Menjadi Seorang Jurnalis di Era Artificial Intelligence (AI)
Teknologi | 2025-10-06 20:59:56Menjadi Jurnalis di Era AI: Refleksi dari Acara CBX
Oleh : Ahmad Fachruddin Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prodi Jurnalistik
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), mahasiswa Jurnalistik seperti saya merasa perlu untuk terus belajar dan beradaptasi. Itulah mengapa saya tertarik hadir di acara CBX—sebuah forum yang membuka wawasan tentang bagaimana AI bekerja dan bagaimana kita bisa memanfaatkannya secara bijak.
AI: Dari Alat Bantu Menjadi Mitra Kreatif
Sebelum mengikuti acara ini, saya menganggap AI sebagai sesuatu yang keren tapi juga agak menakutkan. Ada kekhawatiran bahwa AI bisa mengambil alih banyak aspek kehidupan manusia, termasuk pekerjaan di bidang media. Namun, setelah mengikuti sesi demi sesi, saya menyadari bahwa AI bukanlah ancaman jika kita tahu cara menggunakannya. Justru, AI bisa menjadi mitra kreatif yang membantu kita bekerja lebih efisien dan inovatif.
Pelajaran paling berharga yang saya dapatkan adalah bahwa AI bukan sekadar alat bantu, tapi juga bisa menjadi kolaborator dalam proses kreatif. Meski begitu, penting bagi kita untuk tetap kritis—memahami cara kerja AI, potensi biasnya, serta dampaknya terhadap masyarakat. Ketergantungan tanpa pemahaman bisa berujung pada penyalahgunaan atau bahkan kehilangan kontrol.
Menghadapi Masa Depan Media dengan Kesiapan Teknologis dan Sentuhan Manusia
Acara CBX membuka mata saya bahwa menjadi jurnalis di masa depan bukan hanya soal menguasai alat atau teknologi terbaru. Lebih dari itu, kita harus mampu menyampaikan pesan yang tetap manusiawi, menyentuh, dan relevan di tengah dunia yang semakin digital.
Saya jadi makin sadar bahwa untuk menjadi insan media yang siap menghadapi masa depan, saya harus terus belajar, mengikuti perkembangan teknologi, dan tetap menjaga nilai-nilai etika serta empati dalam setiap karya jurnalistik. AI bisa membantu kita menulis, mengedit, bahkan menganalisis data, tapi hanya manusia yang bisa memahami konteks sosial, budaya, dan emosi di balik sebuah cerita.
Penutup
Acara CBX bukan hanya memberikan pengetahuan teknis, tapi juga membentuk cara pandang baru terhadap AI. Saya pulang dengan semangat baru: untuk tidak takut pada teknologi, tapi juga tidak terlena olehnya. Sebagai mahasiswa Jurnalistik, saya merasa lebih siap untuk melangkah ke masa depan yang penuh tantangan—dengan AI sebagai mitra, bukan pengganti.
© 2025 Ahmad Fachruddin. Blog ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi dengan dukungan AI sebagai alat bantu penulisan. Dilarang menyalin tanpa izin.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
