlah biografi para ahli ilmu kepada anak. Sampaikan betapa berkahnya ilmu para ulama. Raganya telah meninggal dunia ratusan tahun, namun ilmunya abadi pada setiap kurun. Ilmunya mengalirkan pahala jariyah sampai hari kiamat.
Ketiga, semampunya berikan fasilitas bagi anak agar bisa berinteraksi dengan ilmu. Siapkan buku-buku bacaan di rumah. Temani anak dalam belajar dan berselancar di dunia ilmu pengetahuan. Itulah yang dilakukan ayahnya Imam Nawawi. Sebisanya ia membelikan kitab-kitab yang menjadi bahan pelajaran anaknya. Ia dampingi Imam Nawawi kecil agar semangat mengkaji ilmu.
Keempat, berikan teladan bahwa kita pun orangtua yang mencintai ilmu. Meski barangkali waktu kita terbatas, aturlah waktu dan luangkan untuk membaca agar pengetahuan kita terus bertambah. Kita memiliki bahan memadai untuk berdialog dengan anak seputar ilmu pengetahuan.
Jika Anda menguasai metode belajar, ajarkan juga kepada anak metode belajar efektif. Misalnya, deep learning, speed reading, mind mapping, dan easy writing. Tools belajar itu akan sangat bermanfaat bagi anak dalam mengakses ilmu pengetahuan. Anak akan mampu memilah antara gagasan inti dan penjelas dalam sebuah buku bacaan. Dari situ anak akan mampu membangun konsep dan pengembangan ilmu pengetahuan. Anak juga akan terlatih menuliskan ilmu pengetahuan dalam bentuk kerangka berpikir (framework).
Tentu saja upaya-upaya di atas perlu proses dan waktu untuk berbuah. Inilah ujian ketulusan dan kesungguhan orangtua dalam niat dan harapannya untuk memiliki anak yang cinta ilmu dan kemudian menjadi ahli ilmu. Semoga Allah menganugerahkan kepada anak-anak kita kecintaan terhadap ilmu dan menjadikan mereka para ahli ilmu yang saleh.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
