Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syafa Nabila

Teknik Informatika dan Pendidikan Kewarganegaraan: Fondasi Etika Profesi Digital

Teknologi | 2025-10-04 18:49:19

Di era digital, teknologi memberikan banyak peluang baru. Kita bisa membuat startup, aplikasi, hingga bekerja remote ke luar negeri. Tapi di balik peluang itu, ada juga masalah besar: data orang bisa bocor, hoaks mudah menyebar, cyber crime makin canggih, dan AI sering bikin dilema etika.

Pertanyaan pentingnya: jika mahasiswa teknik informatika hanya ahli coding tanpa memiliki dasar etika dan rasa tanggung jawab sebagai warga negara, apa cukup? Jawabannya jelas: tidak.

Kenapa Informatika Butuh Pendidikan Kewarganegaraan??

Mahasiswa informatika itu nggak cuma calon programmer atau engineer, tapi juga warga digital. Sama seperti di dunia nyata, di dunia online juga ada hak, kewajiban, dan aturan yang harus dipatuhi.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) jadi penting karena mengajarkan hal seperti :

● Bagaimana cara menjaga data pribadi orang.

● Pentingnya menghargai hak cipta konten digital.

● Etika berkomunikasi di medsos, forum, atau platform kerja online.

Intinya, PKn membuat kita sadar kalau teknologi itu bukan sekadar alat, tapi ruang hidup bareng yang butuh aturan main dan sikap bijak.

Etika Profesi di Era Digital

Kerja di dunia IT itu bukan cuma soal skill, tapi juga soal moral. Misalnya, developer dan data scientist bisa bertemu kasus rawan seperti:

● Bocornya data pengguna.

● Algoritma yang dipakai untuk manipulasi opini publik.

● AI yang bias atau diskriminatif.

Jika tidak memiliki integritas, mudah untuk kita ikut terjebak dalam hal-hal yang merugikan masyarakat. Di sinilah nilai-nilai PKn jadi penting: kejujuran, tanggung jawab, dan orientasi untuk kepentingan banyak orang, bukan cuma diri sendiri atau perusahaan.

Bangun Karakter Digital di Kampus

Perguruan tinggi punya peran besar buat nyiapin mahasiswa IT agar tidak hanya jago teknis, tapi juga memiliki karakter. Caranya, materi PKn bisa dikaitkan langsung dengan dunia teknologi.

Contoh strategi:

● Diskusi kelas soal etika AI atau keamanan data.

● Studi kasus tentang hukum siber di Indonesia.

● Proyek teknologi yang juga mengajak mahasiswa refleksi soal nilai kebangsaan.

Dengan cara ini, mahasiswa jadi terbiasa berpikit: “Kalau aku bikin aplikasi atau sistem, dampaknya ke masyarakat apa ya?”

Hasil akhirnya: lahir generasi IT yang bukan hanya pinter coding, tapi juga sadar jaika mereka adalah warga digital yang punya tanggung jawab.

Teknologi itu ibarat kekuatan super, dan Pendidikan Kewarganegaraan adalah kompas moral. Dua-duanya harus jalan bareng.

Lulusan teknik informatika jangan cuma jadi digital worker yang ngejar kerjaan atau proyek, tapi juga digital citizen yang paham perannya buat masyarakat dan bangsa.

Indonesia butuh profesional IT yang bukan cuma cerdas secara digital, tapi juga cerdas secara kewarganegaraan. Karena masa depan digital kita ditentukan bukan hanya sama teknologi yang dibangun, tapi juga sama karakter orang-orang yang ada di baliknya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image